SUGENG RAWUH

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Melalui jejaring sosial website ini, kami bertekad dapat menyuguhkan layanan informasi secara umum maupun khusus yang meliputi aktifitas KBM, kegiatan siswa, prestasi sekolah/siswa, PSB dsb. Yang dapat diakses oleh siswa, guru, orang tua/wali siswa dan masyarakat secara cepat, tepat dan efisien.
Akhir kata, semoga layanan web site ini bermanfaat.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

BIMBINGAN KARIR Bab I

Dikirim 0leh Arjo moemedo Tuesday, May 14, 2013 0 komentaran


BIMBINGAN KARIR
Bab I
Pendahuluan
A. Sejarah Lahirnya Bimbingan dan Konseling Karir
Konsep bimbingan jabatan lahir bersamaan dengan konsep bimbingan di Amerika Serikat pada awal abad keduapuluh, yang dilatari oleh berbagai kondisi obyektif pada waktu itu (1850-1900), diantaranya : keadaan ekonomi; keadaan sosial, seperti urbanisasi; kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan kemampuan diri dan statusnya; dan perkembangan ilmu (scientific), khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimantal yang dipelopori oleh Freechner, Helmotz dan Wundt, psikometrik yang dikembangkan oleh Cattel, Binnet dan yang lainnya Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan bimbingan jabatan (vocational guidance) yang tersebar ke seluruh negara (Crites, 1981 dalam Bahrul Falah, 1987).
Isitilah vocational guidance pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun 1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan. Pada awalnya penggunaan istilah vocational guidance lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.
Namun sejak tahun 1951, para ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model okupasional (occupational) ke model karier (career). Kedua model ini memliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih jabatan. Pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan. Sedangkan pada model karier, tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.
B. Definisi Bimbingan dan Konseling Karier
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling ada empat bidang pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Bimbingan karir pada hakekatnya merupakan salah satu upaya pendidikan melalui pendekatan pribadi dalam membantu individu untuk mencapai kompetisi yang diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah karir.
Donald D. Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja. Menurut batasan ini, ada dua hal penting, pertama proses membantu individu untuk memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia kerja. Oleh sebab itu yang penting dalam bimbingan karir adalah pemahaman dan penyesuaian diri baik terhadap dirinya maupun terhadap dunia kerja. Tolbert, (1975:27) memaparkan bahwa “Career guidance … encompasses all of the service that aim at helping pupils make occupational and educational plans and decisions “. Pengertian Tolbert ini mengandung makna bahwa bimbingan karir merupakan salah satu bentuk layanan dalam membantu siswa merencanakan karirnya.
Berdasarkan uraian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa bimibingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia mampu merencanakan karirnya dengan mantap sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, pengetahuan dan kepribadian serta faktor-faktor yang mendukung kemajuan dirinya. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan diri tersebut misalnya informasi karir yang diperoleh siswa dan status sosial ekonomi orang tua. Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Moh. Surya (1988:14) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan.
Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah “di sini dan sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap- sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja.
Pacinski dan Hirsh (1971:8) menegaskan bahwa sekolah-sekolah mendapat kesempatan yang berharga melaui proses pendidikan untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Salah satu bentuk layanan yang diberikan sekolah dalam upaya mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja adalah bimbingan karir di samping kegiatan kurikuler. Melalui bimbingan karir siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang dirinya, pengenalan terhadap berbagai jenis sumber-sumber kehidupan serta penghargaan yang objektif dan sehat terhadap karir.
Untuk mengantar siswa ke gerbang masa depan (pendidikan dan pekerjaan) yang diharapkan, program bimbingan karir yang dicanangkan di sekolah merupakan wadah yang tepat untuk itu.
1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.
2. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya dan karier yang hendak dikembangkan pada khususnya.
3. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA.
5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
6. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan; pelatihan diri untuk keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan, industri) sesuai dengan program kurikulum sekolah menengah kejuruan yang bersangkutan. (Muslihudin, dkk, 2004)
C. Pentingnya Informasi Karir dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Karier
Permasalahan karir merupakan permasalahan masa depan siswa. Kegiatan masa sekarang akan mewarnai masa depan seseorang. Agar siswa SMA dapat menyiapkan masa depannya dengan baik, siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang akan dipilihnya. Informasi yang cukup dan tepat tentang seseorang individu, merupakan aset bagi individu yang bersangkutan untuk memahami faktor-faktor yang ada pada dirinya, faktor kekuatan maupun faktor kelemahan-kelemahannya. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson (1981:37) informasi karir adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep dirinya. Lebih lanjut dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa depan.
Dewa Ketut Sukardi (1984:112) mengemukakan pada dasarnya informasi karir terdiri dari fakta-fakta mengenai pekerjaan, jabatan atau karir dan bertujuan untuk membantu individu memperoleh pandangan, pengertian dan pemahaman tentang dunia kerja dan aspek-aspek dunia kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa informasi karir/jabatan meliputi fakta-fakta yang relevan dengan butir-butir berikut:
1. Potensi pekerjaan termasuk luasnya, komposisinya, faktor-faktor geografis, jenis kelamin, tingkat usia, dan besarnya kelompok-kelompok industri.
2. Struktur kerja dan besarnya kelompok-kelompok kerja
3. Ruang lingkup dunia kerja meliputi; pemahaman lapangan kerja, perubahan populasi permintaan dari masyarakat umum yang membaik dan perubahan teknologi.
4. Perundang-undangan peraturan atau perjanjian kerja.
5. Sumber-sumber informasi dalam rangka mengadakan studi yang berkaitan dengan pekerjaan.
6. Klasifikasi pekerjaan dan informasi pekerjaan.
7. Pentingnya dan kritisnya pekerjaan.
8. Tugas-tugas nyata dari pekerjaan dan hakekat dari pekerjaan.
9. Kualifikasi yang memaksa untuk bekerja dalam bermacam-macam pekerjaan.
10. Pemenuhan kebutuhan untuk bermacam-macam pekerjaan.
11. Metode dalam memasuki pekerjaan dan meningkatkan prestasi kerja
12. Pendapat dan bentuk-bentuk imbalan dari bermacam-macam pekerjaan
13. Kondisi-kondisi kerja dalam berjenis-jenis pekerjaan
14. Kriteria untuk penilaian terhadap materi informasi pekerjaan
15. Ciri-ciri khas tempat kerja
D. Tujuan Bimbingan dan Konseling Karier
Bimbingan dan konseling karier yang dilaksanakan di sekolah memiliki beberapa tujuan umum, yaitu:
1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
2. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
4. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
6. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
7. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
8. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
9. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
Sedangkan tujuan bimbingan dan konseling karir di SMA ialah :
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk :
 Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.
 Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya.
 Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut.
 Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
 Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.
 Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
 Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

E. Praktikum Bimbingan dan Konseling Karier
Dengan menilik pentingnya bimbingan dan konseling karier di sekolah, maka penulis pun mendapat mata kuliah bimbingan dan konseling karier beserta praktikumnya. Dalam mata kuliah bimbingan dan konseling karier, penulis diajarkan berbagai hal tentang bimbingan dan konseling karier, dan pendalaman tentang bimbingan dan konseling karier itu sendiri. Setelah itu penulis mendapatkan mata kuliah praktikum bimbingan dan konseling karier, pada mata kuliah ini diajarkan cara membuat perencanaan program kerja yang terdiri dari program kerja tahunan, program kerja semesteran, program kerja bulanan dan program kerja mingguan. Dan juga membuat silabus yang dibuat berdasarkan program kerja yang telah dibuat dan yang terakhir adalah membuat satuan layanan Bimbingan dan Konseling yang diambil dari silabus.
Program kerja yang penulis pelajari dan penulis buat pada praktikum ini ada empat, yaitu program kerja tahunan, program kerja semesteran, program kerja bulanan, serta program kerja mingguan. Setelah penulis membuat program kerja, kemudian penulis membuat silabus yang bersumber dari program kerja yang telah penulis buat, setelah itu penulis membuat satlan yang bersumber dari silabus yang telah penulis buat dan rencanakan juga, yang dimana satlan tersebut menjadi rencana dan acuan penulis dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling karier kepada para siswa.
Dalam praktikum ini, penulis terbagi menjadi tiga kelompok besar, yang di dalamnya terdapat empat kelompok kecil yang masing-masing membuat program kerja, silabus dan satuan layanan berdasarkan tingkat sekolah yang penulis dapatkan. Tingkatan sekolah tersebut antara lain, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir (SLTA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada pembagian tersebut, penulis mendapatkan bagian Sekolah Menengah Atas (SMK). Setelah tugas tersebut selesai maka tugas yang selanjutnya adalah mempraktekan secara langsung program kerja yang telah dibuat dengan cara menyimulasikan di depan kelas dengan seolah-olah berperan sebagai guru BK yang sedang mengajar dikelas dan anggota kelompok berperan sebagai siswa.


Bab II
Peyusunan Rencana Layanan BK Karier
A. Program kerja
Program kerja bimbingan dan konseling merupakan rencana kerja yang disusun sebagai acuan dalam pemberian materi atau layanan kepada para siswa atau konseli, yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan, yang bertujuan untuk tercapainya perkembangan siswa secara efektif dan optimal. Dengan adanya program kerja ini, guru bimbingan dan koseling atau konselor sekolah, dapat dengan mudah memberikan layanannya kepada para siswa sesuai kebutuhan para siswa.
Dalam penyusunan program kerja (Proker) ini, penulis membaginya menjadi empat bagian, yaitu program kerja tahunan (Prota), program kerja semesteran (Promes), program kerja bulanan, program kerja mingguan. Dalam penyusunan program kerja ini penulis berpedoman pada contoh program kerja SMA N 5 Surakarta, karena memang sebelumnya belum memiliki pengalaman membuat program kerja, penulis berusaha sebaik mungkin berusaha memilah dan memilih standar kompetensi yang cocok dengan bidang bimbingan karir.
1. Program kerja tahunan (Prota)
Program kerja tahunan merupakan rencana kerja yang disusun untuk satu tahun pelajaran dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling. Program kerja tahunan ini, penulis sesuaikan dengan pola 17+ yang ada dalam panduan layanan bimbingan dan konseling, tetapi penulis hanya mengambil beberapa layanan yang sesuai untuk dapat diterapkan di sekolah, yaitu al: Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan/Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan konsultasi, Layanan mediasi, Aplikasi instrumentasi, Himpunan data, Konferensi kasus, Kunjungan Rumah, Tampilan kepustakaan, Alih Tangan Kasus.
Dalam penyusunan program kerja tahunan ini penulis khususkan untuk layanan bimbingan dan konseling karier saja, karena mata kuliah ini adalah praktikum bimbingan dan konseling karier. Dikarenakan penulis memperolaeh bagian SMA, maka program kerja ini penulis sesuaikan dengan kebutuhan dan program studi siswa yang telah dibuat sebelumnya. Di SMA mengenalkan program –program study di SMA ini,
2. Program kerja semesteran (Promes)
Program kerja semesteran merupakan rencana kerja yang disusun untuk pelayanan bimbingan dan konseling dalam jangka waktu satu semester. Program kerja ini bersumber dari program kerja tahunan yang telah disusun sebelumnya. Dalam penyusunan program kerja semesteran ini, masih bersifat gambaran secara umum mengenai bimbingan karier yang akan di berikan kepada siswa selama satu semester, tetapi lebih khusus dibandingkan dengan program kerja tahunan yang telah disusun.
Program kerja ini pun disesuaikan dengan pola 17+ dan sesuai pula dengan kebutuhan para siswa. Beberapa layanan yang terdapat dalam program kerja semesteran ini al: Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan/Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan konsultasi, Layanan mediasi, Aplikasi instrumentasi, Himpunan data, Konferensi kasus, Kunjungan Rumah, Tampilan kepustakaan, Alih Tangan Kasus.
3. Program kerja bulanan
Program kerja bulanan merupakan rencana kerja yang disusun setiap bulannya dalam satu tahun untuk pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam penyusunann program kerja bulanan ini bersumber dari program kerja semesteran yang disusun sebelumnya. Dari program semesteran tersebut, dibagi menjadi enam bulan layanan, yang setiap bulannya memiliki tema yang berbeda dan disesuaikan dengan kebutuhan serta program kegiatan belajar mengajar siswa.
Ada beberapa bulan yang temanya tersebut salig berkaitan. Hal ini bertujuan agar siswa lebih memahami tentang pokok bahasan yang disampaikan oleh guru BK atau konselor sekolah. Penyusunan program kerja bulanan ini pun tetap berdasarkan pada beberapa pola 17+, yaitu Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan/Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan konsultasi, Layanan mediasi, Aplikasi instrumentasi, Himpunan data, Konferensi kasus, Kunjungan Rumah, Tampilan kepustakaan, Alih Tangan Kasus.
4. Program kerja mingguan
Program kerja mingguan merupakan rencana kerja yang disusun setiap minggunya dalam satu bulan untuk pelayanan bimbingan dan konseling. Penyusunan program kerja mingguan ini bersumber dari program kerja bulanan yang telah disusun sebelumnya. Dari satu tema dalam setiap bulan, dibagi menjadi empat sub tema yang saling berkaitan dalam setiap minggunya. Keempat sub tema ini dapat di tempatkan dalam berbagai layanan yang ada di pola 17+. Dalam satu minggunya dapat dicantumkan lebih dari satu layanan yang ada di pola 17+, tetapi antar satu layanan dengan layanan yang lain saling melengkapi dan relevan, bukan tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar guru BK dapat mengarahkan siswa secara tepat dan benar dalam pencapaian perkembangannya dan pemenuhan kebutuhannya.



B. Silabus
1. Pengertian
Silabus adalah rencana pemberian layanan dalam satu kelompok tema tertentu yang mencakup standart kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, materi pokok, sumber atau alat atau bahan, alokasi waktu, dan penilaian.
2. Prinsip Pengembangan Silabus
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dalam kajian silabus harus benardan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan konsisten (Tata asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, pengalaman belajar, materi pokok, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, pengalaman belajar, materi pokok dan penilaian harus memperhatikan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan konteksnya.


g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di lembaga dan tuntutan masyarakat
h. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor)
3. Langkah Penyusunan Silabus
a. Identifikasi, yaitu identitas suatu jurusan kelas dari semester.
b. Perumusan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
1) Merumuskan SK setiap mata pelajaran berdasarkan tujuan akhir mata pelajaran tersebut.
2) Merinci atau melakukan penggalan-penggalan SK menjadi KD untuk memudahkan pencapaian dan pengukuran.
3) Dapat menambahkan KD bilamana perlu dan masih dianggap relevan.
c. Menentukan materi pokok dan SUB materi pokok
Materi pokok dan sub materi pokok adalah materi layanan yang dibutuhkan peserta didik untuk mencapai KD yang telah ditentukan dengan mendasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Prinsip Relevansi
Artinya ada kesesuaian antara materi pokok dan uraian materi pokok dengan KD yang ingin dicapai
2) Prinsip konsentensi
Adanya keajegan antara materi pokok dan urutan materi pokok dengan KD dan SK
3) Prinsip edukasi
Artinya ada kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai KD.
Dalam penyusunan silabus ini, penulis mengacu pada penyusunan program kerja yang sudah penulis susun di atas. Penyusunan silabus penulis sesuaikan dengan tugas perkembangan siswa SMA. Setiap aspek tugas perkembangan penulis bagi ke dalam beberapa kompetensi dasar yang nantinya akan mempunyai beberapa indikator keberhasilan bagi para siswa atau peserta didik. Setelah itu, penulis menentukan metode penyampaian layanan yang akan penulis laksanakan al: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dll. Kemudian penulis menentukan materi yang akan penulis sampaikan kepada siswa sesuai dengan tema pada program kerja yang telah disusun serta alokasi waktu yang penulis perlukan dalam penyampaian layanan tersebut. Disamping itu penulis juga menentukan penilaian terhadap layanan yang telah penulis sampaikan terhadap siswa yang menerima layanan tersebut. Penilaian tersebut bervariasi, seperti : penilaian segera, jangka pendek dan jangka panjang. Setelah semuanya terselesaikan, penulis menjadikannya acuan dalam pembuatan sebuah satuan layanan yang akan penulis sampaikan kepada siswa setiap harinya.
Seperti halnya dalam penyusunan program kerja di atas, penyusunan silabus yang penulis susun pun mendapatkan kritik dan saran dari asisten dosen. Sehingga penulis pun harus merevisi silabus yang penulis sudah susun sehingga menjadi sebuah silabus yang cukup baik untuk diterapkan dalam pelaksanaan di sekolah
C. Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling
Setelah keseluruhan program kerja dan silabus terselesaikan, maka langkah selanjutnya adalah membuat satuan layanan (Satlan). Satlan merupakan satuan layanan yang harus dibuat setiap akan memberikan layanan kepada siswa. Satlan ini dibuat berdasarkan silabus yang telah dibuat. Satlan ini merupakan program yang dibuat secara spesifik dan merupakan pedoman dalam memberikan materi layanan.
Dalam pembuatan satlan ini, penulis satu kelompok kecil membagi tugas untuk membuat satuan layanan layanan informasi, bimbingan kelompok dan layanan penempatan dan penyaluran. Dalam pembagian ini, penulis mendapatkan layanan penempatan dan penyaluran, oleh karena itu penulis mengambil judul layanan yaitu tentang penyaluran dunia industry. Dalam penyusunannya penulis tidak terlalu mengalami banyak kesulitan, karena penulis telah dibiasakan untuk membuat satlan setiap akan membuat simulasi layanan bimbingan dan konseling. Tetapi meskipun demikian, penulis tetap mendapat saran dan kritik yang membangun dari para asisten dosen. Mengingat siswa kelas X SMA harus sudah mempunyai gambaran dan pilihan untuk mengambil jurusan bidang study di IPA atau IPA, maka penulis mengambil sasaran siswa SMA kelas X yang berada dalam tahap untuk mempersiapkan karir kedepanya nanati.
Dalam satuan layanan ini penulis menentukan beberapa tujuan layanan, adalah: Siswa mampu memahami program-program penjurusan di SMA, siswa mampu menyebutkan program-program penjurusan di SMA serta siswa mampu memilih jurusan yang sesuai minat dan bakatnya
Strategi yang penulis terapkan dalam layanan penyaluran dan penempatan ini adalah ceramah dan tanya jawab. Materi yang akan penulis sampaikan dalam layanan ini adalah : Pengertian program jutusan di SMA, Karakteristik anak IPA dan IPS, Kelebihan dan kekurangan siswa IPA dan IPS, Referensi memilih jurusan
.
Dalam penyampaian layanan bimbingan konseling karier ini, ada beberapa tahapan yang telah dilaksanakan, yaitu:
1. Pendahuluan
a. Salam pembuka
b. Memberi good raport kepada siswa
c. Absen kehadiran siswa, pengecekan keadaan siswa maupun keadaan fisik kelas
d. Apresepsi : apakah siswa sudah memahami tentang macam-macam jurusan yang ada di SMA
2. Inti
a. Guru Mengenalkan program jurusan di SMA
b. Guru menjelaskan tentang program jurusan di SMA
c. Guru memaparkan karakteristik IPA dan IPS
d. Tanya jawab / diskusi mengenai materi yang dijelaskan

3. Penutup
a. Guru bersama dengan siswa menyimpulkam materi yang telah disampaikan
b. Guru memberikan saran-saran pemilihan jurusan sesuai minat dan bakatnya
c. Guru menutup pertemuan / salam penutup
Disamping hal-hal tersebut, penulis mencantumkan beberapa komponen lain adalah , pihak-pihak tekait dalam layanan ini. Pihak terkait dalam layanan ini merupakan wali kelas dan pembimbing ekstrakulikuler. Karena pada prakteknya, seorang konselor atau Guru BK tidak mungkin mengawasi seluruh siswa yang mengikuti ekstra kulikuler. Oleh karena itu, guru BK perlu bekerjasama dengan wali kelas dan guru pembing ekstrakulikuler untuk melatih siswanya sesuai minat dan bakat siswanya. Untuk memperlancar penyampaian materi layanan, penulis pun menggunakan LCD, Laptop, dan Power Point untuk menarik perhatian siswa. Semua hal tersebutpun perlu di nilai keberhasilannya pada siswa, oleh karena itu penulis membuat tiga jangka penilaian terhadapa perubahan siswa, yaitu penilaian segera, jangka pendek dan jangka panjang. Penilaian Segera yang merupakan Pemahaman materi layanan siswa, Penilaian jangka pendek dengan mengamati siswa selama mengikuti kegiatan layanan dan partisipasi siswa dalam memberikan tanggapan melalui angket terbuka dan Penilaian jangka panjang yaitu dengan bekerjasama dengan wali kelas untuk mengetahui perkembangan siswa setelah mengikuti layanan
Untuk mengantisaipasi adanya permasalahan dan ketidak jelasan siswa, maka penulis mengaitkan layanan ini pada layanan konseling individual.


Bab III
Pelaksanaan Layanan BK Karier
A. Pemberian Layanan
Dalam pemberian layanan, penulis diharuskan membuat satlan terlebih dahulu yang di ambil dari silabus yang telah disusun sebelumnya. Dalam pembuatan satlan, penulis satu kelompok mendapatkan bagian SMA, dan dibagi menjadi beberapa satlan, yaitu satlan informasi, bimbingan kelompok, dan penempatan penyaluran. Dalam pemberian layanan penulis menentukan sasaran khusus bagi layanan yang akan penulis berikan, yaitu siswa SMA kelas X untuk pemilihan jurusan IPA atau IPS sesuai dengan minat dan bakatnya. Dalam penyampaian layanan bimbingan dan konseling karier ini penulis mendapatkan bagian layanan informasi. Dan dalam penyampaiannya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Pembukaan
Sebelum layanan informasi dimulai, penulis mengkondisikan teman-teman untuk mengkondisikan teman-teman memposisikan dirinya menjadi siswa SMA kelas X. Setelah semuanya dapat terkondisikan dengan baik, penulis baru memulai simulasi penyampaian layanan penempatan dan penyaluran tersebut.
a. Salam pembuka dan good rapport
Salam pembuka dan good rapport berfungsi untuk mengkondisikan siswa serta menarik konsentrasi siswa terhadapa Guru BK. Dalam good rapport ini penulis menanyakan kabar mereka, mata pelajaran apa yang telah mereka lalui sebelum penulis, dan membicarakan hal-hal yang ringan. Hal ini bertujuan untuk membangun hubungan baik dengan para siswa.
b. Absen kehadiran siswa, pengecekan keadaan siswa maupun keadaan fisik kelas
Sebelum memulai penyampaian materi, penulis melakukan presensi terlebih dahulu untuk mengetahui siapa saja yang tidak masuk dan apa alasannya. Hal tersebut secara tidak langsung mengontrol keadaan siswa dan kelas secara keseluruhan.
c. Apresepsi
Setelah mengecek kondisi siswa beserta kelas, penulis melakukan apresepsi kepada siswa tentang materi yang sebelumnya telah di sampaikan dan yang akan penulis sampaikan. Hal ini penulis lakukan untuk menyegarkan kembali ingatan para siswa dan mengkondisikan mereka tentang apa yang akan menjadi topic bahasan untuk hari ini. Penulis menanyakan kepada mereka beberapa pertanyaan, misal apa yang penulis sampaikan pertemuan yang lalu, dan apakah mereka paham tentang bakat dan minat untuk perencanaan pemilihan jurusan nantinya.
2. Inti
Setelah melakukan apresepsi, penulis langsung menjelaskan mengenai macama-macam program penjurusan di SMA. Pengertian program jurusan di SMA itu trbagi menjadi dua yaitu ; IPA (ilmu pengetahuan alam ) dan IPS ( ilmu pengetahuan social ), Karakteristik anak IPA dan IPS, Kelebihan dan kekurangan siswa IPA dan IPS.
Referensi memilih jurusan Dalam penyampaiannya, diselingi oleh tanya jawab dari siswa tentang minat dan bakatnya itu cenderung di IPA dan di IPS. Setelah seluruh siswa mengerti, penulis memberikan mereka tugas untuk menuliskan kecakapan minat dan bakatnya di jurusan IPA atau IPS. Setelah seluruh kertas dikumpulkan, penulis dapat membantu mereka menentukan jurusan secara tepat dan sesuai dengan siswanya. Hal tersebut agar siswa berpandangan luas dan mempunyai pandangan lain tentang jurusan yang ada di SMA tersebut, yaitu IPA atau IPS.


3. Penutup
Sebagai penutupnya penulis penulis memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan sesuatu yang kurang jelas dan penulis berusaha menjawab pertanyaan yang ada,setelah itu penulis bersama dengan para siswa menyimpulkan materi layanan yang penulis berikan hari ini, dan penulis mengungkapkan harapan-harapan terhadap siswa setelah menerima layanan tersebut. Dan diakhiri dengan salam penutup.
B. Evaluasi Pemberian Layanan
1. Evaluasi ini penulis simpulkan dari beberapa komentar dari teman-teman, para asisten dosen, dan penulis sendiri. Menurut para asisten dosen dan teman-teman, dalam menyampaikan layanan bimbingan dan konseling karier ini penulis sudah bagus dan runtut. Penguasaan materi sudah baik. Tetapi ada beberapa bagian yang belum penulis tampilkan dan sampaikan dalam simulasi layanan tersebut, adalah: Terlalu memihak salah satu jurusan.
Seluruh komentar, kritik dan saran tersebut sangat memacu penulis untuk menampilkan sesuatu yang lebih baik lagi. Sehingga penulis merevisi bagian-bagian yang penulis rasa masih kurang, dan mengganti yang tidak relevan menjadi relevan.








Bab IV
Penutup
A. Kesimpulan
Dalam praktik simulasi layanan bimbingan dan konseling karier ini, saya masih memiliki kekurangan di mana-mana. Dari materi yang kurang memberikan memaparkan kelebihan anak IPS, pengkondisian siswa yang kurang, dan kekurang rincian dalam menjawab pertanyaan dari siswa. Dalam pembukaan seharusnya saya menyampaikan tujuan terlebih dahulu agar siswa mengetahui tujuan dari pada materi layanan yang di sampaikan oleh penulis atau guru BK.
Mengenai kekurangan dalam penyampaian dan satlan yang masih kurang sempurna, penulis menyadari akan hal tersebut. Hal itu di sebabkan oleh kurangnya pengarahan dalam pembuatan satuan layanan secara rinci dan ketidak tahuan penulis akan cara pembuatan dan penyusunan seperangkat program kerja.
B. Saran
Keseluruhan pelaksanaan dari praktek bimbingan dan konseling ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis memberikan saran bagi pelaksanaan praktek bimbingan dan konseling karier untuk kedepannya. Saran penulis adalah :
1. Seharusnya sebelum memberikan tugas kepada siswa untuk membuat seperangkat proker, silabus dan satlan ada pengarahan dan bimbingan terlebih dahulu tentang langkah-langkah pembuatan proker, silabus dan satlan.
2. Dalam praktek bimbingan dan konseling sebaiknya ada kerjasama dan komunikasi yang baik antar asisten dosen, agar dalam pelaksanaannya dapat lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Untuk praktek BK karier selanjutnya pelaksanaannya jangan terlalu sore, karena keadaan mahasiswa juga sudah letih dan kurang efektif pelaksanaannya setra kurangnya tempat untuk praktik BK Karir,jadi suasananya kurang kondusif.
4. Dalam pemberian saran dan masukan oleh asisten sebaiknya lebih dapat memberikan input positif kepada mahsiswa agar mahasiswa sendiri dapat memperbaiki kesalahan dan dan mengerti bagaimana yang seharusnya.


Guru yang Efektif

Dikirim 0leh Arjo moemedo Monday, May 6, 2013 0 komentaran


AKHMAD SUDRAJAT
Guru yang Efektif
Artikel Pendidikan, Opini, Pendidikan, Teori Pendidikan

Mengutip pemikiran Davis dan Margareth A. Thomas dalam bukunya Effective Schools and Effective Teachers, Suyanto dan Djihad Hisyam (2000:29) mengemukakan tentang beberapa kemampuan guru yang mencerminkan guru yang efektif :

1. Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan berkaitan dengan iklim kelas :

memiliki kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan;
memiliki hubungan baik dengan siswa;
secara tulus menerima dan memperhatikan siswa;
menunjukkan minat dan anthusias yang tinggi dalam mengajar;
mampu menciptakan atmosfer untuk bekerja sama dan kohesivitas dalam kelompok; melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran;
mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi; dan
meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada.

2. Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan terkait dengan strategi manajemen :

memiliki kemampuan secara rutin untuk mengahadapi siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi dalam mengajar; serta
mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berfikir yang berbeda.

3. Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan (reinforcement) :

mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa;
mampu memberikan respon yang membantu kepada siswa yang lamban belajar;
mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban yang kurang memuaskan; dan
mampu memberikan bantuan kepada siswa yang diperlukan.

4. Guru yang efektif memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri :

mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif;
mampu memperluas dan menambah pengetahuan metode-metode pengajaran; dan
mampu memanfaatkan perencanaan kelompok guru untuk menciptakan metode pengajaran.

======================

Peran Guru sebagai Fasilitator

Dikirim 0leh Arjo moemedo 0 komentaran



Peran Guru sebagai Fasilitator
Artikel Pendidikan, Makalah Pendidikan, Pendidikan

Oleh: Akhmad Sudrajat

Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan non formal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar.

Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat “top-down” ke hubungan kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat “top-down”, guru seringkali diposisikan sebagai “atasan” yang cenderung bersifat otoriter, sarat komando, instruksi bergaya birokrat, bahkan pawang, sebagaimana disinyalir oleh Y.B. Mangunwijaya (Sindhunata, 2001). Sementara, siswa lebih diposisikan sebagai “bawahan” yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu yang dikehendaki oleh guru.

Berbeda dengan pola hubungan “top-down”, hubungan kemitraan antara guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila:

Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran
Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).
Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.
Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.
Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa

========

Sumber:

Sindhunata. 2001. Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman, Yogyakarta : Kanisius
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Proyek P2MPD. 2000. Fasilitator dalam Pendidikan Kemitraan (Materi IV-4-1). Jakarta.

Dikirim 0leh Arjo moemedo 0 komentaran


AKHMAD SUDRAJAT
Tips Memotivasi Siswa untuk Belajar
Artikel Pendidikan, Pendidikan, Proses Pembelajaran, Teori Pendidikan

Motivasi belajar siswa merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, tentu saja menjadi tugas dan kewajiban guru untuk senantiasa dapat memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswanya. Meminjam pemikiran dari USAID DBE3 Life Skills for Youth, berikut ini beberapa ide yang dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa di dalam kelas.

Gunakan metode dan kegiatan yang beragam
Jadikan siswa peserta aktif
Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai
Ciptakan suasana kelas yang kondusif
Berikan tugas secara proporsional
Libatkan diri Anda untuk membantu siswa mencapai hasil
Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
Hindari kompetisi antarpribadi
Berikan Masukan
Hargai kesuksesan dan keteladanan
Antusias dalam mengajar
Tentukan standar yang tinggi (namun realisitis) bagi seluruh siswa
Pemberian penghargaan untuk memotivasi
Ciptakan aktifitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas
Hindari penggunaan ancaman
Hindarilah komentar buruk
Kenali minat siswa-siswa Anda
Peduli dengan siswa-siswa Anda

==========



Tujuh Prinsip Praktik Pembelajaran yang Baik
Artikel Pendidikan, Kurikulum dan Pembelajaran, Pendidikan, Pendidikan Indonesia, Psikologi Perkembangan

Dalam sebuah tulisannya, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengetengahkan tentang 7 (tujuh) prinsip praktik pembelajaran yang baik yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, baik bagi guru, siswa, kepala sekolah, pemerintah, maupun pihak lainnya yang terkait dengan pendidikan.

Di bawah ini disajikan esensi dari ketujuh prinsip tersebut dan untuk memudahkan Anda mengingatnya, saya buatkan “jembatan keledai” dengan sebutan CRAFT HiT

1. Encourages Contact Between Students and Faculty

Frekuensi kontak antara guru dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas merupakan faktor yang amat penting untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam belajar. Dengan seringnya kontak antara guru-siswa ini, guru dapat lebih meningkatkan kepedulian terhadap siswanya. Guru dapat membantu siswa ketika melewati masa-masa sulitnya. Begitu juga, guru dapat berusaha memelihara semangat belajar, meningkatkan komitmen intelektual siswa, mendorong mereka untuk berpikir tentang nilai-nilai mereka sendiri serta membantu menyusun rencana masa depannya.

2. Develops Reciprocity and Cooperation Among Students

Upaya meningkatkan belajar siswa lebih baik dilakukan secara tim dibandingkan melalui perpacuan individual (solo race). Belajar yang baik tak ubahnya seperti bekerja yang baik, yakni kolaboratif dan sosial, bukan kompetitif dan terisolasi. Melalui bekerja dengan orang lain, siswa dapat meningkatkan keterlibatannya dalam belajar. Saling berbagi ide dan mereaksi atas tanggapan orang lain dapat semakin mempertajam pemikiran dan memperdalam pemahamannya tentang sesuatu.

3. Encourages Active Learning

Belajar bukanlah seperti sedang menonton olahraga atau pertunjukkan film. Siswa tidak hanya sekedar duduk di kelas untuk mendengarkan penjelasan guru, menghafal paket materi yang telah dikemas guru, atau menjawab pertanyaan guru. Tetapi mereka harus berbicara tentang apa yang mereka pelajari dan dapat menuliskannya, mengaitkan dengan pengalaman masa lalu, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus menjadikan apa yang mereka pelajari sebagai bagian dari dirinya sendiri.

4. Gives Prompt Feedback

Siswa membutuhkan umpan balik yang tepat dan memadai atas kinerjanya sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari apa yang telah dipelajarinya. Ketika hendak memulai belajar, siswa membutuhkan bantuan untuk menilai pengetahuan dan kompetensi yang ada. Di kelas, siswa perlu sering diberi kesempatan tampil dan menerima saran agar terjadi perbaikan. Dan pada bagian akhir, siswa perlu diberikan kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari, apa yang masih perlu diketahui, dan bagaimana menilai dirinya sendiri.

5. Emphasizes Time on Task

Waktu + energi = belajar. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan sesuatu yang sangat penting bagi siswa. Siswa membutuhkan bantuan dalam mengelola waktu efektif belajarnya. Mengalokasikan jumlah waktu yang realistis artinya sama dengan belajar yang efektif bagi siswa dan pengajaran yang efektif bagi guru. Sekolah seyogyanya dapat mendefinisikan ekspektasi waktu bagi para siswa, guru, kepala sekolah, dan staf lainnya untuk membangun kinerja yang tinggi bagi semuanya

6. Communicates High Expectations

Berharap lebih dan Anda akan mendapatkan lebih. Harapan yang tinggi merupakan hal penting bagi semua orang. Mengharapkan para siswa berkinerja atau berprestasi baik pada gilirannya akan mendorong guru maupun sekolah bekerja keras dan berusaha ekstra untuk dapat memenuhinya

7. Respects Diverse Talents and Ways of Learning

Ada banyak jalan untuk belajar. Para siswa datang dengan membawa bakat dan gaya belajarnya masing-masing Ada yang kuat dalam matematika, tetapi lemah dalam bahasa, ada yang mahir dalam praktik tetapi lemah dalam teori, dan sebagainya. Dalam hal ini, siswa perlu diberi kesempatan untuk menunjukkan bakatnya dan belajar dengan cara kerja mereka masing-masing. Kemudian mereka didorong untuk belajar dengan cara-cara baru, yang mungkin ini bukanlah hal mudah bagi guru untuk melakukannya.

Pada bagian lain, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengatakan bahwa guru dan siswa memegang peran dan tanggung jawab penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran, tetapi mereka tetap membutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk membentuk sebuah lingkungan belajar yang kondusif bagi praktik pembelajaran yang baik. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan tersebut meliputi: (a) adanya rasa tujuan bersama yang kuat; (b) dukungan kongkrit dari kepala sekolah dan para administrator pendidikan untuk mencapai tujuan ; (c) dana yang memadai sesuai dengan tujuan; (d) kebijakan dan prosedur yang konsisten dengan tujuan; dan (e) evaluasi yang berkesinambungan tentang sejauhmana ketercapaian tujuan.

Adaptasi dan terjemahan bebas dari: Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson. Seven Principles for Good Practice in Undergraduate Education

Dikirim 0leh Arjo moemedo 0 komentaran


Antara Pembelajaran Kolaboratif dengan Pembelajaran Kooperatif
Artikel Pendidikan, Inovasi Pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif, Pendidikan, Pendidikan Indonesia

Dalam bahasa Indonesia, kata kolaborasi dan kooperasi cenderung diartikan dalam makna yang sama yaitu kerjasama. Menurut John Myers (1991) kata kolaborasi berasal dari bahasa Latin dengan memfokuskan pada proses, sedangkan kooperasi bersumber dari Amerika yang lebih menekankan pada hasil. Sementara itu, menurut Ted Panitz (1996), istilah kolaborasi menunjuk pada filsafat interaksi dan gaya hidup personal, sedangkan kooperasi lebih menggambarkan sebuah struktur interaksi yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian suatu hasil atau tujuan tertentu.

Kolaborasi mengasumsikan pentingnya kerjasama (koperasi) yang dibangun berdasarkan konsensus anggotanya, bukan kompetisi individual diantara anggota kelompok. Dalam kelompok akan terjadi pembagian peran, tugas dan wewenang dari setiap anggota kekompok. Masing-masing anggota kelompok berusaha saling menghargai dan memberikan kontribusi kemampuannya terhadap kegiatan kelompok.

Ketika seorang individu (baca: guru) menerapkan filosofi ini ke dalam kelas, keluarga atau komunitas kelompok lainnya untuk kepentingan pembelajaran maka itulah yang disebut pembelajaran kolaboratif. Jadi, pembelajaran kolaboratif pada dasarnya adalah sebuah filosofi personal, dan bukan hanya sekedar teknik dalam pembelajaran di kelas (Ted Panitz , 1996).

Wikipedia (2013) merumuskan Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning) sebagai situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar secara bersama-sama, dengan memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain (meminta informasi satu sama lain, mengevaluasi ide-ide satu sama lain, memantau pekerjaan satu sama lain, dll.). Sementara, pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran yang didesain untuk membantu siswa agar dapat berinteraksi dan bekerjasama secara kolektif, melalui tugas-tugas terstruktur guna mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dikembangkan ke dalam berbagai teknik, seperti: Think Pair Share, Jigsaw, STAD, TGT dan sebagainya.

Tradisi pembelajaran kolaboratif berasal dari Inggris, para guru Bahasa Inggris berusaha mengeksplorasi cara-cara untuk membantu siswa agar dapat berperan lebih aktif dalam proses pembelajarannya, khususnya dalam mengkaji suatu literatur. Guru menganalisis percakapan setiap siswanya ketika sedang menelaah atau merespon bagian literatur. Sementara pembelajaran kooperatif berkembang di Amerika dengan bersumber dari pemikiran John Dewey tentang pentingnya belajar sosial dan pemikiran Kurt Lewin tentang dinamika kelompok. (John Myers, 1991).

Untuk melihat perbedaan dan persamaan dari kedua konsep pembelajaran ini, Matthews, et.al. (1995) memerincinya seperti tampak dalam tabel berikut ini :

Perbedaan

Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran Kolaboratif

Para siswa menerima latihan keterampilan sosial dalam kelompok kecil.


Ada keyakinan bahwa para siswa telah memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran

Aktivitas-aktivitas terstruktur yang dirancang guru dan masing-masing siswa memiliki peran khusus.


Siswa mengatur dan menegosiasikan usahanya sendiri.

Guru mengamati, mendengarkan dan melakukan intervensi dalam kelompok jika diperlukan.


Aktivitas tidak dimonitor oleh guru. Ketika ada pertanyaan yang ditujukan kepada guru, guru membimbing siswa-siswa untuk menemukan informasi yang diperlukan.

Siswa menyerahkan tugas pada akhir pelajaran untuk dievaluasi.


Siswa menyimpan draft untuk dilengkapi pada pekerjaan selanjutnya.

Guru melakukan asesmen kinerja siswa secara individual maupun kelompok


Siswa melakukan asesmen kinerja secara individual maupun kelompok, berdasarkan konsensus kelompok kecil, kelas (pleno), maupun pertimbangan masyakat keilmuan pada umumnya

Selain memiliki perbedaan, kedua konsep pembelajaran ini juga memiliki persamaan, yakni:

Menekankan pentingnya pembelajaran aktif
Peran guru sebagai fasilitator
Pembelajaran adalah pengalaman bersama antara siswa dan guru
Meningkatkan keterampilan kognitif tingkat tinggi
Lebih banyak menekankan tanggungjawab siswa dalam proses belajarnya
Melibatkan situasi yang memungkinkan siswa dapat mengemukakan idenya dalam kelompok kecil.
Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan membangun tim.

by :/ AKHMAD SUDRAJAT

Total Pageviews

lalaaaa

berilah kritik dan saran pada saya
terimakasih.. salam Anharul Huda

ngobrol-ngobrol
[Close]

Like My Blog JO LALI PENCET JEMPOLNYA. OK

sedulur adoh seg mampir