SUGENG RAWUH

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Melalui jejaring sosial website ini, kami bertekad dapat menyuguhkan layanan informasi secara umum maupun khusus yang meliputi aktifitas KBM, kegiatan siswa, prestasi sekolah/siswa, PSB dsb. Yang dapat diakses oleh siswa, guru, orang tua/wali siswa dan masyarakat secara cepat, tepat dan efisien.
Akhir kata, semoga layanan web site ini bermanfaat.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Minat Baca

Dikirim 0leh Arjo moemedo Monday, March 5, 2012 0 komentaran

Selanjutnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan International Educational Achievement (IEA) tahun 2000, kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara yang diteliti atau terendah di ASEAN (Republika, 24/03/03). Selanjutnya, survei The Political and Economic Risk Country (PERC), sebuah lembaga konsultan di Singapura, pada akhir 2001 menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari 12 negara di Asia yang diteliti mengenai minat baca.

Kondisi literer merupakan sebuah proses yang komprehensif dimana untuk mewujudkan kondisi ideal ini harus terjadi sinergitas antara masyarakat, pasar, media dan pemerintah. Generasi literer merupakan syarat mutlak sebagai momentum kebangkitan dari keterpurukan, kemiskinan dan kebodohan yang membelenggu selama ini. Menciptakan generasi literer berarti membangun jembatan untuk membentuk sebuah generasi kritis serta peduli dengan masalah-masalah sosial. Hal inilah yang belum dilakukan oleh bangsa ini. Tidak mengherankan pendidikan di Indonesia serta peningkatan kualitas bangsa melangkah tertatih-tertatih.

Permasalahan Minat Baca

Menurut data Education for All (EFA) Global Monitoring Report tahun 2005, Indonesia adalah negara ke-8 dengan populasi buta huruf terbesar di dunia, yakni sekitar 18,4 juta orang buta huruf di Indonesia. Jelas temuan ini harus diantisipasi sejak dini oleh segenap elemen bangsa. Bukan tidak mungkin buta aksara adalah fenomena gunung es. Yang terpantau hanya sebagian dari penduduk. Masih banyak penduduk terutama penduduk pedalaman, yang belum melek aksara. Bagaimana mungkin bisa membangun kesadaran kritis jika membaca saja tidak mampu ?

Primanto Nugroho pernah melakukan penelitian kualitatif mengenai minat baca. Hasil penelitian yang berjudul Memotret Misteri Minat Baca di Masyarakat ini dipresentasikan pada diskusi di Pusat Studi Asia Pasifik UGM pada 11 Februari 2000. Berdasarkan hasil riset ini, perkara minat baca bukanlah persoalan kalkulasi tinggi rendah. Minat baca merupakan kondisi yang variatif sesuai dengan lokalitas di tiap elemen penyusun gerak masyarakat. Variasi dan kebutuhan akan informasilah yang menentukan keberhasilan suatu bacaan. Menurut Primanto, minat baca masyarakat sangat tergantung sampai sejauh mana masyarakat menganggap urgensi sebuah informasi. Artinya, persepsi oranglah yang menentukan kualitas minat baca. Jika suatu informasi dianggap tidak penting maka masyarakat tidak akan berminat membacanya. Begitu juga sebaliknya. Sehingga, sehebat apapun gerakan populis yang dicanangkan pemerintah, entah itu kampanye gemar baca, perpustakaan keliling, subsidi buku, hibah buku, buku murah, deregulasi penerbitan buku dan sebagainya tanpa ada penyadaran pentingnya sebuah informasi, minat baca masyarakat akan tetap jongkok.

Namun jika dicermati lebih jauh, minat baca masyarakat perkotaan tidaklah seburuk yang dibicarakan orang. Hanya saja, minat baca itu tidak diimbangi dengan daya beli sehingga mengesankan budaya baca masyarakat, termasuk kaum urban, masih rendah. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Kompas di 10 kota besar di Indonesia, hampir dua pertiga responden mempunyai kebiasaan membaca, minimal seminggu sekali. Menggembirakannya lagi, hampir seperempat responden menyatakan punya kebiasaan membaca setiap hari. Sayangnya, tingginya minat baca yang terekam dari hasil jajak pendapat ini tidak dibarengi dengan tingkat konsumsi buku. Persentase responden untuk membeli buku ternyata tidak setinggi minat bacanya. Sebagian besar responden menyatakan hanya membeli satu dua buku setiap bulannya. Dapat disimpulkan, rendahnya daya beli ini linear dengan tingkat perekonomian dan budaya masyarakat kita. Tuntutan ekonomi dan biaya hidup yang makin tinggi bisa jadi implikasi logis dari rendahnya daya beli masyarakat ini. Apalagi kultur masyarakat kita lebih didominasi oleh budaya lisan ketimbang budaya baca.

Budaya lisan (oral society) sudah begitu mendarah daging di hampir setiap stratifikasi sosial. Proses transfer budaya lebih banyak dilakukan lewat ke mulut. Mendongeng bisa menjadi salah satu contoh. Oral society ini semakin menguat dengan hadirnya media radio dan televisi. Jelas, dengan kondisi ini menciptakan budaya literer secara ajeg akan makin sulit terwujud. Terjadi lompatan fase dimana fase bercerita (praliterer) tidak diselingi dengan fase membaca (literer) tetapi langsung melompat ke budaya menonton (paskaliterer). Tidak heran, masyarakat kita, anak-anak termasuk orang tua, merasa asing dengan buku. Mereka tentu lebih hafal nama-nama artis sinetron dan penyanyi di televisi daripada nama penulis buku. Ditambah lagi, pada dasarnya daya serap melalui pendengaran (auditif) lebih tinggi daripada daya baca.

Selain itu, faktor lain yang menghambat interaksi manusia dengan buku adalah waktu kunjungan perpustakaan. Hampir seluruh perpustakaan, termasuk perpustakaan non-sekolah, waktu kunjungannya bersamaan dengan jam kerja. Jarang sekali ada perpustakaan yang buka sampai malam hari. Padahal, pengunjung perpustakaan selama ini didominasi oleh pelajar, mahasiswa atau dosen. Akibatnya, tidak ada sinkronisasi antara jam sekolah atau kuliah dengan waktu kunjungan. Mahasiswa dan pelajar hanya punya waktu berkunjung ketika hari libur. Pola ini menjadikan ke perpustakaan bukanlah kegiatan prioritas tetapi lebih pada kegiatan untuk mengisi waktu libur. Jika kebiasaan ini terakumulasi, iklim akademik yang ideal untuk menghasilkan pemikir-pemikir kritis akan jauh dari harapan. Seyogyanya, perpustakaan menjadi rumah akademik kedua setelah sekolah atau kampus.

Permasalahan minat baca tidaklah persoalan tunggal. Kenyataan diatas hanyalah sebagian kecil dari permasalahan global yang ada. Jika ditambah dengan minimnya akses serta citra perpustakaan yang konservatif dan konvensional, maka membangun budaya literer bukanlah persoalan gampang. Selama ini, perpustakaan lekat dengan citra gedung tua, kusam, rak-rak penuh buku usang, dan pelayanan menyebalkan. Jika Image yang terkonstruksi sudah tidak baik, perpustakaan tak ubahnya seperti museum tua yang semakin sepi peminat. Perpustakaan belum menjadi tempat bersahabat untuk remaja yang lahir di tengah himpitan modernisasi.

Revolusi Perpustakaan

Perpustakaan merupakan salah satu kunci untuk membangun kesadaran literer, disamping lembaga pendidikan formal tentunya. Sayang, dari beberapa kali kunjungan ke Perpustakaan Daerah, susah sekali menemukan buku baru yang sangat berkualitas. Bahkan buku-buku usang berkualitas pun jumlahnya sangat minim. Meskipun secara kuantitas jumlahnya tidak bisa dikatakan sedikit tetapi dari segi pembaharuan bisa dikatakan tidak berjalan sama sekali. Padahal kita tahu perkembangan dan peredaran buku-buku baru selalu bertambah dan bervariatif dari segi content-nya. Artinya semakin banyak buku yang beredar tentu semakin banyak pula khasanah pengetahuan dan informasinya. Meskipun meyedot anggaran yang tinggi, karena harga buku juga mahal, pengadaan buku baru adalah hal utama yang harus dilakukan.

Tidak hanya dalam pengadaan buku-buku baru, pengelola perpustakaan juga bisa melakukan terobosan revolusioner dengan menyediakan peralatan digital audio-visual. Bioskop mini misalnya. Langkah ini sudah dilakukan oleh Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Semarang. Setiap pengunjung bisa dimanjakan dengan layanan audio-visual mengenai berbagai ilmu pengetahuan dan fenomena alam, antara lain tsunami, keajaiban alam, gunung berapi, gempa bumi, ruang angkasa, dan sejarah Kota Semarang. (Kompas Jawa Tengah, 19/05/07).

Menurut Kepala Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Semarang Bimbong Yogatama, perpustakaan tidak lagi sebagai gudang buku yang terpajang rapi menurut golongan buku atau jenis-jenis buku, tetapi lebih sebagai gudang informasi yang terus berkembang. Perkembangan yang dilakukan tidak hanya sebatas dengan penambahan koleksi buku tetapi juga menghadirkan teknologi terbaru. Selain memperbaharui koleksi film, Perpustakaan Daerah Kota Semarang juga menyediakan permainan komputer interaktif bernuansa pendidikan.

Hal yang senada juga dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI. Selain menggunakan sistem tertutup, dimana masyarakat hanya boleh membaca di tempat atau memfoto copy buku yang dibutuhkan, kini Perpustakaan Nasional juga menggunakan sistem terbuka (Kompas, 26/05/07). Selain itu, Perpustakaan Nasional juga menghadirkan mobil perpustakaan elektronik keliling serta ruang multimedia. Menyediakan layanan perpustakaan kelilling juga sudah dilakukan oleh Perpustakaan Kota Surabaya serta Perpustakaan dan Arsip Daerah Semarang. Disamping untuk memperkenalkan eksistensi perpustakaan, mobil perpustakaan keliling juga bisa menjadi media kampanye untuk penyadaran minat baca.

Terobosan lain yang bisa dihadirkan oleh pengelola perpustakaan adalah menyediakan digital library, hot spot atau layanan internet kepada pengunjungnya. Gebrakan ini sudah dilakukan oleh praktisi perbukuan yang berkolaborasi dengan pemerintah dengan mengelola perpustakaan yang berlayanan E-Mail : Library@Senayan.com dengan alamat yang bertempat di gedung Departemen Pendidikan Nasional Jl. Jendral Sudirman, Jakarta. Perpustakaan ini memberi layanan lengkap, mulai dari buku-buku berbahasa asing dan peminjaman materi audio visual. Kemajuan teknologi tidak boleh ditanggapi dengan acuh oleh pengelola perpustakaan tetapi harus diimbangi dengan kreativitas. Dengan begitu pengunjung tinggal membawa laptop dan bisa mengerjakan tugas di perpustakaan. Di beberapa pusat perbelanjaan kehadiran hot spot mendapat sambutan yang cukup antusias oleh masyarakat.

Apresiasi tinggi juga layak disematkan kepada jaringan perpustakaan pemerintah DKI Jakarta. Perpustakaan Umum Daerah Soemantri Bojonegoro di bilangan Kuningan Jakarta melayani masyarakat sampai jam delapan malam. Tentunya, hal ini menjadi langkah positif karena masyarakat akan punya waktu yang relatif nyaman untuk pergi ke perpusakaan. Hebatnya lagi, mereka melayani masyarakat setiap hari tanpa mengenal hari libur. Kelihatannya, perpustakaan daerah lain harus mengikuti gebrakan ini.

Langkah lain yang bisa diambil oleh pengelola perpustakaan adalah mengadakan talk show dan bedah buku untuk momentum tertentu. Tema yang diangkat tentunya tidak jauh dengan minat baca. Untuk menarik minat pengunjung, perpustakaan bisa mengundang tokoh atau artis yang peduli dengan minat baca, misalnya Tantowi Yahya atau Katon Bagaskara, Duta Baca Nasional. Sedangkan bedah buku bisa dilakukan secara continue mengingat kegiatan ini tidak membutuhkan biaya yang begitu besar. Buku-buku baru dengan topik yang lagi hot bisa dijadikan tema.

Sedikit banyak, kegiatan ini akan mengundang animo masyarakat untuk datang ke perpustakaan. Apalagi jika acara ini dilakukan secara berkesinambungan. Masyarakat akan benar merasakan kehadiran perpustakaan secara nyata. Kegiatan ini juga bisa mengubah citra perpustakaan yang sudah sedemikian mengakar di masyarakat. Bahwa perpustakaan bukanlah tempat yang menyeramkan tetapi menyenangkan yang tidak kalah dengan pusat perbelanjaan. Pengelola perpustakaan bisa bekerja sama dengan penerbit buku untuk mengadakan acara seperti ini. Diakhir acara bisa dilakukan kuis atau door prize dengan memberikan buku sebagai hadiahnya. Kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah diskusi-diskusi dengan tema-tema menarik. Tentunya, pengelola harus memperhatikan segmen yang ingin disasar. Apakah anak-anak, remaja, mahasiswa atau kaum akademisi sudah mampu untuk meningkatkan minat baca ?

Persoalan lain yang tidak kalah pentingnya, apakah selama ini perpustakaan, baik itu perpustakaan sekolah atau perpustakaan umum, mampu menjawab kebutuhan buku pengunjungnya ? Frank dalam buku Orangtua, Anak, dan Buku menulis, anak-anak umumnya lebih senang membaca buku yang membuatnya bahagia (Josette Frank, 1984). Untuk itu, untuk menumbuh kembangkan minat baca pada anak-anak, pengelola perpustakaan harus tahu buku apa yang paling diinginkan pengunjungnya. Menumbuhkan minat baca sejak dini adalah membuat anak-anak nyaman dengan huruf dan tulisan. Pengelola perpustakaan hendaknya menyediakan buku yang diminati atau sesuai dengan perkembangan anak-anak dan remaja, asal isinya mendidik. Jika langkah ini sudah tidak dilakukan sejak dini, kita tidak mungkin memaksa seseorang membaca buku ketika dewasa kelak.

Harus disadari benar bahwa perpustakaan adalah media untuk menciptakan dan meningkatkan minat baca, disamping tentunya menumbuhkan apresiasi budaya, seni dan prestasi. Sehingga tidak mungkin pustakawan bisa bekerja sendiri untuk mencapai cita-cita. Harus ada sinergi dengan pemerintah, swasta (penerbit) maupun media massa. Dengan penerbit, perpustakaan bisa mengadakan kerja sama dengan menghadirkan buku-buku terbaru dengan kompensasi berupa pemasangan iklan di sekitar perpustakaan. Sedangkan media massa bisa mengkampanyekan gerakan gemar baca secara intensif mengingat televisi, radio dan koran atau majalah merupakan media yang cukup persuasif.

Meskipun iklan layanan masyarakat mengenai minat baca sudah dikampanyekan secara massif toh minat baca masyarakat belum menunjukkan kemajuan signifikan. Harus ada terobosan lain yang dilakukan pemerintah. Misalnya, menggiatkan lomba-lomba berbasis literasi lomba seperti lomba meresensi buku, menulis artikel atau esai, menulis karya tulis mendongeng, dan membaca cepat untuk anak SD. Untuk teknis pelaksanaan pemerintah bisa bekerja sama dengan perpustakaan di daerah-daerah. Kehadiran lomba ini, dengan hadiah yang menarik paling tidak bisa sedikit ‘memaksa’ masyarakat untuk membaca. Namun, mesti diingat panitia wajib mengklasifikasikan berdasarkan usia atau pekerjaan. Misalnya pelajar harus dibedakan dengan mahasiswa dan umum. Harus ada juga kualifikasi tema yang berbeda untuk setiap kategori.

Pemerintah juga wajib untuk mengalokasikan dana khusus untuk pembelian buku-buku baru. Dana yang bisa ditarik dari masyarakat paling hanya dari biaya pendaftaran atau perpanjangan kartu, itupun jumlahnya tidak seberapa. Langkah ini mutlak harus dilaksanakan mengingat salah satu penyebab minimnya antusiasme untuk datang ke perpustakaan adalah minimnya koleksi buku baru yang bisa dibaca. Untuk menjadi generasi yang cerdas memang membutuhkan dana yang cukup besar, tapi komitmen pemerintah untuk membiaya perpustakaan juga menarik untuk ditunggu. Pemerintah tidak boleh terpaku hanya untuk pada pengadaan buku paket tetapi juga pengadaan buku-buku ilmiah populer. Buku-buku jenis ini pastinya akan lebih diminati oleh anak-anak jika dibandingkan dengan buku-buku pelajaran yang menggunakan bahasa kaku dan formal. Untuk menggugah keinginan anak-anak pemerintah juga bisa menggunakan Koran Mingguan Kerakyatan (KOMIK) sebagai media untuk menyampaikan informasi. Media visual tentunya akan lebih menarik dibandingkan dengan bukunya yang isinya tulisan melulu.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pendirian komunitas-komunitas buku atau buku bacaan yang bersifat nirlaba. Contohnya, Kedai Sinau (Malang), oasebaca (Semarang), Kombet (Bogor), Pasar Buku (Jakarta), Yayasan Alang-Alang Jakarta, Ibu Kembar dan Pendidikan Anak Miskin Jakarta serta Taman Bacaan milik artis Yessy Gusman. Kehadiran komunitas dan taman bacaan ini patut mendapat apresiasi positif dan dukungan dari semua pihak. Perpustakaan juga bisa menggagas terbentuknya komunitas buku seperti ini. Misalnya, dengan memberikan ruangan atau tempat khusus buat acara diskusi-diskusi terbatas. Ketersediaan ruangan untuk diskusi bisa menjadi penegas eksistensi dan ruang berekspresi komunitas seperti ini. Apalagi, pada umumnya komunitas ini punya rencana strategik jangka panjang sehingga eksistensi mereka wajib didukung terutama dari segi pendanaan.

Meskipun terengah-engah, semangat untuk menumbuh kembangkan minat baca masyarakat harus dijaga. Strategi-strategi revolusioner harus selalu dihadirkan agar persoalan minat baca, seperti yang dikatakan Fuad Hassan, sebagai ‘lagu lama’. Mochtar Lubis pernah menyatakan bahwa buku adalah senjata yang kukuh dan berdaya hebat untuk melakukan serangan maupun pertahanan terhadap perubahan sosial, termasuk perubahan dalam nilai-nilai manusia dan kemasyarakatan. Jika kesadaran literer ini tidak juga bisa digugah, kelihatannya kemiskinan dan kebodohan tidak akan beranjak dari bangsa ini.

Penulis: Harrys Pratama Teguh

Tujuan dan Peran Perpustakaan

Dikirim 0leh Arjo moemedo 0 komentaran

Tujuan dan Peran Perpustakaan

Menurut UU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan Perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan.

Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.

Tetapi, dengan koleksi dan penemuan media baru selain buku untuk menyimpan informasi, banyak perpustakaan kini juga merupakan tempat penimpanan dan/atau akses ke map, cetak atau hasil seni lainnya, mikrofilm, mikrofiche, tape audio, CD, LP, tape video dan DVD, dan menyediakan fasilitas umum untuk mengakses gudang data CD-ROM dan internet.

Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia.

Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak. Dalam perpustakaan modern ini selain kumpulan buku tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan digital (dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan komputer).
Peran Perpustakaan

Perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkattkan efisiensi dan efektifitas proses belajar-mengajar. Perpustakaan yang terorganisir secara baik dan sisitematis, secara langsung atau pun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar mengajar di sekolah tempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, trekait dengan kemajuan bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar-mengajar yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan.[1]
Tujuan perpustakaan

Tujuan perpustakaan adalah untuk membantu masyarakat dalam segala umur dengan memberikan kesempatan dengan dorongan melelui jasa pelayanan perpustakaan agar mereka: a. Dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan; b. Dapat tanggap dalam kemajuan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan, kehidupan sosial dan politik; c. Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi anggota keluarga dan masyarakat yang lebih baik; d. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani dan dapat menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya manusia; e. Dapat meningkatkan tarap kehidupan seharihari dan lapangan pekerjaannya; f. Dapat menjadi warga negara yang baik dan dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional dan dalam membina saling pengertian antar bangsa; g. Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial.[2]

FUNGSI DAN PERANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH



I. Pendahuluan

Apabila kita memasuki suatu perpustakaan, yang kita lihat pertama adalah jajaran buku dan bahan pustaka lain yang diatur secara rapih di rak buku,rak majalah, maupun rak-rak bahan pustaka lain.
Bahan-bahan pustaka tersebut diatur menurut suatu sistem tertentu sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk menemukan kembali bahan pustaka yang diperlukan.
Pertanyaan yang timbul pada diri kita adala apakah setiap jajaran buku dan bahan pustaka lain yang diatur secara sistematis boleh disebut perpustakaan? Atau dengan kata lain, apakah sebenarnya perpustakaan itu?
Banyak batasan atau pengertian tentang perpustakaan yang disampaikan oleh para pakar di bidang perpustakaan. Anda dapat mempelajari beberapa pengertian perpustakaan seperti di bawah ini :
• Menurut kamus “ The Oxford English Dictionary”,kata “library” atau perpustakaan mulai digunakan dalam bahasa Inggris tahun 1374, yang berarti sebagai “ suatu tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai sebagai bahan rujukan”.
• Pengertian perpustakaan ini pada abad ke-19 berkembang menjadi “ suatu gedung,ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yanng dipelihara dengan baik,dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu.
• Dalam perkembangannya lebih lanjut, pengertian perpustakaan memperoleh penghargaan yang tinggi, bukan sekadar suatu gedung yang berisi koleksi buku yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
• Pada tahun 1970, The American Library Association menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian “ pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumenstasi dan pusat rujukan “.
• Dalam pengertiannya yang mutakhir, seperti yang tercantum dalam Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa “ perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.

Pengertian perpustakaan yang mutakhir ini telah mengarahkan kepada tiga hal yang mendasar sekaligus, yaitu hakikat perpustakaan sebagai salah satu sarana pelestarian bahan pustakan; fungsi perpustakaan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan; serta tujuan perpustakaan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pembangunan nasional.

Adapun pengertian perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang kedudukan dan tanggunng jawabnya kepada kepala sekolah; yang melayani sivitas akademka sekolah yang bersangkutan.

II. FUNGSI PERPUSTAKAAN

Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka. Bahan pustaka yang dimaksud merupakan hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
Dalam pengertian perpustakaan yang mutakhir ini juga tersirat fungsi perpustakaan pada umunya, yaitu sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan. Namun secara khusus,setiap jenis perpustakaan mempunyai fungsi masing-masing ,yang berbeda antara yang satu dan lainnya. Fungsi Perpustakaan Nasional RI berbeda dengan fungsi Perpustakaan Umum,fungsi Perpustakan Daerah berbeda dengan Perpustakaan Sekolah,fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi berbeda dengan fungsi Perpustakaan Khusus/Dinas. Karenanya berbeda-beda, maka masing-msing perpustakaan memiliki tujuan yang berbeda-beda pula yang harus dicapai oleh masing-masing jenis perpustakaan.
Marilah sekarang kita tinjau satu-persatu fungsi-fungsi perpustakaan menurut jenisnya.

Perpustakaan Nasional RI, menurut Keputusan Presiden nomor 11 tahun 1989,pasal 3 ,menyelenggarakan fungsi :
a.membantu Presiden dalam rangka merumuskan kebijaksanaan mengenai pengmbangan,pembinaan dan pendayagunaan perpustakaan.
b. melaksanakan pengembangan tenaga perpustakaan dan kerjadsama antara badan/lembaga termsuk perpustakaan didalam maupun diluar negeri
c. melaksanakan pembinaan atas semua ejnis perpustakaan di instansi/lembaga pemerintah maupun swasta yang ada dipusat ataupun didaerah
d. melaksanakan pengumpulan,penyimpanan, dan pengolahan bahan pustaka dari dalam dan luar negeri
e. melaksanakan jasa perpustakaan, perawatan danpelestarian bahan pustaka
f. melaksanakan penyusunan naskah bibliografi nasional dan katalog induk nasional
g. malaksanakan penyusunan bahan rujukan berupa indeks,bibliografi,subyek,abstrak dan penyususnan perangkat lumak bibiliografi.
h. melaksanakan jasa koleksi rujukan dan naskah
j. melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Presiden

1. Fungsi Perpustakaan Daerah

Disamping,Perpustakaan Daerah yang merupakan suatu organaisasi dilingkungan Perpustakaan Nasional RI yang berada di daerah , menurut Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI nomor 001/Org/9/1990, tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional RI, mempunyai fungsi :
a. mempersiapkan bahan perumusan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan perustakaan di daerah.
b. melaksanakan pembinaan dan pengembangan pada semua jenis perpustakaan di daerah
c. melaksanakan pengeumpulan, penyimpanan, dan pengolahan bahan pustaka
d. melaksanakan jasa perpustakaan, perawatan dan pelestarian bahan pustaka
e. melaksanakan penyususnan dan penerbitan bibliobgrafi daerah dan katalog induk daerah
f. melaksanakan penyususnan bahan rujukan berupa indeks,bibliografi,subyek, abstrak dan direktori
g. melaksanakan jasa informasi dan rujukan (referensi)
h. melaksanakan kerja sama antar perpustakaan di daerah
i. melaksanakan koordinasi dan evaluasi kegiatan perpustakaan di daerah
j. melaksanakan urusan ketatausahaan

2. Fungsi Perpustakaan Umum dan Keliling

Perpustakaan Umum baik yang berada di Daerah Tingkat II (Ibukota Kabupaten/Kotamadya), di ibukota kecamatan maupun yang berada di desa, menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 9 tahun 1988 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 21 tahun 1988, mempunyai fungsi :
a. menghimpun dan mengolah bahan pustaka dan informasi
b. memelihara danmelestarikan bahan pustaka dan informasi
c. mengatur dan mendayagunakan bahan pustaka dan informsi, sebagai pusat kegiatan belajar, pelayanan informasi, penelitian dan menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca bagi seluruh lapisan masyarakat

Perpustakaan Keliling berfungsi sebagai perpustakaan umum yang melayani kebutuhan informasi masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan perpustakaan umum. Pada hakikatnya fungsi Perpustakaan Keliling sama dengan Perpustakaan Umum . Perpustakaan Keliling merupakan kepanjangan layanan Peprustakaan Umum.

3. Fungsi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidiknan dan Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi sebagai :
a. Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah
b. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya.
c. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang (buku-buku hiburan)
Semua fungsi tersebut akan tergambar dalam koleksi pepustakaan bersangkutan.


III. ASPEK-ASPEK PEMBINAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

1. Aspek Status, Ogranisasi dan Manajemen

Sampai saar ini status beberap jenis perpustakaan ,seperti perpustakaan khusus,perpustakaan sekolah, perpustakaan perpguruan tinggi dan lain-lain, belum jelas, khususnya tentang eselonisasinya. Hal ini mengakibatkan tidak jelas pula aspek-aspek lainnya, misalnya berapa luas gedung/ruangannya, berapa banyak pustakawannya, berapa banyak koleksinya dan lain-lain. Oleh karena itu status beberapa jenis perpustakaan masih menjadi masalah yang perlu diperjuangkan. Yang statusnya telah jelas adalah Perpustakaan Nasional RI (eselon I), Perpustakaan Daerah (eselon II) dan Perpustakaan Umum Dati II (eselon IV).
Karena status masih belum jelas maka organisasinya juga menjadi masalah sehingga organisasi perpustkaan dalam Undang-undang Perpustakaan yang akan datang dapat disusun meliputi:
1. Kepala Perpustakaan (unsur pimpinan)
2. Petugas tata usaha perpustakaan ( unusur pembantu pimpinan)
3. Unsur pelaksana yang terdiri atas:
a) Petugas pengadaan/pengolahan baha pustaka
b) Petugas pelayanan (sirkulasi dan referensi)
c) Petugas penyuluhan/pemasyarakatan
d) Petugas penelitian dan pengembangan

Manajemen perpustakaan fungsi kegiatannya meliputi perencanaan,pengorganisasian,penggerakan , dan pengawasan (POAC= Planning, Organization,Actuating dan Controlling)
Dalam perencanaan kepala perpustakaan dapat menggungakan prinsip-prinsip Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBS atau Mangement By Objectives (MBO).

2. Aspek Ketenagaan

Keberhasilan suatu perpustakaan diukur berdasarkan tinggi rendahnya kemempuan perpustakaan tersebut dalam melaksanakan fungsinya sebagai pusat kegiatan belajar mandiri serta pusat pelayanan informasi, penelitian dan rekreasi masyarakat sekelilingnya. Untuk itu sebuah perpustakaan dari segi fisiknya memerlukan pembinaan yang tepat, yang memperhatikan perpaduan aspek lokasi gedung ruangan dan koleksi bahan pustaka agar serasi, selaras dan seimbang dengan baik. Tidak boleh terjadi alur kerja terhambat karena masalah ruang. Ini berarti bahwa petugas perpustakaan harus dapat mengatur ruang sedemikian rupa sesuai dengan kondisi yang ada. Hal ini teruta

IV.PENUTUP

Perpustakaan Sekolah merupakan unit kerja dan sebagai perangkat mutlak (complement) dari sekolah yang bersangkutan. Dengan tujuan menyediakan koleksi pustakan untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Dikatakan juga bahawa perpustakaan tersebut sebagai “jantungnya” pelaksanaan pendidikan pada lembaga itu.
Sedangkan fungsi utamanya yaitu sebagai pusat sumber belajar,pusat sumber informasi dan pusat bacaan rekreasi dan pengisi waktu senggang. Untuk selanjutnya perpustakaan itu sebagai tempat membina minat dan bakat siswa, menuju belajar sepanjang hayat (Long Life Education)




Daftar Pustaka

MUJITO, Pembinaan Minat Baca, Jakarta : Universitas Terbuka,1993
MARTOATMOJO,Karmidi. Manajemen Perpustakaan Khusus. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997
----------------------------------. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993
SULISTYO,Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan: Universitas Terbuka, 1993


Konsep teknologi pendidikan mencakup dua aspek, aspek teoretik dan aspek praktek. Pemahaman terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap aspek teoretik dan aspek praktek teknologi pendidikan memerlukan konstruksi pengetahuan secara berkelanjutan melalui kegiatan melakukan penelitian dan merefleksikan kegiatan praktek artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dinyatakan dalam istilah “studi”. Artinya dalam pengertian studi ini tercakup kegiatan-kegiatan pengumpulan informasi dan analisis di luar konsepsi penelitian tradisional. Konsep studi ini dimaksudkan untuk memasukkan baik penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif serta bentuk disciplined inquiry lain, seperti: pengembangan teori, analisis filsafati, investigasi historis, projek-projek pengembangan, analisis kegagalan, analisis sistem, dan evaluasi. Penelitian secara tradisional telah menghasilkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru dan proses-proses evaluatif artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang telah membantu memperbaiki praktek. Penelitian dapat dilakukan berdasarkan berbagai jenis konstruk metodologi begitu juga berdasarkan beberapa konstruk teoretik.
Penelitian dalam teknologi pendidikan telah berkembang dari upaya untuk “membuktikan” bahwa konstruk-konstruk media dan teknologi merupakan piranti belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang efektif menuju kep artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada penyelidikan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang diciptakan untuk mendeskripsikan dan merinci pelaksanaan proses-proses artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sesuai serta teknologi-teknologi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari masalah belajar. Dalam penelian teknologi pendidikan terbaru penting artinya menggunakan lingkungan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang otentik serta memperhatikan suara para pelaku praktek teknologi pembelajaran dan suara para peneliti. Melekat dalam konsep penelitian artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah prosesnya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terjadi secara berulang-ulang. Penelitian teknologi pendidikan berupaya memecahkan masalah melalaui menyelidiki solusi-solusintya. Usaha tersebut mengarah p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada praktek baru, masalah baru, dan pertanyaan baru. Tentu saja ide tentang praktek artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang reflektif dan penyelidikan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dilandasi dengan lingkungan otentik merupakan perspektif artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang bernilai dalam penelitian. Pelaksana artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang reflektif memperhatikan masalah-masalah artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada dalam lingkungannya (misalnya masalah belajar p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada siswa-siswanya) dan berupaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mengubah praktek artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dilandasi dengan hasil penelitian maupun pengalaman profesional. Refleksi dalam proses ini mengarah p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada perubahan-perubahan dalam solusi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan upaya lebih jauh untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam lingkungan. Semuanya ini merupakan proses praktek/refleksi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berulang artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dapat menuju p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada perbaikan praktek.
Ruang masalah penyelidikan baru kerapkali ditentukan oleh membanjirnya teknologi-teknologi baru dalam praktek-praktek pendidikan. Sejarah teknologi pembelajaran telah mencatat banyak program-program pendidikan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang diprakarsai untuk merespon teknologi baru untuk menyelidiki rancangan, pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaannya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terbaik. Akan tetapi, akhir-akhir ini program-program penyelidikan dalam teknologi pendidikan telah dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perubahan dalam posisi teoretik utama dalam teori belajar, pengelolaan informasi dan bidang-bidang lain artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berhubungan. Sebagai contoh, pandangan teoretik teori-teori kognitif dan konstruktivistik telah mengubah penekanan dalam bidang tersebut dari mengajar ke belajar. Perhatian kearah perspektif, preferensi pebelajar dan kepemilikan dalam proses pembelajaran telah berkembang. Perubahan teoretik ini telah mengubah secara dramatik orientasi dalam bidang ini dari suatu bidang studi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang digerakkan oleh rancangan pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang akan disampaikan dalam berbagai bentuk format (teknologi atau strategi) menuju kep artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada suatu bidang artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang ingin menciptakan lingkungan belajar dimana pebelajar dapat melakukan eksplorasi – sering dibantu sistem pendukung elektronik – agar bisa sampai p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada suatu pemahaman artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang bermakna. Penekanan dalam penelitian telah berubah kearah mengamati partisipasi aktif pebelajar dan pembangunan jalan mereka sendiri ke arah belajar. Singkat kata, perhatian bergerak meninggalkan rancangan rutin pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang telah ditetapkan lebih dahulu menuju kep artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada perancangan lingkungan untk memudahkan belajar.
Prof. Dr. I Wayan Ardhana, MA - Guru Besar Teknologi Pendidikan UM

Artikel ini disalin dari : http://blog.tp.ac.id/fungsi-penelitian-dalam-teknologi-pendidikan#ixzz1oDbaXRG5

Pengaruh Minat Baca Dan Ketersedian Sumber Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pelajaran Ekonomi
ABSTRAKNursamola, Awalina Afri. 2010. Pengaruh Minat Baca Dan Ketersedian Sumber Belajar Terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap Prestasi Belajar Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMAN 5. Malang. Skripsi, Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I ): Dr. Hj. Sri Umi Mintarti W., S.E.A.k, M.P, Pembimbing (II) : Dr. Sugeng Hadi Utomo, M.Ec.
Pesatnya perkembangan jaman artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang semakin modern menuntut artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adanya sumber daya manusia artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Maka pemerintahan Indonesia p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada saat ini menitik beratkan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pembangunan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang diarahkan kep artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pendidikan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang menunjang kehidupan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang masa mendatang. Untuk mengh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adapi era globalisasi maka sumber daya manusia artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berkualitas sangatlah penting. Oleh karena itu pentingnya dunia pendidikan dalam era globalisasi perlu diperhatikan agar lebih memacu mereka untuk belajar. Selain itu pendidikan merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tertuang dalam UUD 1945 ( artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sudah diamandemen) pasal 31 ayat 4 artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berbunyi “negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari pendapatan daerah untuk memenuhi kebituhan penyelenggaraan nasional”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkankondisi minat baca siswa kelas X p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pelajaran ekonomi di SMA Negeri 5 Malang. Mengungkapkan kondisi ketersediaan sumber belajar kelas X p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pelajaran ekonomi di SMA Negeri 5 Malang. Mengungkapkan kondisi prestasi belajar kelas X p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pelajaran ekonomi di SMA Negeri 5 Malang dan menganalisis pengaruh antara minat baca dengan ketersediaan sumber belajar terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap prestasi belajar pelajaran ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 5 Malang.
Dari hasil pembahasan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pengaruh minat baca terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap prestasi belajar siswa di SMAN 5 Malang. karena menunjukan t hitung = 9,115 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < , (5%), hal ini berarti bahwa variabel minat baca mempunyai pengaruh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang signifikan terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap prestasi belajar belajar. Secara parsial, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pengaruh ketersediaan sumber belajar terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap prestasi belajar siswa SMAN 5 Malang. karena t hitung = 4, 974. dengan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,000 < , (5%). Dengan ini menunjukan bahwa artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pengaruh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang signifikan terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap prestasi belajar. Secara simultan, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pengaruh minat baca dan ketersediaan sumber belajar terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap prestasi belajar siswa. Karena diperoleh nilai Fhitung sebesar 103,416 dan F tabel 3,104 dengan signifikansi 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi F lebih kecil dari (0,05). Berarti artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pengaruh minat baca dan ketersediaan sumber belajar terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: Bagi Guru, hendaknya guru sering untuk memberikan tugas-tugas atau latihan-latihan dan lebih mengembangkan latihan tersebut sehingga memungkinkan siswa untuk lebih banyak membaca dari berbagai sumber atau literatur buku dalam usaha untuk meningkatkan prestasi belajar para siswa. Bagi Sekolah, Diharapakan dalam peng artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adaan sumber belajar disekolah hendaknya memperhatikan kebutuhan siswa terutama untuk proses belajar mengajar.

Artikel ini disalin dari : http://blog.tp.ac.id/pengaruh-minat-baca-dan-ketersedian-sumber-belajar-terhadap-prestasi-belajar-pelajaran-ekonomi#ixzz1oDZA1cKs

Total Pageviews

lalaaaa

berilah kritik dan saran pada saya
terimakasih.. salam Anharul Huda

ngobrol-ngobrol
[Close]

Like My Blog JO LALI PENCET JEMPOLNYA. OK

sedulur adoh seg mampir