tag:blogger.com,1999:blog-23699852025801257952024-02-07T17:40:21.198+07:00GUIDANCE CONSELING (Bimbingan Konseling)Guidance Counseling (
BIMBINGAN KONSELING)Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.comBlogger251125tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-47988981299289475192014-09-03T13:45:00.002+07:002014-09-03T13:45:52.116+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
admine moemed ndase</div>
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-11438833196346624162013-09-08T12:59:00.000+07:002013-09-08T12:59:47.249+07:00klik disini soal soal cpns 2013 <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a alt="soal-soal cpns 2013" href="http://www.cpnsonline.com/?id=arjo" target="_blank" title="Soal Ujian CPNS Indonesia"> <img class="aligncenter" src="http://www.cpnsonline.com/bannerstatis/cpnsonline468x60.gif" /></a></div>
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-55805767974285848062013-09-08T12:55:00.001+07:002013-09-08T12:55:51.978+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
............................................................................................................................................................................. <br />
<br />
<a alt="soal-soal cpns 2013" href="http://www.cpnsonline.com/?id=arjo" target="_blank" title="Soal Ujian CPNS Indonesia"> <img class="aligncenter" src="http://www.cpnsonline.com/bannerstatis/cpnsonline160x600.gif" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
...............................................................................................................................................................................................<br />
<br />
<br />
<br />
<a alt="soal-soal cpns 2013" href="http://www.cpnsonline.com/?id=arjo" target="_blank" title="Soal Ujian CPNS Indonesia"> <img class="aligncenter" src="http://www.cpnsonline.com/bannerstatis/cpnsonline728x90.gif" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
....................................................................................................................................................................<br />
<br />
<a alt="soal-soal cpns 2013" href="http://www.cpnsonline.com/?id=arjo" target="_blank" title="Soal Ujian CPNS Indonesia"> <img class="aligncenter" src="http://www.cpnsonline.com/bannerstatis/cpnsonline468x60.gif" /></a><br />
.........................................................................................................................................................................</div>
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-20369000404944879702013-07-29T23:14:00.000+07:002013-07-29T23:14:41.769+07:00http://www.cpnsonline.com/arjo<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><a alt="soal-soal cpns" href="http://www.cpnsonline.com/?id=arjo" target="_blank" title="Soal Ujian CPNS Indonesia"> <img class="aligncenter" src="http://www.cpnsonline.com/bannerstatis/cpnsonline560x250.gif" /></a></span></span></h5>
</div>
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-66391848957748066622013-06-18T00:35:00.000+07:002013-07-29T23:16:07.951+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 class="entry-title">
<a href="http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/06/16/pola-organisasi-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/" rel="bookmark">Mencari Alternatif Pola Organisasi BK di Sekolah</a></h2>
<div class="entry-meta">
<span class="meta-prep meta-prep-author">Posted on</span> <a href="http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/06/16/pola-organisasi-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/" rel="bookmark" title="06:16"><span class="entry-date">16 Juni 2013</span></a> <span class="by-author"><span class="sep">by</span> <span class="author vcard"><a class="url fn n" href="http://akhmadsudrajat.wordpress.com/author/akhmadsudrajat/" rel="author" title="Tampilkan semua tulisan oleh AKHMAD SUDRAJAT">AKHMAD SUDRAJAT</a></span> </span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #ff9900; float: left; font-family: Calibri; font-size: 100px; line-height: 70px; padding-top: 0;">S</span>ecara
teoritis, kita akan menjumpai sejumlah pola organisasi Bimbingan dan
Konseling (BK) yang bisa diterapkan di sekolah. Fajar Santoadi (2010)
dalam bukunya yang berjudul “<i>Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif</i>”, mengemukakan 4 (empat) pola dasar organisasi BK di sekolah, yaitu:<span id="more-28355"></span></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><b>Pola Generalis</b>. Tanggung jawab pelayanan BK menyebar di semua
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah (wali kelas, guru mata
pelajaran, staf) dan seorang guru BK profesional yang bertindak sebagai
Koordinator BK.</li>
<li><b>Pola Spesialis</b>. Pelayanan BK ditangani oleh tenaga ahli,
sehingga dalam struktur organisasi BK terdapat unit-unit pelayanan
khusus, misalnya Unit Testing, Unit Konseling, Unit Bimbingan Karier,
dsb.</li>
<li><b>Pola Kurikuler</b>. Pelayanan BK menggunakan pendekatan “seperti
layaknya mata pelajaran” dengan pelaksana utamanya Konselor, dan tidak
diperlukan koordinator BK.</li>
<li><b>Pola–Pola Relasi Manusia</b>. Bimbingan dan Konseling bekerja
dengan menciptakan relasi antarmanusia dalam bentuk kelompok-kelompok
perkembangan. Konselor dan Guru Mata Pelajaran bertindak sebagai
promotor dan pendamping kelompok-kelompok bimbingan.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu, Roeber (1955)
mengetengahkan pola organisasi BK dilihat dari ukuran jumlah siswa dan
sumber daya yang tersedia di sekolah, mencakup: sekolah kategori kecil,
sedang, dan besar, dengan menggunakan pola organisasi BK tersendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perspektif kebijakan pendidikan
nasional, Depdiknas (2008) menawarkan pola organisasi yang menjadi
rujukan sekaligus standar pola organisasi BK di sekolah-sekolah. Pola
organisasi yang ditawarkan Depdiknas ini seperti tampak dalam gambar
berikut ini:</div>
<div style="text-align: center;">
<img alt="Pola Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. " height="322" src="http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/04/organigram-bk-di-sekolah1.gif?w=390&h=322" width="390" /></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
Gambar 1. Struktur Organisasi Bimbingan Konseling</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan gambar di atas tampak bahwa
pola organisasi BK melibatkan seluruh personil sekolah, dan pihak luar
yang mungkin bisa dilibatkan dalam pelayanan BK. Pola ini<strong> mengasumsikan bahwa di sekolah telah tersedia guru BK (satu atau lebih) yang secara khusus menangani pelayanan BK.</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, Depdiknas (2009) juga telah
memberikan rambu-rambu beban kerja Guru BK, bahwa seorang Guru BK
mengampu paling sedikit 150 (seratus lima puluh) dan paling banyak 250
(dua ratus lima puluh) siswa per tahun pada satu atau lebih satuan
pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk layanan tatap muka terjadwal
di kelas untuk layanan klasikal dan/atau di luar kelas untuk layanan
perorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang memerlukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam praktiknya muncul permasalahan
bahwa tidak semua sekolah memiliki guru BK dalam jumlah yang memadai,
bahkan masih banyak sekolah yang sama sekali belum memiliki guru BK.
(Lihat tulisan ini: <a href="http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/23/11190821/Sekolah.Kekurangan.92.572.Guru.Konseling" target="_blank" title="Sekolah Kekurangan Guru BK">Sekolah Kekurangan 92.572 Guru Konseling</a>).
Banyak sekolah yang mencoba menggunakan pola organisasi BK seperti yang
dianjurkan Depdiknas, tetapi tampaknya cenderung hanya basa-basi alias
sekedar formalitas saja, sehingga kurang memberikan dampak terhadap
efektivitas pelayanan BK itu sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, mengambil momentum perubahan Kurikulum 2013, <a href="http://akhmadsudrajat.wordpress.com/" target="_blank">saya</a>
berharap kiranya pemerintah (Kemendikbud) dapat menyediakan Panduan
tentang Pelayanan BK di sekolah, selain menyediakan pola organisasi dan
administrasi BK yang standar secara nasional, juga di dalamnya dapat
menyediakan pola alternatif yang bisa dipilih dan disesuaikan dengan
kondisi dan sumber daya yang tersedia di sekolah masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
Alternatif yang dimaksud adalah:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Menyediakan pilihan pola organisasi BK beserta administrasi/ manajemennya bagi sekolah yang sama sekali tidak memilki guru BK.</li>
<li>Menyediakan pilihan pola organisasi BK beserta administrasinya/
manajemennya bagi sekolah yang memilki guru BK, tetapi jumlahnya tidak
memadai.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dengan adanya panduan yang menyediakan
alternatif ini, bagi sekolah-sekolah yang belum memiliki sumber daya
yang mencukupi, bisa menentukan pola organisasi dan administrasi layanan
BK yang sesuai dengan kondisi dan sumber daya yang ada, sehingga
pelayanan BK dapat diimplementasikan secara benar (tidak asal tunjuk
orang dan tidak dilakukan secara serampangan) serta dapat dievaluasi
secara berkeadilan (khususnya dikaitkan dengan Akreditasi Sekolah dan
Penilaian Kinerja Guru BK).</div>
<div style="text-align: justify;">
Bersamaan dengan upaya perbaikan mutu
layanan BK di sekolah (khususnya berkaitan dengan ketersediaan sumber
daya manusia BK dan sumber daya lainnya), selanjutnya secara bertahap
sekolah terus didorong untuk mampu mengembangkan pola organisasi dan
administrasi BK yang ideal atau standar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Prinsip dasar yang bisa dipegang bersama
bahwa pelayanan BK adalah bagian yang tak terpisahkan dari layanan
pendidikan di sekolah. Ada atau tidak ada, cukup atau tidak cukup
ketersediaan Guru BK di sekolah, siswa tetap membutuhkan pelayanan
bimbingan dan konseling yang tepat untuk kepentingan perkembangan
dirinya.</div>
</div>
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-70560687928644991182013-06-07T13:29:00.000+07:002013-06-18T00:37:55.252+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-72359573379369913622013-06-03T19:36:00.001+07:002013-06-18T00:37:38.696+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-88983737403559998922013-05-14T20:38:00.002+07:002013-05-14T20:38:45.953+07:00BIMBINGAN KARIR Bab I<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>BIMBINGAN KARIR<br />
Bab I<br />
Pendahuluan<br />
A. Sejarah Lahirnya Bimbingan dan Konseling Karir<br />
Konsep bimbingan jabatan lahir bersamaan dengan konsep bimbingan di Amerika Serikat pada awal abad keduapuluh, yang dilatari oleh berbagai kondisi obyektif pada waktu itu (1850-1900), diantaranya : keadaan ekonomi; keadaan sosial, seperti urbanisasi; kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan kemampuan diri dan statusnya; dan perkembangan ilmu (scientific), khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimantal yang dipelopori oleh Freechner, Helmotz dan Wundt, psikometrik yang dikembangkan oleh Cattel, Binnet dan yang lainnya Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan bimbingan jabatan (vocational guidance) yang tersebar ke seluruh negara (Crites, 1981 dalam Bahrul Falah, 1987).<br />
Isitilah vocational guidance pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun 1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan. Pada awalnya penggunaan istilah vocational guidance lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.<br />
Namun sejak tahun 1951, para ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model okupasional (occupational) ke model karier (career). Kedua model ini memliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih jabatan. Pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan. Sedangkan pada model karier, tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.<br />
B. Definisi Bimbingan dan Konseling Karier<br />
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling ada empat bidang pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Bimbingan karir pada hakekatnya merupakan salah satu upaya pendidikan melalui pendekatan pribadi dalam membantu individu untuk mencapai kompetisi yang diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah karir.<br />
Donald D. Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja. Menurut batasan ini, ada dua hal penting, pertama proses membantu individu untuk memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia kerja. Oleh sebab itu yang penting dalam bimbingan karir adalah pemahaman dan penyesuaian diri baik terhadap dirinya maupun terhadap dunia kerja. Tolbert, (1975:27) memaparkan bahwa “Career guidance … encompasses all of the service that aim at helping pupils make occupational and educational plans and decisions “. Pengertian Tolbert ini mengandung makna bahwa bimbingan karir merupakan salah satu bentuk layanan dalam membantu siswa merencanakan karirnya.<br />
Berdasarkan uraian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa bimibingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia mampu merencanakan karirnya dengan mantap sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, pengetahuan dan kepribadian serta faktor-faktor yang mendukung kemajuan dirinya. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan diri tersebut misalnya informasi karir yang diperoleh siswa dan status sosial ekonomi orang tua. Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Moh. Surya (1988:14) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal.<br />
Dari penjelasan-penjelasan di atas, secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan.<br />
Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah “di sini dan sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap- sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja.<br />
Pacinski dan Hirsh (1971:8) menegaskan bahwa sekolah-sekolah mendapat kesempatan yang berharga melaui proses pendidikan untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Salah satu bentuk layanan yang diberikan sekolah dalam upaya mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja adalah bimbingan karir di samping kegiatan kurikuler. Melalui bimbingan karir siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang dirinya, pengenalan terhadap berbagai jenis sumber-sumber kehidupan serta penghargaan yang objektif dan sehat terhadap karir.<br />
Untuk mengantar siswa ke gerbang masa depan (pendidikan dan pekerjaan) yang diharapkan, program bimbingan karir yang dicanangkan di sekolah merupakan wadah yang tepat untuk itu. <br />
1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.<br />
2. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya dan karier yang hendak dikembangkan pada khususnya.<br />
3. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.<br />
4. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA.<br />
5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.<br />
6. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan; pelatihan diri untuk keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan, industri) sesuai dengan program kurikulum sekolah menengah kejuruan yang bersangkutan. (Muslihudin, dkk, 2004)<br />
C. Pentingnya Informasi Karir dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Karier<br />
Permasalahan karir merupakan permasalahan masa depan siswa. Kegiatan masa sekarang akan mewarnai masa depan seseorang. Agar siswa SMA dapat menyiapkan masa depannya dengan baik, siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang akan dipilihnya. Informasi yang cukup dan tepat tentang seseorang individu, merupakan aset bagi individu yang bersangkutan untuk memahami faktor-faktor yang ada pada dirinya, faktor kekuatan maupun faktor kelemahan-kelemahannya. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson (1981:37) informasi karir adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep dirinya. Lebih lanjut dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa depan.<br />
Dewa Ketut Sukardi (1984:112) mengemukakan pada dasarnya informasi karir terdiri dari fakta-fakta mengenai pekerjaan, jabatan atau karir dan bertujuan untuk membantu individu memperoleh pandangan, pengertian dan pemahaman tentang dunia kerja dan aspek-aspek dunia kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa informasi karir/jabatan meliputi fakta-fakta yang relevan dengan butir-butir berikut:<br />
1. Potensi pekerjaan termasuk luasnya, komposisinya, faktor-faktor geografis, jenis kelamin, tingkat usia, dan besarnya kelompok-kelompok industri.<br />
2. Struktur kerja dan besarnya kelompok-kelompok kerja<br />
3. Ruang lingkup dunia kerja meliputi; pemahaman lapangan kerja, perubahan populasi permintaan dari masyarakat umum yang membaik dan perubahan teknologi.<br />
4. Perundang-undangan peraturan atau perjanjian kerja.<br />
5. Sumber-sumber informasi dalam rangka mengadakan studi yang berkaitan dengan pekerjaan.<br />
6. Klasifikasi pekerjaan dan informasi pekerjaan.<br />
7. Pentingnya dan kritisnya pekerjaan.<br />
8. Tugas-tugas nyata dari pekerjaan dan hakekat dari pekerjaan.<br />
9. Kualifikasi yang memaksa untuk bekerja dalam bermacam-macam pekerjaan.<br />
10. Pemenuhan kebutuhan untuk bermacam-macam pekerjaan.<br />
11. Metode dalam memasuki pekerjaan dan meningkatkan prestasi kerja<br />
12. Pendapat dan bentuk-bentuk imbalan dari bermacam-macam pekerjaan<br />
13. Kondisi-kondisi kerja dalam berjenis-jenis pekerjaan<br />
14. Kriteria untuk penilaian terhadap materi informasi pekerjaan<br />
15. Ciri-ciri khas tempat kerja<br />
D. Tujuan Bimbingan dan Konseling Karier <br />
Bimbingan dan konseling karier yang dilaksanakan di sekolah memiliki beberapa tujuan umum, yaitu:<br />
1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.<br />
2. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.<br />
3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.<br />
4. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.<br />
5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.<br />
6. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.<br />
7. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.<br />
8. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.<br />
9. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.<br />
Sedangkan tujuan bimbingan dan konseling karir di SMA ialah :<br />
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.<br />
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.<br />
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.<br />
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk :<br />
Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.<br />
Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya.<br />
Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut.<br />
Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.<br />
Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.<br />
Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.<br />
Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.<br />
<br />
E. Praktikum Bimbingan dan Konseling Karier <br />
Dengan menilik pentingnya bimbingan dan konseling karier di sekolah, maka penulis pun mendapat mata kuliah bimbingan dan konseling karier beserta praktikumnya. Dalam mata kuliah bimbingan dan konseling karier, penulis diajarkan berbagai hal tentang bimbingan dan konseling karier, dan pendalaman tentang bimbingan dan konseling karier itu sendiri. Setelah itu penulis mendapatkan mata kuliah praktikum bimbingan dan konseling karier, pada mata kuliah ini diajarkan cara membuat perencanaan program kerja yang terdiri dari program kerja tahunan, program kerja semesteran, program kerja bulanan dan program kerja mingguan. Dan juga membuat silabus yang dibuat berdasarkan program kerja yang telah dibuat dan yang terakhir adalah membuat satuan layanan Bimbingan dan Konseling yang diambil dari silabus.<br />
Program kerja yang penulis pelajari dan penulis buat pada praktikum ini ada empat, yaitu program kerja tahunan, program kerja semesteran, program kerja bulanan, serta program kerja mingguan. Setelah penulis membuat program kerja, kemudian penulis membuat silabus yang bersumber dari program kerja yang telah penulis buat, setelah itu penulis membuat satlan yang bersumber dari silabus yang telah penulis buat dan rencanakan juga, yang dimana satlan tersebut menjadi rencana dan acuan penulis dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling karier kepada para siswa. <br />
Dalam praktikum ini, penulis terbagi menjadi tiga kelompok besar, yang di dalamnya terdapat empat kelompok kecil yang masing-masing membuat program kerja, silabus dan satuan layanan berdasarkan tingkat sekolah yang penulis dapatkan. Tingkatan sekolah tersebut antara lain, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir (SLTA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada pembagian tersebut, penulis mendapatkan bagian Sekolah Menengah Atas (SMK). Setelah tugas tersebut selesai maka tugas yang selanjutnya adalah mempraktekan secara langsung program kerja yang telah dibuat dengan cara menyimulasikan di depan kelas dengan seolah-olah berperan sebagai guru BK yang sedang mengajar dikelas dan anggota kelompok berperan sebagai siswa.<br />
<br />
<br />
Bab II<br />
Peyusunan Rencana Layanan BK Karier<br />
A. Program kerja<br />
Program kerja bimbingan dan konseling merupakan rencana kerja yang disusun sebagai acuan dalam pemberian materi atau layanan kepada para siswa atau konseli, yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan, yang bertujuan untuk tercapainya perkembangan siswa secara efektif dan optimal. Dengan adanya program kerja ini, guru bimbingan dan koseling atau konselor sekolah, dapat dengan mudah memberikan layanannya kepada para siswa sesuai kebutuhan para siswa. <br />
Dalam penyusunan program kerja (Proker) ini, penulis membaginya menjadi empat bagian, yaitu program kerja tahunan (Prota), program kerja semesteran (Promes), program kerja bulanan, program kerja mingguan. Dalam penyusunan program kerja ini penulis berpedoman pada contoh program kerja SMA N 5 Surakarta, karena memang sebelumnya belum memiliki pengalaman membuat program kerja, penulis berusaha sebaik mungkin berusaha memilah dan memilih standar kompetensi yang cocok dengan bidang bimbingan karir.<br />
1. Program kerja tahunan (Prota)<br />
Program kerja tahunan merupakan rencana kerja yang disusun untuk satu tahun pelajaran dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling. Program kerja tahunan ini, penulis sesuaikan dengan pola 17+ yang ada dalam panduan layanan bimbingan dan konseling, tetapi penulis hanya mengambil beberapa layanan yang sesuai untuk dapat diterapkan di sekolah, yaitu al: Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan/Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan konsultasi, Layanan mediasi, Aplikasi instrumentasi, Himpunan data, Konferensi kasus, Kunjungan Rumah, Tampilan kepustakaan, Alih Tangan Kasus. <br />
Dalam penyusunan program kerja tahunan ini penulis khususkan untuk layanan bimbingan dan konseling karier saja, karena mata kuliah ini adalah praktikum bimbingan dan konseling karier. Dikarenakan penulis memperolaeh bagian SMA, maka program kerja ini penulis sesuaikan dengan kebutuhan dan program studi siswa yang telah dibuat sebelumnya. Di SMA mengenalkan program –program study di SMA ini,<br />
2. Program kerja semesteran (Promes)<br />
Program kerja semesteran merupakan rencana kerja yang disusun untuk pelayanan bimbingan dan konseling dalam jangka waktu satu semester. Program kerja ini bersumber dari program kerja tahunan yang telah disusun sebelumnya. Dalam penyusunan program kerja semesteran ini, masih bersifat gambaran secara umum mengenai bimbingan karier yang akan di berikan kepada siswa selama satu semester, tetapi lebih khusus dibandingkan dengan program kerja tahunan yang telah disusun. <br />
Program kerja ini pun disesuaikan dengan pola 17+ dan sesuai pula dengan kebutuhan para siswa. Beberapa layanan yang terdapat dalam program kerja semesteran ini al: Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan/Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan konsultasi, Layanan mediasi, Aplikasi instrumentasi, Himpunan data, Konferensi kasus, Kunjungan Rumah, Tampilan kepustakaan, Alih Tangan Kasus. <br />
3. Program kerja bulanan<br />
Program kerja bulanan merupakan rencana kerja yang disusun setiap bulannya dalam satu tahun untuk pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam penyusunann program kerja bulanan ini bersumber dari program kerja semesteran yang disusun sebelumnya. Dari program semesteran tersebut, dibagi menjadi enam bulan layanan, yang setiap bulannya memiliki tema yang berbeda dan disesuaikan dengan kebutuhan serta program kegiatan belajar mengajar siswa. <br />
Ada beberapa bulan yang temanya tersebut salig berkaitan. Hal ini bertujuan agar siswa lebih memahami tentang pokok bahasan yang disampaikan oleh guru BK atau konselor sekolah. Penyusunan program kerja bulanan ini pun tetap berdasarkan pada beberapa pola 17+, yaitu Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan/Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan konsultasi, Layanan mediasi, Aplikasi instrumentasi, Himpunan data, Konferensi kasus, Kunjungan Rumah, Tampilan kepustakaan, Alih Tangan Kasus. <br />
4. Program kerja mingguan<br />
Program kerja mingguan merupakan rencana kerja yang disusun setiap minggunya dalam satu bulan untuk pelayanan bimbingan dan konseling. Penyusunan program kerja mingguan ini bersumber dari program kerja bulanan yang telah disusun sebelumnya. Dari satu tema dalam setiap bulan, dibagi menjadi empat sub tema yang saling berkaitan dalam setiap minggunya. Keempat sub tema ini dapat di tempatkan dalam berbagai layanan yang ada di pola 17+. Dalam satu minggunya dapat dicantumkan lebih dari satu layanan yang ada di pola 17+, tetapi antar satu layanan dengan layanan yang lain saling melengkapi dan relevan, bukan tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar guru BK dapat mengarahkan siswa secara tepat dan benar dalam pencapaian perkembangannya dan pemenuhan kebutuhannya.<br />
<br />
<br />
<br />
B. Silabus<br />
1. Pengertian <br />
Silabus adalah rencana pemberian layanan dalam satu kelompok tema tertentu yang mencakup standart kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, materi pokok, sumber atau alat atau bahan, alokasi waktu, dan penilaian.<br />
2. Prinsip Pengembangan Silabus<br />
a. Ilmiah<br />
Keseluruhan materi dalam kajian silabus harus benardan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.<br />
b. Relevan<br />
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.<br />
c. Sistematis<br />
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.<br />
d. Konsisten<br />
Adanya hubungan konsisten (Tata asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan penilaian.<br />
e. Memadai<br />
Cakupan indikator, pengalaman belajar, materi pokok, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup menunjang pencapaian kompetensi dasar.<br />
f. Aktual dan Kontekstual<br />
Cakupan indikator, pengalaman belajar, materi pokok dan penilaian harus memperhatikan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan konteksnya.<br />
<br />
<br />
g. Fleksibel <br />
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di lembaga dan tuntutan masyarakat<br />
h. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor)<br />
3. Langkah Penyusunan Silabus<br />
a. Identifikasi, yaitu identitas suatu jurusan kelas dari semester.<br />
b. Perumusan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar,<br />
1) Merumuskan SK setiap mata pelajaran berdasarkan tujuan akhir mata pelajaran tersebut.<br />
2) Merinci atau melakukan penggalan-penggalan SK menjadi KD untuk memudahkan pencapaian dan pengukuran.<br />
3) Dapat menambahkan KD bilamana perlu dan masih dianggap relevan.<br />
c. Menentukan materi pokok dan SUB materi pokok<br />
Materi pokok dan sub materi pokok adalah materi layanan yang dibutuhkan peserta didik untuk mencapai KD yang telah ditentukan dengan mendasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :<br />
1) Prinsip Relevansi<br />
Artinya ada kesesuaian antara materi pokok dan uraian materi pokok dengan KD yang ingin dicapai<br />
2) Prinsip konsentensi<br />
Adanya keajegan antara materi pokok dan urutan materi pokok dengan KD dan SK<br />
3) Prinsip edukasi<br />
Artinya ada kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai KD.<br />
Dalam penyusunan silabus ini, penulis mengacu pada penyusunan program kerja yang sudah penulis susun di atas. Penyusunan silabus penulis sesuaikan dengan tugas perkembangan siswa SMA. Setiap aspek tugas perkembangan penulis bagi ke dalam beberapa kompetensi dasar yang nantinya akan mempunyai beberapa indikator keberhasilan bagi para siswa atau peserta didik. Setelah itu, penulis menentukan metode penyampaian layanan yang akan penulis laksanakan al: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dll. Kemudian penulis menentukan materi yang akan penulis sampaikan kepada siswa sesuai dengan tema pada program kerja yang telah disusun serta alokasi waktu yang penulis perlukan dalam penyampaian layanan tersebut. Disamping itu penulis juga menentukan penilaian terhadap layanan yang telah penulis sampaikan terhadap siswa yang menerima layanan tersebut. Penilaian tersebut bervariasi, seperti : penilaian segera, jangka pendek dan jangka panjang. Setelah semuanya terselesaikan, penulis menjadikannya acuan dalam pembuatan sebuah satuan layanan yang akan penulis sampaikan kepada siswa setiap harinya.<br />
Seperti halnya dalam penyusunan program kerja di atas, penyusunan silabus yang penulis susun pun mendapatkan kritik dan saran dari asisten dosen. Sehingga penulis pun harus merevisi silabus yang penulis sudah susun sehingga menjadi sebuah silabus yang cukup baik untuk diterapkan dalam pelaksanaan di sekolah<br />
C. Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling<br />
Setelah keseluruhan program kerja dan silabus terselesaikan, maka langkah selanjutnya adalah membuat satuan layanan (Satlan). Satlan merupakan satuan layanan yang harus dibuat setiap akan memberikan layanan kepada siswa. Satlan ini dibuat berdasarkan silabus yang telah dibuat. Satlan ini merupakan program yang dibuat secara spesifik dan merupakan pedoman dalam memberikan materi layanan.<br />
Dalam pembuatan satlan ini, penulis satu kelompok kecil membagi tugas untuk membuat satuan layanan layanan informasi, bimbingan kelompok dan layanan penempatan dan penyaluran. Dalam pembagian ini, penulis mendapatkan layanan penempatan dan penyaluran, oleh karena itu penulis mengambil judul layanan yaitu tentang penyaluran dunia industry. Dalam penyusunannya penulis tidak terlalu mengalami banyak kesulitan, karena penulis telah dibiasakan untuk membuat satlan setiap akan membuat simulasi layanan bimbingan dan konseling. Tetapi meskipun demikian, penulis tetap mendapat saran dan kritik yang membangun dari para asisten dosen. Mengingat siswa kelas X SMA harus sudah mempunyai gambaran dan pilihan untuk mengambil jurusan bidang study di IPA atau IPA, maka penulis mengambil sasaran siswa SMA kelas X yang berada dalam tahap untuk mempersiapkan karir kedepanya nanati.<br />
Dalam satuan layanan ini penulis menentukan beberapa tujuan layanan, adalah: Siswa mampu memahami program-program penjurusan di SMA, siswa mampu menyebutkan program-program penjurusan di SMA serta siswa mampu memilih jurusan yang sesuai minat dan bakatnya<br />
Strategi yang penulis terapkan dalam layanan penyaluran dan penempatan ini adalah ceramah dan tanya jawab. Materi yang akan penulis sampaikan dalam layanan ini adalah : Pengertian program jutusan di SMA, Karakteristik anak IPA dan IPS, Kelebihan dan kekurangan siswa IPA dan IPS, Referensi memilih jurusan<br />
. <br />
Dalam penyampaian layanan bimbingan konseling karier ini, ada beberapa tahapan yang telah dilaksanakan, yaitu:<br />
1. Pendahuluan <br />
a. Salam pembuka <br />
b. Memberi good raport kepada siswa<br />
c. Absen kehadiran siswa, pengecekan keadaan siswa maupun keadaan fisik kelas<br />
d. Apresepsi : apakah siswa sudah memahami tentang macam-macam jurusan yang ada di SMA<br />
2. Inti<br />
a. Guru Mengenalkan program jurusan di SMA<br />
b. Guru menjelaskan tentang program jurusan di SMA <br />
c. Guru memaparkan karakteristik IPA dan IPS<br />
d. Tanya jawab / diskusi mengenai materi yang dijelaskan<br />
<br />
3. Penutup <br />
a. Guru bersama dengan siswa menyimpulkam materi yang telah disampaikan<br />
b. Guru memberikan saran-saran pemilihan jurusan sesuai minat dan bakatnya<br />
c. Guru menutup pertemuan / salam penutup <br />
Disamping hal-hal tersebut, penulis mencantumkan beberapa komponen lain adalah , pihak-pihak tekait dalam layanan ini. Pihak terkait dalam layanan ini merupakan wali kelas dan pembimbing ekstrakulikuler. Karena pada prakteknya, seorang konselor atau Guru BK tidak mungkin mengawasi seluruh siswa yang mengikuti ekstra kulikuler. Oleh karena itu, guru BK perlu bekerjasama dengan wali kelas dan guru pembing ekstrakulikuler untuk melatih siswanya sesuai minat dan bakat siswanya. Untuk memperlancar penyampaian materi layanan, penulis pun menggunakan LCD, Laptop, dan Power Point untuk menarik perhatian siswa. Semua hal tersebutpun perlu di nilai keberhasilannya pada siswa, oleh karena itu penulis membuat tiga jangka penilaian terhadapa perubahan siswa, yaitu penilaian segera, jangka pendek dan jangka panjang. Penilaian Segera yang merupakan Pemahaman materi layanan siswa, Penilaian jangka pendek dengan mengamati siswa selama mengikuti kegiatan layanan dan partisipasi siswa dalam memberikan tanggapan melalui angket terbuka dan Penilaian jangka panjang yaitu dengan bekerjasama dengan wali kelas untuk mengetahui perkembangan siswa setelah mengikuti layanan<br />
Untuk mengantisaipasi adanya permasalahan dan ketidak jelasan siswa, maka penulis mengaitkan layanan ini pada layanan konseling individual. <br />
<br />
<br />
Bab III<br />
Pelaksanaan Layanan BK Karier<br />
A. Pemberian Layanan<br />
Dalam pemberian layanan, penulis diharuskan membuat satlan terlebih dahulu yang di ambil dari silabus yang telah disusun sebelumnya. Dalam pembuatan satlan, penulis satu kelompok mendapatkan bagian SMA, dan dibagi menjadi beberapa satlan, yaitu satlan informasi, bimbingan kelompok, dan penempatan penyaluran. Dalam pemberian layanan penulis menentukan sasaran khusus bagi layanan yang akan penulis berikan, yaitu siswa SMA kelas X untuk pemilihan jurusan IPA atau IPS sesuai dengan minat dan bakatnya. Dalam penyampaian layanan bimbingan dan konseling karier ini penulis mendapatkan bagian layanan informasi. Dan dalam penyampaiannya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:<br />
1. Pembukaan<br />
Sebelum layanan informasi dimulai, penulis mengkondisikan teman-teman untuk mengkondisikan teman-teman memposisikan dirinya menjadi siswa SMA kelas X. Setelah semuanya dapat terkondisikan dengan baik, penulis baru memulai simulasi penyampaian layanan penempatan dan penyaluran tersebut. <br />
a. Salam pembuka dan good rapport<br />
Salam pembuka dan good rapport berfungsi untuk mengkondisikan siswa serta menarik konsentrasi siswa terhadapa Guru BK. Dalam good rapport ini penulis menanyakan kabar mereka, mata pelajaran apa yang telah mereka lalui sebelum penulis, dan membicarakan hal-hal yang ringan. Hal ini bertujuan untuk membangun hubungan baik dengan para siswa.<br />
b. Absen kehadiran siswa, pengecekan keadaan siswa maupun keadaan fisik kelas<br />
Sebelum memulai penyampaian materi, penulis melakukan presensi terlebih dahulu untuk mengetahui siapa saja yang tidak masuk dan apa alasannya. Hal tersebut secara tidak langsung mengontrol keadaan siswa dan kelas secara keseluruhan.<br />
c. Apresepsi <br />
Setelah mengecek kondisi siswa beserta kelas, penulis melakukan apresepsi kepada siswa tentang materi yang sebelumnya telah di sampaikan dan yang akan penulis sampaikan. Hal ini penulis lakukan untuk menyegarkan kembali ingatan para siswa dan mengkondisikan mereka tentang apa yang akan menjadi topic bahasan untuk hari ini. Penulis menanyakan kepada mereka beberapa pertanyaan, misal apa yang penulis sampaikan pertemuan yang lalu, dan apakah mereka paham tentang bakat dan minat untuk perencanaan pemilihan jurusan nantinya. <br />
2. Inti<br />
Setelah melakukan apresepsi, penulis langsung menjelaskan mengenai macama-macam program penjurusan di SMA. Pengertian program jurusan di SMA itu trbagi menjadi dua yaitu ; IPA (ilmu pengetahuan alam ) dan IPS ( ilmu pengetahuan social ), Karakteristik anak IPA dan IPS, Kelebihan dan kekurangan siswa IPA dan IPS.<br />
Referensi memilih jurusan Dalam penyampaiannya, diselingi oleh tanya jawab dari siswa tentang minat dan bakatnya itu cenderung di IPA dan di IPS. Setelah seluruh siswa mengerti, penulis memberikan mereka tugas untuk menuliskan kecakapan minat dan bakatnya di jurusan IPA atau IPS. Setelah seluruh kertas dikumpulkan, penulis dapat membantu mereka menentukan jurusan secara tepat dan sesuai dengan siswanya. Hal tersebut agar siswa berpandangan luas dan mempunyai pandangan lain tentang jurusan yang ada di SMA tersebut, yaitu IPA atau IPS.<br />
<br />
<br />
3. Penutup <br />
Sebagai penutupnya penulis penulis memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan sesuatu yang kurang jelas dan penulis berusaha menjawab pertanyaan yang ada,setelah itu penulis bersama dengan para siswa menyimpulkan materi layanan yang penulis berikan hari ini, dan penulis mengungkapkan harapan-harapan terhadap siswa setelah menerima layanan tersebut. Dan diakhiri dengan salam penutup. <br />
B. Evaluasi Pemberian Layanan<br />
1. Evaluasi ini penulis simpulkan dari beberapa komentar dari teman-teman, para asisten dosen, dan penulis sendiri. Menurut para asisten dosen dan teman-teman, dalam menyampaikan layanan bimbingan dan konseling karier ini penulis sudah bagus dan runtut. Penguasaan materi sudah baik. Tetapi ada beberapa bagian yang belum penulis tampilkan dan sampaikan dalam simulasi layanan tersebut, adalah: Terlalu memihak salah satu jurusan.<br />
Seluruh komentar, kritik dan saran tersebut sangat memacu penulis untuk menampilkan sesuatu yang lebih baik lagi. Sehingga penulis merevisi bagian-bagian yang penulis rasa masih kurang, dan mengganti yang tidak relevan menjadi relevan. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab IV<br />
Penutup<br />
A. Kesimpulan<br />
Dalam praktik simulasi layanan bimbingan dan konseling karier ini, saya masih memiliki kekurangan di mana-mana. Dari materi yang kurang memberikan memaparkan kelebihan anak IPS, pengkondisian siswa yang kurang, dan kekurang rincian dalam menjawab pertanyaan dari siswa. Dalam pembukaan seharusnya saya menyampaikan tujuan terlebih dahulu agar siswa mengetahui tujuan dari pada materi layanan yang di sampaikan oleh penulis atau guru BK.<br />
Mengenai kekurangan dalam penyampaian dan satlan yang masih kurang sempurna, penulis menyadari akan hal tersebut. Hal itu di sebabkan oleh kurangnya pengarahan dalam pembuatan satuan layanan secara rinci dan ketidak tahuan penulis akan cara pembuatan dan penyusunan seperangkat program kerja.<br />
B. Saran<br />
Keseluruhan pelaksanaan dari praktek bimbingan dan konseling ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis memberikan saran bagi pelaksanaan praktek bimbingan dan konseling karier untuk kedepannya. Saran penulis adalah :<br />
1. Seharusnya sebelum memberikan tugas kepada siswa untuk membuat seperangkat proker, silabus dan satlan ada pengarahan dan bimbingan terlebih dahulu tentang langkah-langkah pembuatan proker, silabus dan satlan. <br />
2. Dalam praktek bimbingan dan konseling sebaiknya ada kerjasama dan komunikasi yang baik antar asisten dosen, agar dalam pelaksanaannya dapat lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan.<br />
3. Untuk praktek BK karier selanjutnya pelaksanaannya jangan terlalu sore, karena keadaan mahasiswa juga sudah letih dan kurang efektif pelaksanaannya setra kurangnya tempat untuk praktik BK Karir,jadi suasananya kurang kondusif. <br />
4. Dalam pemberian saran dan masukan oleh asisten sebaiknya lebih dapat memberikan input positif kepada mahsiswa agar mahasiswa sendiri dapat memperbaiki kesalahan dan dan mengerti bagaimana yang seharusnya.<br />
<br />
<br />
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-92028336870074793802013-05-06T21:37:00.002+07:002013-05-06T21:37:41.797+07:00Guru yang Efektif<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>AKHMAD SUDRAJAT<br />
Guru yang Efektif<br />
Artikel Pendidikan, Opini, Pendidikan, Teori Pendidikan<br />
<br />
Mengutip pemikiran Davis dan Margareth A. Thomas dalam bukunya Effective Schools and Effective Teachers, Suyanto dan Djihad Hisyam (2000:29) mengemukakan tentang beberapa kemampuan guru yang mencerminkan guru yang efektif :<br />
<br />
1. Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan berkaitan dengan iklim kelas :<br />
<br />
memiliki kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan;<br />
memiliki hubungan baik dengan siswa;<br />
secara tulus menerima dan memperhatikan siswa;<br />
menunjukkan minat dan anthusias yang tinggi dalam mengajar;<br />
mampu menciptakan atmosfer untuk bekerja sama dan kohesivitas dalam kelompok; melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran;<br />
mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi; dan<br />
meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada.<br />
<br />
2. Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan terkait dengan strategi manajemen :<br />
<br />
memiliki kemampuan secara rutin untuk mengahadapi siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi dalam mengajar; serta<br />
mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berfikir yang berbeda.<br />
<br />
3. Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan (reinforcement) :<br />
<br />
mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa;<br />
mampu memberikan respon yang membantu kepada siswa yang lamban belajar;<br />
mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban yang kurang memuaskan; dan<br />
mampu memberikan bantuan kepada siswa yang diperlukan.<br />
<br />
4. Guru yang efektif memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri :<br />
<br />
mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif;<br />
mampu memperluas dan menambah pengetahuan metode-metode pengajaran; dan<br />
mampu memanfaatkan perencanaan kelompok guru untuk menciptakan metode pengajaran.<br />
<br />
======================Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-62198933050804166602013-05-06T21:31:00.001+07:002013-05-06T21:31:05.017+07:00Peran Guru sebagai Fasilitator<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div><br />
Peran Guru sebagai Fasilitator<br />
Artikel Pendidikan, Makalah Pendidikan, Pendidikan<br />
<br />
Oleh: Akhmad Sudrajat<br />
<br />
Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan non formal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar.<br />
<br />
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.<br />
<br />
Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat “top-down” ke hubungan kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat “top-down”, guru seringkali diposisikan sebagai “atasan” yang cenderung bersifat otoriter, sarat komando, instruksi bergaya birokrat, bahkan pawang, sebagaimana disinyalir oleh Y.B. Mangunwijaya (Sindhunata, 2001). Sementara, siswa lebih diposisikan sebagai “bawahan” yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu yang dikehendaki oleh guru.<br />
<br />
Berbeda dengan pola hubungan “top-down”, hubungan kemitraan antara guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila:<br />
<br />
Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran<br />
Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).<br />
Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.<br />
Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.<br />
Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa<br />
<br />
========<br />
<br />
Sumber:<br />
<br />
Sindhunata. 2001. Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman, Yogyakarta : Kanisius<br />
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.<br />
Proyek P2MPD. 2000. Fasilitator dalam Pendidikan Kemitraan (Materi IV-4-1). Jakarta.<br />
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-32895161264011333452013-05-06T21:26:00.001+07:002013-05-06T21:26:44.783+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>AKHMAD SUDRAJAT<br />
Tips Memotivasi Siswa untuk Belajar<br />
Artikel Pendidikan, Pendidikan, Proses Pembelajaran, Teori Pendidikan<br />
<br />
Motivasi belajar siswa merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, tentu saja menjadi tugas dan kewajiban guru untuk senantiasa dapat memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswanya. Meminjam pemikiran dari USAID DBE3 Life Skills for Youth, berikut ini beberapa ide yang dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa di dalam kelas.<br />
<br />
Gunakan metode dan kegiatan yang beragam<br />
Jadikan siswa peserta aktif<br />
Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai<br />
Ciptakan suasana kelas yang kondusif<br />
Berikan tugas secara proporsional<br />
Libatkan diri Anda untuk membantu siswa mencapai hasil<br />
Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar<br />
Hindari kompetisi antarpribadi<br />
Berikan Masukan<br />
Hargai kesuksesan dan keteladanan<br />
Antusias dalam mengajar<br />
Tentukan standar yang tinggi (namun realisitis) bagi seluruh siswa<br />
Pemberian penghargaan untuk memotivasi<br />
Ciptakan aktifitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas<br />
Hindari penggunaan ancaman<br />
Hindarilah komentar buruk<br />
Kenali minat siswa-siswa Anda<br />
Peduli dengan siswa-siswa Anda<br />
<br />
==========<br />
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-49878064479312817892013-05-06T21:24:00.002+07:002013-05-06T21:24:52.710+07:00Tujuh Prinsip Praktik Pembelajaran yang Baik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div><br />
Tujuh Prinsip Praktik Pembelajaran yang Baik<br />
Artikel Pendidikan, Kurikulum dan Pembelajaran, Pendidikan, Pendidikan Indonesia, Psikologi Perkembangan<br />
<br />
Dalam sebuah tulisannya, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengetengahkan tentang 7 (tujuh) prinsip praktik pembelajaran yang baik yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, baik bagi guru, siswa, kepala sekolah, pemerintah, maupun pihak lainnya yang terkait dengan pendidikan.<br />
<br />
Di bawah ini disajikan esensi dari ketujuh prinsip tersebut dan untuk memudahkan Anda mengingatnya, saya buatkan “jembatan keledai” dengan sebutan CRAFT HiT<br />
<br />
1. Encourages Contact Between Students and Faculty<br />
<br />
Frekuensi kontak antara guru dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas merupakan faktor yang amat penting untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam belajar. Dengan seringnya kontak antara guru-siswa ini, guru dapat lebih meningkatkan kepedulian terhadap siswanya. Guru dapat membantu siswa ketika melewati masa-masa sulitnya. Begitu juga, guru dapat berusaha memelihara semangat belajar, meningkatkan komitmen intelektual siswa, mendorong mereka untuk berpikir tentang nilai-nilai mereka sendiri serta membantu menyusun rencana masa depannya.<br />
<br />
2. Develops Reciprocity and Cooperation Among Students<br />
<br />
Upaya meningkatkan belajar siswa lebih baik dilakukan secara tim dibandingkan melalui perpacuan individual (solo race). Belajar yang baik tak ubahnya seperti bekerja yang baik, yakni kolaboratif dan sosial, bukan kompetitif dan terisolasi. Melalui bekerja dengan orang lain, siswa dapat meningkatkan keterlibatannya dalam belajar. Saling berbagi ide dan mereaksi atas tanggapan orang lain dapat semakin mempertajam pemikiran dan memperdalam pemahamannya tentang sesuatu.<br />
<br />
3. Encourages Active Learning<br />
<br />
Belajar bukanlah seperti sedang menonton olahraga atau pertunjukkan film. Siswa tidak hanya sekedar duduk di kelas untuk mendengarkan penjelasan guru, menghafal paket materi yang telah dikemas guru, atau menjawab pertanyaan guru. Tetapi mereka harus berbicara tentang apa yang mereka pelajari dan dapat menuliskannya, mengaitkan dengan pengalaman masa lalu, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus menjadikan apa yang mereka pelajari sebagai bagian dari dirinya sendiri.<br />
<br />
4. Gives Prompt Feedback<br />
<br />
Siswa membutuhkan umpan balik yang tepat dan memadai atas kinerjanya sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari apa yang telah dipelajarinya. Ketika hendak memulai belajar, siswa membutuhkan bantuan untuk menilai pengetahuan dan kompetensi yang ada. Di kelas, siswa perlu sering diberi kesempatan tampil dan menerima saran agar terjadi perbaikan. Dan pada bagian akhir, siswa perlu diberikan kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari, apa yang masih perlu diketahui, dan bagaimana menilai dirinya sendiri.<br />
<br />
5. Emphasizes Time on Task<br />
<br />
Waktu + energi = belajar. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan sesuatu yang sangat penting bagi siswa. Siswa membutuhkan bantuan dalam mengelola waktu efektif belajarnya. Mengalokasikan jumlah waktu yang realistis artinya sama dengan belajar yang efektif bagi siswa dan pengajaran yang efektif bagi guru. Sekolah seyogyanya dapat mendefinisikan ekspektasi waktu bagi para siswa, guru, kepala sekolah, dan staf lainnya untuk membangun kinerja yang tinggi bagi semuanya<br />
<br />
6. Communicates High Expectations<br />
<br />
Berharap lebih dan Anda akan mendapatkan lebih. Harapan yang tinggi merupakan hal penting bagi semua orang. Mengharapkan para siswa berkinerja atau berprestasi baik pada gilirannya akan mendorong guru maupun sekolah bekerja keras dan berusaha ekstra untuk dapat memenuhinya<br />
<br />
7. Respects Diverse Talents and Ways of Learning<br />
<br />
Ada banyak jalan untuk belajar. Para siswa datang dengan membawa bakat dan gaya belajarnya masing-masing Ada yang kuat dalam matematika, tetapi lemah dalam bahasa, ada yang mahir dalam praktik tetapi lemah dalam teori, dan sebagainya. Dalam hal ini, siswa perlu diberi kesempatan untuk menunjukkan bakatnya dan belajar dengan cara kerja mereka masing-masing. Kemudian mereka didorong untuk belajar dengan cara-cara baru, yang mungkin ini bukanlah hal mudah bagi guru untuk melakukannya.<br />
<br />
Pada bagian lain, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengatakan bahwa guru dan siswa memegang peran dan tanggung jawab penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran, tetapi mereka tetap membutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk membentuk sebuah lingkungan belajar yang kondusif bagi praktik pembelajaran yang baik. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan tersebut meliputi: (a) adanya rasa tujuan bersama yang kuat; (b) dukungan kongkrit dari kepala sekolah dan para administrator pendidikan untuk mencapai tujuan ; (c) dana yang memadai sesuai dengan tujuan; (d) kebijakan dan prosedur yang konsisten dengan tujuan; dan (e) evaluasi yang berkesinambungan tentang sejauhmana ketercapaian tujuan.<br />
<br />
Adaptasi dan terjemahan bebas dari: Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson. Seven Principles for Good Practice in Undergraduate EducationArjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-7570885529291205702013-05-06T21:22:00.002+07:002013-05-06T21:22:37.313+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>Antara Pembelajaran Kolaboratif dengan Pembelajaran Kooperatif<br />
Artikel Pendidikan, Inovasi Pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif, Pendidikan, Pendidikan Indonesia<br />
<br />
Dalam bahasa Indonesia, kata kolaborasi dan kooperasi cenderung diartikan dalam makna yang sama yaitu kerjasama. Menurut John Myers (1991) kata kolaborasi berasal dari bahasa Latin dengan memfokuskan pada proses, sedangkan kooperasi bersumber dari Amerika yang lebih menekankan pada hasil. Sementara itu, menurut Ted Panitz (1996), istilah kolaborasi menunjuk pada filsafat interaksi dan gaya hidup personal, sedangkan kooperasi lebih menggambarkan sebuah struktur interaksi yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian suatu hasil atau tujuan tertentu.<br />
<br />
Kolaborasi mengasumsikan pentingnya kerjasama (koperasi) yang dibangun berdasarkan konsensus anggotanya, bukan kompetisi individual diantara anggota kelompok. Dalam kelompok akan terjadi pembagian peran, tugas dan wewenang dari setiap anggota kekompok. Masing-masing anggota kelompok berusaha saling menghargai dan memberikan kontribusi kemampuannya terhadap kegiatan kelompok.<br />
<br />
Ketika seorang individu (baca: guru) menerapkan filosofi ini ke dalam kelas, keluarga atau komunitas kelompok lainnya untuk kepentingan pembelajaran maka itulah yang disebut pembelajaran kolaboratif. Jadi, pembelajaran kolaboratif pada dasarnya adalah sebuah filosofi personal, dan bukan hanya sekedar teknik dalam pembelajaran di kelas (Ted Panitz , 1996).<br />
<br />
Wikipedia (2013) merumuskan Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning) sebagai situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar secara bersama-sama, dengan memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain (meminta informasi satu sama lain, mengevaluasi ide-ide satu sama lain, memantau pekerjaan satu sama lain, dll.). Sementara, pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran yang didesain untuk membantu siswa agar dapat berinteraksi dan bekerjasama secara kolektif, melalui tugas-tugas terstruktur guna mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dikembangkan ke dalam berbagai teknik, seperti: Think Pair Share, Jigsaw, STAD, TGT dan sebagainya.<br />
<br />
Tradisi pembelajaran kolaboratif berasal dari Inggris, para guru Bahasa Inggris berusaha mengeksplorasi cara-cara untuk membantu siswa agar dapat berperan lebih aktif dalam proses pembelajarannya, khususnya dalam mengkaji suatu literatur. Guru menganalisis percakapan setiap siswanya ketika sedang menelaah atau merespon bagian literatur. Sementara pembelajaran kooperatif berkembang di Amerika dengan bersumber dari pemikiran John Dewey tentang pentingnya belajar sosial dan pemikiran Kurt Lewin tentang dinamika kelompok. (John Myers, 1991).<br />
<br />
Untuk melihat perbedaan dan persamaan dari kedua konsep pembelajaran ini, Matthews, et.al. (1995) memerincinya seperti tampak dalam tabel berikut ini :<br />
<br />
Perbedaan<br />
<br />
Pembelajaran Kooperatif<br />
<br />
<br />
Pembelajaran Kolaboratif<br />
<br />
Para siswa menerima latihan keterampilan sosial dalam kelompok kecil.<br />
<br />
<br />
Ada keyakinan bahwa para siswa telah memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran<br />
<br />
Aktivitas-aktivitas terstruktur yang dirancang guru dan masing-masing siswa memiliki peran khusus.<br />
<br />
<br />
Siswa mengatur dan menegosiasikan usahanya sendiri.<br />
<br />
Guru mengamati, mendengarkan dan melakukan intervensi dalam kelompok jika diperlukan.<br />
<br />
<br />
Aktivitas tidak dimonitor oleh guru. Ketika ada pertanyaan yang ditujukan kepada guru, guru membimbing siswa-siswa untuk menemukan informasi yang diperlukan.<br />
<br />
Siswa menyerahkan tugas pada akhir pelajaran untuk dievaluasi.<br />
<br />
<br />
Siswa menyimpan draft untuk dilengkapi pada pekerjaan selanjutnya.<br />
<br />
Guru melakukan asesmen kinerja siswa secara individual maupun kelompok<br />
<br />
<br />
Siswa melakukan asesmen kinerja secara individual maupun kelompok, berdasarkan konsensus kelompok kecil, kelas (pleno), maupun pertimbangan masyakat keilmuan pada umumnya<br />
<br />
Selain memiliki perbedaan, kedua konsep pembelajaran ini juga memiliki persamaan, yakni:<br />
<br />
Menekankan pentingnya pembelajaran aktif<br />
Peran guru sebagai fasilitator<br />
Pembelajaran adalah pengalaman bersama antara siswa dan guru<br />
Meningkatkan keterampilan kognitif tingkat tinggi<br />
Lebih banyak menekankan tanggungjawab siswa dalam proses belajarnya<br />
Melibatkan situasi yang memungkinkan siswa dapat mengemukakan idenya dalam kelompok kecil.<br />
Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan membangun tim.<br />
<br />
by :/ AKHMAD SUDRAJAT<br />
<br />
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-35242481885165949152012-10-19T19:02:00.002+07:002012-10-19T19:02:10.603+07:00MINAT BELAJAR SISWA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>MINAT BELAJAR SISWA<br />
<br />
A. Pengertian Minat Belajar<br />
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang.<br />
Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori, 1985)<br />
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup menjadi obyek dari biologi. Oleh karena itu biologi berobyekkan benda-benda yang hidup. Maka cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung di dalamnya. Biologi sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan juga merupakan objek pada aspek minat. Dengan demikian, bidangbiologi dapat melahirkan reaksi perasaan senag, gembira, dan semangat belajar, begitu pula sebaliknya, tergantung dari kepribadian siswa sendiri apakah menaruh minat yang tinggi terhadap bidang biologi atau tidak (Ahmadi, 1998).<br />
Menurut Hardjana (1994), minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu (Lockmono, 1994).<br />
Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman (Hardjana, 1994).<br />
Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.<br />
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti (Hasnawiyah, 1994).<br />
Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.<br />
Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995).<br />
Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat (Gie, 1998).<br />
Menurut Gie (1998), arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah :<br />
1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.<br />
2. Minat memudahnya terciptanya konsentrasi.<br />
3. Minat mencegah gangguan dari luar<br />
4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.<br />
5. Minat memperkecil kebosanan belajar belajar dalam diri sendiri.<br />
Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie, 1995).<br />
Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.<br />
Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian yang pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya (Kartono, 1995).<br />
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.<br />
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut.<br />
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.<br />
Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar siswa, utamanya dengan yang berkaitan dengan bidang studi biologi. Minat sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan sangat tergantung pada individunya.<br />
Minat belajar dapat diingatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari.<br />
Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor luarnya minat sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya (Slameto, 1995).<br />
Menurut Slameto (1995), faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat diatasi oleh guru di sekolah dengan cara:<br />
1. Penyajian materi yang dirancang secara sistematis, lebih praktis dan penyajiannya lebih berserni.<br />
2. Memberikan rangsangan kepada siswa agar menaruh perhatian yang tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan.<br />
3. Mengembangkan kebiasaan yang teratur<br />
4. Meningkatkan kondisi fisik siswa.<br />
5. Memepertahankan cita-cita dan aspirasi siswa.<br />
6. Menyediakan sarana oenunjang yang memadai.<br />
Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap siswa. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing siswa. Pihak lainnya hanya memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang (Loekmono, 1994).<br />
Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau memperoleh pekerjaan. Dengan demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar (Sudarnoto, 1994)<br />
Loekmono (1994), mengemukakan 5 butir motif yang penting yang dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seorang siswa yiatu :<br />
1. Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran.<br />
2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi.<br />
3. Hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.<br />
4. Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau teman-teman.<br />
5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu.<br />
Beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar menurut (Sudarnoto, 1994), yaitu :<br />
1. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai.<br />
2. Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar.<br />
3. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu.<br />
4. Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya; menyelesaikan PR atau laporan.<br />
5. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar.<br />
6. Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar.<br />
7. Melatih kebebasan emosi selama belajar.<br />
<br />
B. Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Belajar IPA-Biologi<br />
Menurut Abdullah (1989), ada beberapa yang mempengaruhi minat sesorang terhadap mata pelajaran tertentu, termasuk dalam mata pelajaran IPA-biologi. Secara keseluruhan faktor tersebut digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) dan faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa).<br />
Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa dalam mata pelajaran IPA-Biologi, yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah faktor kurikulum, faktor dari dalam diri siswa, faktor metode mengajar, faktor guru, serta sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya, pengaruh dari masing-masing faktor tersebut minat belajar IPA-Biologi siswa dapat diuraikan sebagai berikut :<br />
<br />
a. Faktor Kurikulum<br />
Arah pengembangan pengajaran mata pelajaran IPA-Biologi pada masa mendatang tidak dapat terlepas dari tujuan dan fungsi kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum 1994. Pada Kurikulum 1994 terdapat beberapa fungsi pelajaran IPA-Biologi khususnya di tingkat Sekolah Dasar, adalah :<br />
1. Membantu siswa memahami konsep-konsep IPA-Biologi.<br />
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.<br />
3. Membantu menggunakan dan mengembangkan keterampilan proses dalam mempelajari konsep-konsep IPA-Biologi.<br />
4. Membantu siswa dalam menerapkan konsep-konsep IPA-Biologi yang dibantu ilmu dasar lainnya dan dikembangkan dalam teknologi.<br />
5. Membantu siswa memahami keteraturan kehidupan makhluk hidup sehingga menimbulkan rasa kagum dan cinta kepada Allah Yang Maha Kuasa.<br />
6. Membantu persiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.<br />
7. Meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.<br />
<br />
b. Faktor dari dalam Diri Siswa<br />
Siswa adalah sekelompok manusia yang akan diajar, dibimbing, dan dibina menuju pencapaian tujuan belajar yang ditentukan. Siswa juga mempunyai peranan dalam proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, yaitu terjadinya saling tukar informasi dan pengalaman mengarah kepada interaksi proses belajar mengajar yang optimal (Ali, 1993).<br />
Proses belajar mengajar menurut konsep ini, siswa menggunakan seluruh kemampuan dasar yang memilikinya sebagai dasar untuk melakukan berbagai kegiatan agar memperoleh prestasi belajar yang optimal. Dalam hal ini, fungsi guru dalam proses belajar mengajar seperti diungkapkan oleh Sardiman (1992) adalah :<br />
1. Mencari perangsang atau motivasi agar siswa mau melakukan satu tujuan tertentu.<br />
2. Mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu<br />
3. Memberi dorongan agar siswa mau melakukan seluruh kegiatan yang mampu dilakukan untuk mencapai tujuan.<br />
<br />
c. Faktor Metode Mengajar<br />
Mengajar atau mentransfer ilmu dari guru kepada siswa memerlukan suatu teknik atau metode tertentu. Metode tersebut dengan istilah metode mengajar. Dalam dunia pendidikan telah dikenal berbagai metode mengajar yang dapat digunakan .<br />
Di sekolah atau lembaga pendidikan tertentu terdapat banyak mata pelajaran dan tiap mata pelajaran mempunyai tujuan-tujuan tersendiri. Untuk mencari tujuan tersebut setiap guru harus memilih metode mengajar yang manakah yang paling tepat untuk mata pelajaran atau pokok bahasan yang akan diajarkannya. Hal tersebut disebabkan karena tidak semua pokok bahasan cocok untuk diterapkan satu mata pelajaran atau pokok bahasan. Oleh karena itu, guru yang mampu menggunakan berbagai metode pengajaran dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa (Roestiyah, 1993).<br />
<br />
d. Faktor Guru<br />
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi seorang guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.<br />
Guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Oleh karena itu peranan dan kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas anak didik perlu diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Status guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang diembannya. Dalam pendidikan itu, guru mempunyai tiga tugas pokok yang dapat dilaksanakan sebagai berikut :<br />
1) Tugas profesional<br />
Tugas profesional ialah tugas yang berhubungan dengan profesinya.<br />
Tugas profesional ini meliputi tugas mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan.<br />
2) Tugas manusiawi<br />
Tugas manusiawi adalah tugas sebagai manusia. Dalam hal ini baik guru mata pelajaran IPA-Biologi maupun guru mata pelajaran lainnya bertugas mewujudkan dirinya untuk merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya. Guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpatik sehingga ia menjadi idola siswa. Di samping itu transformasi diri terhadap kenyataan di kelas atau di masyarakat perlu dibiasakan, sehingga setiap lapisan masyarakat dapat mengerti bila menghadapi guru.<br />
3) Tugas kemasyarakatan <br />
Tugas kemasyarakatan ialah guru sebagai anggota masyarakat dan warga negara seharusnya berfungsi sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemampuan. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor penentu yang tidak mungkin dapat digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu terlebih-lebih pada masa kini.<br />
Di samping ketiga tugas pokok tersebut diatas, menurut Muhtar (1992), guru juga berperan sebagai :<br />
a) Fasilitator perkembangan siswa<br />
Kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa tidak mungkin dapat berkembang dengan baik apabila tidak mendapat rangsangan dari lingkungannya. Dalam suasana sekolah, guru diharapkan dengan siswa secara individual telah mempunyai kemampuan dan potensi itu. Dengan kata lain mempunyai peranan sebagai fasilitator dalam mengantarkan siswa ke arah hasil pendidikan yang tinggi mutunya.<br />
b) Agen pembaharuan<br />
Kehidupan manusia merupakan serangkaian perubahan-perubahan yang nyata. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini mengalami kepesatan yang melangit. Dalam hal ini, guru dituntut untuk tanggap terhadap perubahan dan dituntut untuk bertugas sebagai agen pembaharuan dan mampu menularkan kreatifitas dan kesiapan mental siswa.<br />
c) Pengelola kegiatan proses belajar mengajar<br />
Guru dalam hal ini bertugas mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam menyajikan materi pelajarannya. Guru berperan dan bertugas sebagai pengelola proses belajar mengajar. <br />
d) Pengganti orang tua di sekolah<br />
Guru dalam hal ini harus dapat menggantikan orang tua siswa apabila siswa sedang berada di sekolah. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengganti orang tua, guru-guru harus mampu menghayati hubungan kasih sayang seorang bapak atau seorang ibu terhadap anaknya. Oleh karena itu, guru mampu mengenal suasana siswa di rumah atau dalam keluarganya.<br />
e. Faktor Sarana dan Prasarana<br />
Sarana dan prasarana sangat menunjang keberhasilan pengajaran misalnya fasilitas gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, alat peraga dan lain-lain.<br />
Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi utama (Nasution, 1990), yaitu :<br />
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis hanya dalam bentuk kata-kata atau lisan belaka.<br />
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indra seperti objek terlalu besar dapat digantikan dengan gambar, film, atau model.<br />
3. Dengan menggunakan media pengajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa, dan<br />
4. Dengan sikap yang unik untuk tiap siswa dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum materi pelajaran yang ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan jika harus diatasi sendiri.<br />
<br />
C. Meningkatkan Minat Siswa dalam Belajar Mengajar<br />
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat yang timbul. Menurut Slameto (1988), suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Siswa yang minat terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.<br />
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut. Asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajari sesuatu (Slameto, 1988).<br />
Mengembangkan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA-Biologi pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa bahwa hasil dari pengalaman akan membawa kemajuan pada dirinya kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada (Slameto, 1988).<br />
Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner (1975, dalam Slameto, 1988) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri sendiri. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Roijjakkers (1980, dalam Slameto, 1988) berpendapat bahwa untuk menimbulkan minat-minat baru, dapat dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.<br />
Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik.<br />
Studi-studi eksperintal menunjukkan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak ada kemajuan. Menghukum siswa karena hasil kerjanya yang buruk kurang efektif, bahkan hukuman yang terlalu kuat akan sering menghambat proses belajar tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak perhatian sama sekali. Hendaknya para pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan insentif. Insentif apapun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing (Slameto, 1988). <br />
<br />
Kotak 3. Pengertian Partisipasi<br />
Banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang partisipasi. Namun secara<br />
harfiah, partisipasi berarti "turut berperan serta dalam suatu kegiatan”,<br />
“keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran serta aktif atau<br />
proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai<br />
"bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik<br />
karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya<br />
(ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan"<br />
<br />
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.<br />
<br />
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.<br />
Sedangkan <br />
Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu.<br />
<br />
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.<br />
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.<br />
<br />
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal sekali mengenai belajar, seakan-akan orang telah mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar.namun jika ditanyakan kepada diri kita sendiri, maka akan muncul sebuah pertanyaan apakah yang dimaksuddenganbelajaritu?? Kemungkinan akan banyak muncul berbagai definisi mengenai belajar, demikian pula di kalangan para ahli psikologi. <br />
Berikut ini pendapat para ahli psikologi dalam memandang Belajar:<br />
1. Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.<br />
2.McGeoch (1956) memberikan definisi belajar “learning is a change in performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, yang disebabkan oleh proses latihan.<br />
3.Kimble memberikan definisi belajar “Learning is a relative permanent change in behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice. Dalam definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang bersifat permanen, yang disebabkan oleh reinforcement practice. <br />
<br />
4.Horgen (1984) memberikan definisi mengenai belajar “learning can be defined as any relatively, permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience” suatu hal yang muncul dalam definisi ini adalah bahwa perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau pengalaman.<br />
<br />
Bertitik tolak dari hal tersebut diatas dapat dikemukakan beberapa hal mengenai belajar sebagai berikut:<br />
•Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance). Setelah belajar individu akan mengalami perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti luas dapat overt behavior atau covert behavior. Karena itu perubahan itu daoat dalam segi kognitif, afektif, dan dalam segi psikomotor.<br />
<br />
•Perubahan perilaku itu dapat actual, yaitu yang menampak, tetapi juga dapat bersifat potensial, yang tidak menampak pada saat itu, tetapi akan nampak di lain kesempatan.<br />
<br />
•Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relative permanen, yang berarti perubahan itu akan bertahan dalam waktu yang relative lama, tetapi di pihak lain perubahan tersebut tidak akan menetap terus menerus, hingga suatu waktu hal tersebut dapat berubah lagi sebagai akibat belajar.<br />
<br />
•Perubahan perilaku baik yang bersifat aktual maupun potensial yang merupakan hasil belajar, merupakan akibat dari latihan dan pengalaman.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
PENDAHULUAN<br />
I.1 PENGERTIAN BELAJAR<br />
I.1.A Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia : <br />
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.<br />
I.1.B Pengertian belajar menurut beberapa ahli :<br />
1. Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.<br />
2. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.<br />
3. Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.<br />
4. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.<br />
5. Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.<br />
6. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)<br />
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.<br />
7. R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku<br />
8. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln<br />
9. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.<br />
10. Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.<br />
11. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.<br />
<br />
I.2 CIRI-CIRI BELAJAR<br />
Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :<br />
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).<br />
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.<br />
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.<br />
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.<br />
Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:<br />
1. Adanya dorongan rasa ingin tahu<br />
2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.<br />
3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.<br />
4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.<br />
5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.<br />
6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.<br />
7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.<br />
8. Untuk mengisi waktu luang.<br />
I.3 JENIS-JENIS BELAJAR<br />
I.3.A Menurut Robert M. Gagne<br />
Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :<br />
1. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon.dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.<br />
2. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.<br />
3. Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.<br />
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.<br />
5. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.<br />
6. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.<br />
7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya.<br />
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.<br />
Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokkan hasil-hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu katagori. Kelima hal tersebut adalah :<br />
1. keterampilan intelektual : kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau gambar.<br />
2. informasi verbal : seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar.<br />
3. strategi kognitif : kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.<br />
4. keterampilan motorik : seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah otomatisme yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes. <br />
5. sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak.<br />
I.3.B Menurut Bloom<br />
Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konseptaksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokkan tujuan berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga dmain belajar yaitu :<br />
1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini tediri dari:<br />
Ø Pengetahuan (Knowledge).<br />
Ø Pemahaman (Comprehension).<br />
Ø Penerapan (Aplication)<br />
Ø Penguraian (Analysis).<br />
Ø Memadukan (Synthesis).<br />
Ø Penilaian (Evaluation).<br />
2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:<br />
Ø Penerimaan (receiving/attending).<br />
Ø Sambutan (responding).<br />
Ø Penilaian (valuing).<br />
Ø Pengorganisasian (organization).<br />
Ø Karakterisasi (characterization)<br />
3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:<br />
Ø Kesiapan (set) <br />
Ø Meniru (imitation) <br />
Ø Membiasakan (habitual) <br />
Ø Adaptasi (adaption) <br />
I.3.C Penggabungan Dari Tiga Ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van Parreren)<br />
1. Belajar arti kata-kata. Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.<br />
2. Belajar Kognitif. Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental.<br />
3. Belajar Menghafal. Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.<br />
4. Belajar Teoritis. Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.<br />
5. Belajar Konsep. Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.<br />
6. Belajar Kaidah. Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual {intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.<br />
7. Belajar Berpikir. Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.<br />
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut:<br />
Ø Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.<br />
Ø Masalah itu diperjelas dan dibatasi.<br />
Ø Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.<br />
Ø Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.<br />
Ø Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.<br />
Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.<br />
Ø Kesadaran akan adanya masalah.<br />
Ø Merumuskan masalah.<br />
Ø Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.<br />
Ø Menguji hipotesis-hipotesis itu.<br />
Ø Menerima hipotesis yang benar.<br />
1.3.D Menurut UNESCO<br />
UNESCO telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) :<br />
1. Learning to know. Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, dalam hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar.<br />
2. Learning to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja.<br />
3. Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.<br />
4. Learning to be. Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh.<br />
<br />
I.4 PENGERTIAN PEMBELAJARAN <br />
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.<br />
1.4.A Pengertian pembelajaran menurut kamus bahasa Indonesia : <br />
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.<br />
1.4.B Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli :<br />
1. Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.<br />
2. Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.<br />
I.5 CIRI-CIRI PEMBELAJARAN<br />
Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :<br />
1. merupakan upaya sadar dan disengaja<br />
2. pembelajaran harus membuat siswa belajar<br />
3. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan<br />
4. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya<br />
1.6 PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, PEMELAJAR, DAN PEMBELAJAR<br />
Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel,1991)<br />
Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, 1997). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa. <br />
Pemelajar adalah orang yang melakukan pengajaran.<br />
Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.<br />
Perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran:<br />
<br />
<br />
<br />
NO Pengajaran Pembelajaran<br />
1 Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar Dilaksanakan oleh mereka yang dapat membuat orang belajar<br />
2 Tujuannya menyampaikan informasi kepada si belajar Tujuannya agar terjadi belajar pada diri siswa<br />
3 Merupakan salah satu penerapan strategi pembelajaran Merupakan cara untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi untuk keperluan belajar.<br />
4 Kegiatan belajar berlangsung bila ada guru atau pengajar Kegiatan belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
1.7 PRINSIP PEMBELAJARAN MENURUT GAGNE DAN ATWI SUPARMAN<br />
Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut :<br />
1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi sebelumnya.<br />
2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.<br />
3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.<br />
4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula. <br />
5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.<br />
6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.<br />
7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.<br />
8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.<br />
9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.<br />
10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.<br />
11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.<br />
12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.<br />
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:<br />
1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.<br />
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.<br />
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.<br />
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.<br />
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.<br />
6. memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.<br />
7. memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.<br />
8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.<br />
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
II.1 PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI BELAJAR <br />
Menurut analisis penulis, Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.<br />
Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.<br />
Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.<br />
Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi belajar disamping membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar namun kegiatan belajar memiliki arti penting yaitu dengan belajar seseorang dapat mempertahankan dirinya untuk tetap bertahan hidup dari segala macam gangguan baik yang datang dari dalam dirinya maupun juga yang datang dari luar dirinya.<br />
II.2 JENIS-JENIS BELAJAR<br />
Bedasarkan teori-teori yang telah dipaparkan dalam BAB I, banyak cara dalam melakukan proses balajar . Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis belajar. Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu Belajar isyarat (signal learning), Belajar stimulus respon, Belajar merantaikan (chaining), Belajar asosiasi verbal (verbal Association), Belajar membedakan (discrimination), Belajar konsep (concept learning), Belajar dalil (rule learning), Belajar memecahkan masalah (problem solving).<br />
Dari kedelapan jenis tersebut dapat menumbuhkembangkan perilaku kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi. Selain dari kognititf aspek avektif dan psikomotor sesorang juga tumbuh. Aspek afektif mencakup Penerimaan, Sambutan, Penilaian, Pengorganisasian, Karakterisasi. Sedangkan psikomotor mencakup Kesiapan (set), Meniru (imitation), Membiasakan (habitual), Adaptasi (adaption). Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat dikatakan telah mencapai tujuan dari belajar.<br />
Belajar kognitif dimana adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan,menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar. Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan yaitu dengan dihubungkan dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa ditemukan dan mudah diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta,konsep,prinsip, dan procedure. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan, mengidentifikasikan karakteristik dan sebagainya. Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan dengan memadukan berbagai unsure atau komponen,menyusun membentuk bangunan, menggambar dan sebagainya. Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap objek studi menggunakan criteria tertentu.<br />
Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan contoh/model, mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya.<br />
Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.<br />
1I.3 PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN<br />
Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru.<br />
Dalam proses belajar terdapat komponen pendukung yang dapat mendorong tercapainya tujuan utama dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku. Proses belajar dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses balajar secara alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumya dilakukan oleh setiap orang dan kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Sedangkan proses belajar yang direkayasa merupakan proses belajar yang memiliki sistematika yang jelas dan telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses ini metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini proses belajar yang direkayasa yang lebih memungkinkan tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan alat pendukung.<br />
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pengajar, khususnya siswa agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan kirarki konsep materi pembelajaran, dan rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsure penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.<br />
II.4 PRINSIP-PRINSIP BELAJAR <br />
Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Oleh karena itu untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne dan Atwi Suparman.<br />
Pembelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur pemanasan dan apersepsi, eksplorasi, konsolidaesi pembelajaran, pembentukan kompetensi; sikap dan perilaku, penilaian formatif.<br />
Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan menantang, penguatan kepada siswa dan aspek psikologi lain.<br />
Perhatian, dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan masalah perhatian. Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar siswa berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan. <br />
Motivasi, Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya memotivasi siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan pembelajaran berlangsung agar siswa dapa mengikuti pelajaran dengan baik. <br />
Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa. <br />
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran. <br />
Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar.<br />
Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya. <br />
Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan. <br />
Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran , dll. <br />
BAB III <br />
PENUTUP<br />
KESIMPULAN<br />
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :<br />
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).<br />
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.<br />
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.<br />
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.<br />
Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.<br />
Jenis-jenis belajar menurut Robert M. Gagne :<br />
1. Belajar isyarat (signal learning).<br />
2. Belajar stimulus respon.<br />
3. Belajar merantaikan (chaining).<br />
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association).<br />
5. Belajar membedakan (discrimination<br />
6. Belajar konsep (concept learning).<br />
7. Belajar dalil (rule learning).<br />
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving).<br />
Jenis-jenis belajar menurut Benyamin S. Bloom :<br />
1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). <br />
2. Affective Domain (Kawasan afektif).<br />
3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik).<br />
Jenis-jenis belajar penggabungan dari tiga ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van Parreren) :<br />
1. Belajar Arti Kata-kata. <br />
2. Belajar Kognitif.<br />
3. Belajar Menghafal.<br />
4. Belajar Teoritis. <br />
5. Belajar Konsep.<br />
6. Belajar Kaidah<br />
7. Belajar Berpikir<br />
Prinsip-prinsip belajar menurut Gagne :<br />
1. Menarik perhatian (gaining attention)<br />
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives)<br />
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning)<br />
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus)<br />
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance)<br />
6. memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance)<br />
7. memberikan balikan (providing feedback)<br />
8. Menilai hasil belajar (assessing performance)<br />
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Untuk mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasan juga minat, sebab tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan efesien. Dalam percakapan sehari-hari pengertian perhatian dikacaukan dengan minat dalam pelaksanaan perhatian seolah-olah kita menonjolkan fungsi pikiran, sedangkan dalam minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa, tetapi kenyataanya apa yang menarik minat menyebabkan pula kita kita berperhatian, dan apa yang menyebabkan perhatian kita tertarik minatpun menyertai kita.†(Dakir. 1971 : 81)<br />
Dari pengertian minat diatas memberikan pengertian bahwa minat menyebabkan perhatian dimana minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa dan perhatian seolah-olah menonjolkan fungsi pikiran. Hal ini menegaskan bahwa apa yang menarik minat menyebabkan pula kita berperhatian dan apa yang menyebabkan berperhatian kita tertarik, minatpun menyertainya jadi ada hubungan antara minat dan perhatian.<br />
Pengertian Minat menurut Tidjan (1976 :71) adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang. Dari  pengertian  tersebut jelaslah  bahwa  minat  itu  sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau  situasi  tertentu yang didahului oleh  perasaan  senang terhadap obyek tersebut.<br />
Sedangkan menurut Drs. Dyimyati Mahmud (1982), Minat dalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas.<br />
Berdasarkan definisi tersebut dapatlah penulis kemukakan bahwa minat mengandung unsur-unsur sebagai berikut:<br />
1. Minat adalah suatu gejala psikologis<br />
2. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik.<br />
3. Adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi sasaran<br />
4. Adanya  kemauan  atau  kecenderungan  pada  diri  subyek  untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.<br />
Berdasarkan beberapa Pengertian Minat menurut alhi tersebut penulis simpulkan bahwa minat adalah gejala psikologis yang menunjukan bahwa minat adanya pengertian subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepada obyek tersebut.<br />
Dari Wikipedia, ensiklopedi gratis<br />
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.<br />
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.<br />
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.<br />
Penjelasan Definisi<br />
• Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotor. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja.<br />
• Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.<br />
• Perubahannya tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku.<br />
• Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.<br />
• Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima - hadiah atau hukuman - sebagai konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut.<br />
• perasaan bangga dalam diri karna dapat mengerti dan paham akan apa yang di pelajari<br />
<br />
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-69275923724358974602012-10-19T19:00:00.002+07:002012-10-19T19:00:28.808+07:00PERANAN KONSELOR DALAM PROGRAM BIMBINGAN <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>PERANAN KONSELOR DALAM PROGRAM BIMBINGAN <br />
<br />
Konselor adalah seorang anggota staf sekolah dan bertanggung jawab penuh terhadap fungsi bimbingan dan mempunyai keahlian khusus dalam bidang bimbingan yang tidak dapat dikerjakan oleh guru biasa, konselor bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah dan hanya mempunyai hubungan kerjasama dengan guru serta anggota staf lainnya. Konselor bersama kepala sekolah merencanakan program bimbingan yang sistematis yang meliputi:<br />
1. Program pengembangan pendidikan guru,<br />
2. Program konsultasi untuk guru dan orangtua,<br />
3. Program konseling untuk murid,<br />
4. Program layanan referal untuk murid,<br />
5. Program pengembangan dan penelitian sekolah,<br />
6. Penilaian hasil belajar dan layanan bimbingan lainnya.<br />
A. Pelayanan Konselor dalam Bidang Pendidikan<br />
Program bimbingan yang efektif memberikan pendidikan atau peningkatan kepada guru mengenai cara-cara bimbingan dan menafsirkan laporan-laporan anak. Guru pada umumnya kurang memahami teknik bimbingan dan penggunaan alat pengumpulan data anak. Oleh karena itu konselor dapat membantu guru mengenai cara-cara pengumpulan data, sistem pencatatan data, dan penafsiran hasil alat-alat pencatatan yang telah dikembangan. Khusus mengenai pengumpulan data, guru tidak memiliki banyak waktu untuk melaksanakan tugas ini. Konselor dapat membantu guru dalam pengelompokan murid menurut tingkat kedewasaan dan memberikan konsultasi mengenai pengembangan program pendidikan dan menafsirkan hasil pendidikan. Jika problem anak tidak dapat diatasi oleh guru, umpamanya dalam memberikan konseling kepada atau orang tua, tugas tersebut harus dialihkan kepada konselor. Dalam konseling untuk anak-anak sebaiknya konselor menyediakan ruangan khusus yang dilengkapi oleh berbagai jenis permainan seperti boneka, buku-buku gambar, dan barang-barang lain yang disukai anak.<br />
Bimbingan yang diberikan pada tahun pertama pengalaman anak di sekolah mempunyai arti terhadap perkembangan anak di kemudian hari. Banyak anak mengalami kesukaran emosional, sosial, dan akademis di perguruan tinggi karena semasa kecil anak tersebut kurang mendapat bimbingan. Konselor dapat membantu anak mendapatkan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Konselor juga dapat membantu bagian kurikulum untuk yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemapuan anak.<br />
<br />
B. Pendekatan dengan Tim Sekolah <br />
Dewasa ini banyak sekolah mempunyai tim kerja yang terdiri atas guru, konselor, psikologi, dokter, perawat, dan pelatih pembaca. Mereka berkarya bersama-sama di bawah pimpinan kepala sekolah. Rencana sekolah, termasuk program bimbingan dan konseling, dibicarakan bersama-sama dalam pertemuan untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah dan anak secara berkala. Keterangan dan pertimbangan dari staf lainnya dapat membantu konselor untuk semakin mengerti siswa dan untuk menyusun program bimbingan yang efektif. Dalam program tersebut beberapa kegiatan dapat diserahkan kepada ahli, sesuai dengan wewenangnya masing-masing. Rapat kerja ini sangat bermanfaat karena setiap masalah dapat dilihat dari banyak sudut dan terjadi saling konsultasi. Dengan keterangan ini dapat disimpulkan bahwa tugas bimbingan sekolah bukan hanya tanggung jawab konselor saja, tetapi juga tanggung jawab seluruh anggota tim sekolah. Di bawah pimpinan kepala sekolah, tim sekolah selalu menilai sasaran dan program bimbingan dan berusaha mencari program yang paling efektif untuk sekolah. Penilaian yang teratur dan penelitian terhadap program bimbingan sangat penting sangat penting untuk meningkatkan program bimbingan di sekolah.<br />
Alasan Diperlukannya Konselor Pendidikan:<br />
• Kehidupan Demokrasi: Guru tidak lagi menjadi pusat dan siswa tidak hanya menjadi peserta pasif dalam kegiatan pendidikan. Guru hanya membantu siswa untuk dapat mengambil keputusannya sendiri.<br />
• Perbedaan Individual: Pembelajaran yang umumnya dilakukan secara klasikal kurang memperhatikan perbedaan siswa dalam kemampuan dan cara belajarnya sehingga beberapa siswa mungkin akan mengalami kesulitan.<br />
• Perkembangan Norma Hidup: Masyarakat berubah secara dinamis. Demikian pula dengan berbagai norma hidup yang ada di dalamnya. Setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.<br />
• Masa Perkembangan: Seorang individu mengalami perkembangan dalam berbagai aspek dalam dirinya dan perubahan tuntutan lingkungan terhadap dirinya. Diperlukan penyesuaian diri untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut.<br />
• Perkembangan Industri: Seiring dengan perkembangan teknologi yang cepat, industri juga berkembang dengan pesat. Untuk memiliki karir yang baik, siswa harus bisa mengantisipasi keadaan tersebut.<br />
Menurut Jones ada 7 sifat yang harus dimiliki oleh seorang konselor, adalah sebagai berikut :<br />
1. Tingkah laku yang etis. Sikap dasar seorang konselor harus mengandung ciri etis, karena konselor harus membantu manusia sebagai pribadi dan memberikan informasi pribadi yang bersifat sangat rahasia. Konselor harus dapat merahasiakan kehidupan pribadi konseli dan memiliki tanggung jawab moral untuk membantu memecahkan kesukaran konseli.<br />
2. Kemampuan intelektual. Konselor yang baik harus memiliki kemampuan intelektual untuk memahami seluruh tingkah laku manusia dan masalahnya serta dapat memadukan kejadian-kejadian sekarang dengan pengalaman-pengalamannya dan latihan-latihannya sebagai konselor pada masa lampau. Ia harus dapat berpikir secara logis, kritis, dan mengarah ke tujuan sehingga ia dapat membantu konseli melihat tujuan, kejadian-kejadian sekarang dalam proporsi yang sebenarnya, memberikan alternatif-alternatif yang harus dipertimbangkan oleh konseli dan memberikan saran-saran jalan keluar yang bijaksana. Semua kecakapan yang harus dimiliki seorang konselor di atas membutuhkan tingkat perkembangan intelektual yang cukup baik.<br />
3. Keluwesan (fleksibelity). Hubungan dalam konseling yang bersifat pribadi mempunyai ciri yang supel dan terbuka. Konselor diharapkan tidak bersifat kaku dengan langkah-langkah tertentu dan sistem tertentu. Konselor yang baik dapat dengan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan situasi konseling dan perubahan tingkah laku konseli. Konselor pada saat-saat tertentu dapat berubah sebagai teman dan pada saat lain dapat berubah menjadi pemimpin. Konselor bersama konseli dapat dengan bebas membicarakan masalah masa lampau, masa kini, dan masa mendatang yang berhubungan dengan masalah pribadi konseli. Konselor dapat dengan luwes bergerak dari satu persoalan ke persoalan lainnya dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam proses konseling.<br />
4. Sikap penerimaan (acceptance). Seorang konseli diterima oleh konselor sebagai pribadi dengan segala harapan, ketakutan, keputus-asaan, dan kebimbangannya. Konseli datang pada konselor untuk meminta pertolongan dan minta agar masalah serta kesukaran pribadinya dimengerti. Konselor harus dapat menerima dan melihat kepribadian konseli secara keseluruhan dan dapat menerimanya menurut apa adanya. Konselor harus dapat mengakui kepribadian konseli dan menerima konseli sebagai pribadi yang mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri. Konselor harus percaya bahwa konseli mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab. Sikap penerimaan merupakan prinsip dasar yang harus dilakukan pada setiap konseling.<br />
5. Pemahaman (understanding). Seorang konselor harus dapat menangkap arti dari ekspresi konseli. Pemahaman adalah mengkap dengan jelas dan lengkap maksud yang sebenarnya yang dinyatakan oleh konseli dan di pihak lain konseli dapat merasakan bahwa ia dimengerti oleh konselor. Konseli dapat menangkap bahwa konselor mengerti dan memahami dirinya, jika konselor dapat mengungkapkan kembali apa yang diungkapkan konseli dengan bahasa verbal maupun nonverbal dan disertai dengan perasaannya sendiri. Ungkapan konselor ini harus dapat ditangkap oleh konseli. Kemampuan konselor dalam memahami konseli pada setiap konseling dapat terjadi dengan menempatkan dirinya pada kaca mata konseli. Memahami orang lain tidak cukup hanya mengerti data-data yang terkumpul, tetapi yang lebih penting konselor dapat mengerti bagaimana konseli memberikan arti terhadap data-data tadi. Memahami dalam proses konseling jangan disamakan dengan memahami suatu ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan orang ingin menangkap arti yang objektif, sedangkan dalam konseling justru karena ingin menangkap arti yang subjektif, yaitu arti yang diberikan oleh konseli. Dalam konseling yang diperlukan bukan kebenaran yang objektif, melainkan bagaiman konseli melihat kebenaran itu. Seorang konselor tidak perlu meneliti kebenaran kata-kata konseli, tetapi yang penting bagi konselor adalah menangkap cara konseli menyatakan kebenaran tersebut dan akhirnya konselor dapat menangkap arti keseluruhan pernyataan kepribadian konseli. Seorang konselor harus mengikuti perubahan kepribadian konseli dengan baik. Konselor harus dapat menyatuakn dirinya dengan dunia konseli dan dapat menyatukan kembali dengan cara yang wajar dan dengan penuh perasaan agar konseli mudah menangkap dan mengertinya. Akhirnya, konseli dapat melihat alternatif-alternatif yang realistis dengan diri sendiri dan berani merumuskan suatu keputusan yang bijaksana. Konselor sangat berperan dalam situasi puncak proses konseling ini.<br />
6. Peka terhadap rahasia pribadi. Dalam segala hal konselor harus dapat menunjukkan sikap jujur dan wajar sehingga ia dapat dipercaya oleh konseli dan konseli berani membuka diri terhadap konselor. Jika pada suatu saat seorang konseli mengetahui bahwa konselornya menipunya dengan cara yang halus, konseli dapat langsung menunjukkan sikap kurang mempercayai dan menutup diri yang menghilangkan sikap baik antara dirinya dan konselornya. Konseli sangat peka terhadap kejujuran konselor, sebab konseli telah berani mengambil risiko dengan membuka diri dan khususnya rahasia hidup pribadinya.<br />
7. Komunikasi. Komunikasi merupakan kecakapan dasar yang harus dimiliki oleh setiap konselor. Dalam komunikasi konselor dapat mengekspresikan kembali pernyataan-pernyataan konseli secara tepat. Menjawab atau memantulkan kembali pernyataan konseli dalam bentuk perasaan dan kata-kata serta tingkah laku konselor. Konselor harus dapat memantulkan perasaan konseli dan pemantulan ini dapat ditangkap serta dimengerti oleh konseli sebagai pernyataan yang penuh penerimaan dan pengertian. Dalam koseling tidak terdapat resep tertentu mengenai komunikasi yang dapat dipakai oleh setiap konselor pada setiap konseling.<br />
<br />
<br />
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-7301653368912948992012-10-19T18:58:00.002+07:002012-10-19T18:58:20.030+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>MOTTO<br />
<br />
Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah, kecuali ia yang selalu mengoreks diri dan membenarkan kebenaran orang lain atas kekeliruan diri sendiri.<br />
<br />
Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan / diperbuatnya. ( Ali Bin Abi Thalib )<br />
<br />
Pengetahuan adalah kekuatan.<br />
<br />
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-65408930505815416212012-10-19T18:57:00.004+07:002012-10-19T18:57:43.274+07:00Format Proposal Penelitian Kualitatif <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>Format Proposal Penelitian Kualitatif <br />
<br />
1. Konteks Penelitian atau Latar Belakang<br />
Bagian ini memuat uraian tentang latar belakang penelitian, untuk maksud apa peelitian ini dilakukan, dan apa/siapa yang mengarahkan penelitian. <br />
<br />
2. Fokus Penelitian atau Rumusan Masalah<br />
Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian ini. Apabila digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan di lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut ditampilkan.<br />
Alasan-alasan ini harus dikemukakan secara jelas, sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik, induktif, dan naturalistik yang berarti dekat sekali dengan gejala yang diteliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan setelah diadakan studi pendahuluan di lapangan. <br />
<br />
3. Tujuan Penelitian<br />
Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan. <br />
<br />
4. Landasan Teori<br />
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. <br />
<br />
<br />
5. Kegunaan Penelitian <br />
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.<br />
<br />
6. Metode Penelitian<br />
Bab ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang menyangkut pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian. <br />
<br />
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian<br />
Pada bagian II peneliti perlu menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dan menyertakan alasan-alasan singkat mengapa pendekatan ini digunakan. Selain itu juga dikemukakan orientasi teoretik, yaitu landasan berfikir untuk memahami makna suatu gejala, misalnya fenomenologis, interaksi simbolik, kebudayaan, etnometodologis, atau kritik seni (hermeneutik). Peneliti juga perlu mengemukakan jenis penelitian yang digunakan apakah etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, ekologis, partisipatoris, penelitian tindakan, atau penelitian kelas. <br />
<br />
b. Kehadiran Peneliti<br />
Dalam bagian ini perlu disebutkan bahwa peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti ini harus dilukiskan secara eksplisit dalam laopran penelitian. Perlu dijelaskan apakah peran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat partisipan, atau pengamat penuh. Di samping itu perlu disebutkan apakah kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan.<br />
<br />
c. Lokasi Penelitian<br />
Uraian lokasi penelitian diisi dengan identifikasi karakteristik lokasi dan alasan memilih lokasi serta bagaimana peneliti memasuki lokasi tersebut. Lokasi hendaknya diuraikan secara jelas, misalnya letak geografis, bangunan fisik (jika perlu disertakan peta lokasi), struktur organisasi, program, dan suasana sehari-hari. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-hal yang bermakna dan baru. Peneliti kurang tepat jika megutarakan alasan-alasan seperti dekat dengan rumah peneliti, peneliti pernah bekerja di situ, atau peneliti telah mengenal orang-orang kunci.<br />
<br />
d. Sumber Data<br />
Pada bagian ini dilaporkan jenis data, sumber data, da teknik penjaringan data dengan keterangan yang memadai. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang dijadikan subjek dan informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek dan informan itu, dan dengan cara bagaimana data dijaring, sehingga kredibilitasnya dapat dijamin. Misalnya data dijaring dari informan yang dipilih dengan teknik bola salju (snowball sampling).<br />
Istilah pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif harus digunakan dengan penuh kehati-hatian. Dalam penelitian kualitatif tujuan pengambilan sampel adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin, bukan untuk melakukan rampatan (generalisasi). Pengambilan sampel dikenakan pada situasi, subjek, informan, dan waktu.<br />
<br />
e. Prosedur Pengumpulan Data<br />
Dalam bagian ini diuraikan teknik pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi rekaman data: fidelitas da struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari lapangan disajikan (rekaman audio atau video memiliki fidelitas tinggi, sedangkan catatan lapangan memiliki fidelitas kurang). Dimensi struktur menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Hal-hal yang menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman data, dan prosedur perekaman diuraikan pada bagian ini. Selain itu dikemukakan cara-cara untuk memastikan keabsahan data dengan triangulasi dan waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data.<br />
<br />
f. Analisis Data<br />
Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang operasional, misalnya matriks dan logika.<br />
<br />
g. Pengecekan Keabsahan Temuan<br />
Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan temuannya. Agar diperoleh temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan mengunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi(menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, teori), pembahasan sejawat, analisis kasus negatif, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat-tidaknya ditransfer ke latar lain (transferrability), ketergantungan pada konteksnya (dependability), dan dapat-tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability) .<br />
<br />
h. Tahap-tahap Penelitian<br />
Bagian ini menguraikann proses pelaksanaan penelitian mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan.<br />
<br />
7. Daftar Rujukan<br />
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. <br />
Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:<br />
1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,<br />
2. tahun penerbitan <br />
3. judul, termasuk subjudul<br />
4. kota tempat penerbitan, dan<br />
.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
8. TAHAP-TAHAP PENELITIAN<br />
Moleong mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : (1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4) tahap penulisan laporan’’10. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut : <br />
a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.<br />
b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan membaca pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat gaya membaca, kebiasaan membaca, sering atau tidaknya membaca, yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. <br />
c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.<br />
d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyratan untuk ujian skripsi. <br />
<br />
<br />
Metode Penelitian Kualitatif <br />
.<br />
A. Pengantar<br />
Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.<br />
<br />
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.<br />
<br />
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. <br />
<br />
<br />
B. Sistematika Penelitian Kualitatif<br />
Judul<br />
Abstrak<br />
Kata Pengantar<br />
Daftar Isi<br />
Daftar Gambar<br />
Bab I Pendahuluan<br />
Konteks Penelitian<br />
Fokus Kajian Penelitian<br />
Tujuan Penelitian<br />
Manfaat Penelitian<br />
Bab II Perspektif Teoritis dan Kajian Pustaka<br />
Bab III Metode Penelitian<br />
Pendekatan<br />
Batasan Istilah<br />
Unit Analisis<br />
Deskripsi Setting Penelitian<br />
Pengumpulan Data<br />
Analisis Data<br />
Keabsahan data<br />
Bab IV Hasil dan pembahasan<br />
Bab VI Kesimpulan dan saran<br />
Daftar pustaka<br />
Lampiran<br />
<br />
<br />
Penjelasan secara ringkas keseluruhan unsur yang ada dalam penelitian kualitatif, yaitu:<br />
1. Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacam-macam dan tidak bias makna.<br />
2. Abstrak, ditulis sesingkat mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa yang tertulis di dalam laporan penelitian. Abstrak penelitian selain sangat berguna untuk membantu pembaca memahami dengancepat hasil penelitian, juga dapat merangsang minat dan selera orang lain untuk membacanya.<br />
3. Perspektif teoritis dan kajian pustaka, perspektif teori menyajikan tentang teori yang digunakan sebagai perpektif baik dalam membantumerumuskan fokus kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data atau membahas temuan-temuan penelitian. Sementara kajian pustaka menyajikan tentang studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa.<br />
4. Metode yang digunakan, menyajikan secara rinci metode yang digunakan dalam proses penelitian.<br />
5. Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh temuan penelitian yang diorganisasikan secara rinci dan sistematis sesuai urutan pokok masalah atau fokus kajian penelitian. Temuan-temuan penelitian yang disajikan dalam laporan penelitian merupakan serangkaian fakta yang sudah direduksi secara cermat dan sistematis, dan bukan kesan selintas peneliti apalagi hasil karangan atau manipulasi peneliti itu sendiri.<br />
6. Analisis temuan– temuan penelitian. Hasil temuanmemrlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoritis yang digunakan.<br />
<br />
C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif<br />
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:<br />
1. Biografi<br />
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.<br />
<br />
2. Fenomenologi<br />
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden. <br />
<br />
3. Grounded theory<br />
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari. <br />
<br />
4. Etnografi<br />
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.<br />
<br />
5. Studi kasus<br />
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.<br />
<br />
D. Metode Pengumpulan Data<br />
<br />
Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:<br />
<br />
1. Wawancara<br />
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. <br />
<br />
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif. <br />
<br />
2. Observasi<br />
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.<br />
<br />
Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.<br />
• Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.<br />
• Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. <br />
• Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.<br />
<br />
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.<br />
<br />
3. Dokumen<br />
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.<br />
<br />
4. Focus Group Discussion (FGD)<br />
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.<br />
<br />
E. Teknik Analisis Data<br />
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di dasarkan pada pendekatan yang digunakan. Beberapa bentuk analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu:<br />
<br />
1. Biografi<br />
Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu:<br />
a. Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara kronologis atau seperti pengalaman pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan.<br />
b. Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode.<br />
c. Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis.<br />
d. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan, serta mencari epipani dari kisah tersebut. <br />
e. Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah, kemudian memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu.<br />
f. Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan berbentuk narasi yang berfokus pada proses dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut.<br />
<br />
2. Fenomenologi<br />
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:<br />
a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.<br />
b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.<br />
c. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).<br />
d. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.<br />
e. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).<br />
f. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.<br />
g. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.<br />
<br />
3. Grounded theory<br />
Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu:<br />
a. Mengorganisir data<br />
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.<br />
c. Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa dipelajari.<br />
d. Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut.<br />
e. Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan kategori di dalam model axial coding. <br />
Selanjutnya peneliti boleh mengembangkan dan menggambarkan suatu acuan yang menerangkan keadaan sosial, sejarah, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi peristiwa.<br />
<br />
4. Etnografi<br />
Langkah-langkah analisis data pada studi etnografi, yaitu:<br />
a. Mengorganisir file.<br />
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.<br />
c. Menguraikan setting sosial dan peristiwa yang diteliti.<br />
d. Menginterpretasi penemuan.<br />
e. Menyajikan presentasi baratif berupa tabel, gambar, atau uraian.<br />
<br />
5. Studi kasus<br />
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:<br />
a. Mengorganisir informasi.<br />
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.<br />
c. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.<br />
d. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.<br />
e. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.<br />
f. Menyajikan secara naratif.<br />
<br />
F. Keabsahan Data<br />
<br />
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:<br />
<br />
1. Kredibilitas<br />
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.<br />
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:<br />
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.<br />
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.<br />
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.<br />
d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.<br />
e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.<br />
<br />
2. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.<br />
3. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.<br />
4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. <br />
<br />
G. Reliabilitas<br />
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.(IAHS)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-15204153076887352912012-10-19T18:57:00.001+07:002012-10-19T18:57:01.425+07:00daftar pustakaAhmad, Mudzakir. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.<br />
<br />
Goleman, Daniel. (2000). Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.<br />
<br />
Goleman, Daniel. (2000). Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.<br />
<br />
Gottman, John. (2001). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.<br />
<br />
Irwanto. (1997). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.<br />
<br />
Mila Ratnawati. (1996). Hubungan antara Persepsi Anak terhadap Suasana Keluarga, Citra Diri, dan Motif Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V SD Ta’Miriyah Surabaya. Jurnal Anima Vol XI No. 42.<br />
<br />
Moch, Nazir. (1988). Metodologi Penelitian.Cetakan 3. Jakarta :Ghalia Indonesia.<br />
<br />
Morgan, Clifford T, King, R.A Weizz, JR, Schopler. J, 1986. Introduction of Psychology, (7th ed), Singapore : Mc Graw Hil Book Company<br />
<br />
Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.<br />
<br />
Nana, Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan ketujuh. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.<br />
<br />
Ratna Wilis, D. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlannga.<br />
<br />
Saphiro, Lawrence E. (1998). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : Gramedia.<br />
<br />
Sarlito Wirawan. (1997). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.<br />
<br />
Sia, Tjundjing. (2001). Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1<br />
<br />
Sri, Lanawati. (1999). Hubungan Antara Emotional Intelligence dan Intelektual Quetion dengan Prestasi Belajar Siswa SMU.Tesis Master : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.<br />
<br />
Sumadi, Suryabrata. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada . <br />
<br />
Sumadi, Suryabrata. 1998. Metodologi Penelitian. Cetakan sebelas. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.<br />
<br />
Saifuddin, Azwar. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Balajar Offset.<br />
<br />
Saifuddin Azwar. (1998). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan Prestasi balajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.<br />
<br />
Suharsono. (2002). Melejitkan IQ, IE, dan IS. Depok : Inisiasi Press.<br />
<br />
Sutrisno Hadi. (2000). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.<br />
<br />
Syaiful Bakrie D. (1994). Prestasi belajar dan kompetensi guru. Surabaya : Usaha Nasional.<br />
<br />
Winkel, WS (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.<br />
Ruseffendi, 1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito<br />
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :<br />
Rineka Cipta<br />
Coni R. Semiawan, 1992. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang abad XXI. PT Grasindo, Jakarta.<br />
Sudjana,1997. Penilaian proses belajar mengajar. Bandung : PT. Remaja<br />
Rosdakarya<br />
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.<br />
Bandung : JICA-UPI.<br />
Subroto, B. Suryo, 1996. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarat. Rineka Cipta<br />
Supardi, 1999. Hubungan Kreativitas dan Keterampilan Proses Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SLTP Negeri 1 Bantaeng tahun pelajaran 1998/1999. skripsi FMIPA UNM Makassar.<br />
<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-58547535453664727222012-10-19T18:56:00.002+07:002012-10-19T18:56:10.891+07:00DAFTAR ISIDAFTAR ISI<br />
<br />
Halaman Judul i<br />
Halaman Pengesahan ii<br />
Kata Pengantar iii<br />
Motto iv<br />
Daftar Isi v<br />
<br />
BAB IPENDAHULUAN 1<br />
A. Latar Belakang Masalah 1<br />
B. Identifikasi Masalah 2<br />
C. Batasan Masalah 2<br />
D. Rumusan Masalah 3<br />
E. Tujuan Survei 3<br />
F. Manfaat survei 3<br />
BAB II LANDASAN TEORI 5<br />
A. Pengertian Bimbingan 5<br />
B. Pengertian Konseling 7<br />
C. Pengertian Bimbingan Konseling 8<br />
D. Pengertian Tentang Alat Perlengkapan Bimbingan Konseling 9<br />
E. Indicator alat perlengkapan bimbingan konseling ..9<br />
<br />
BAB III METODE PENELITIAN 23<br />
A. Variabel Penelitian 23<br />
B. Tempat dan waktu Penelitian 24<br />
C. Pendekatan Penelitian 24<br />
D. Metode Pengumpulan Data 25<br />
E. Instrumen Penelitian 28<br />
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 32<br />
A. Penyajian Data Survey 32<br />
B. Analisa Data Survey 33<br />
C. Hasil Survey 34<br />
BAB V PENUTUP 35<br />
A. Kesimpulan 35<br />
B. Saran 36<br />
Daftar pustaka<br />
<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-43955259179623490162012-10-19T18:55:00.001+07:002012-10-19T18:55:05.477+07:00BIMBINGAN KONSELING PADA REMAJA DAN PRESTAsi AKADEMIBIMBINGAN KONSELING PADA REMAJA DAN PRESTAsi AKADEMI<br />
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya agar mencapai pribadi yang bermutu. Indikator keberhasilan sekolah dalam mengemban tugasnya dapat dilihat dari pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik dan tidak sedikit di antaranya menyangkut masalah-masalah yang berhubungan dengan akademik. Sedangkan siswa dituntut untuk terus meningkatkan prestasi akademiknya, di tengah kesibukan dan kepadatan tugas-tugas sekolah baik tugas-tugas akademik maupun kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa, sehingga siswa perlu mengikuti layanan bimbingan dan konseling di sekolah untuk meningkatkan prestasi akademik. Dengan kondisi seperti itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui secara mendalam apakah bimbingan dan konseling itu sendiri dapat berperan dalam meningkatkan prestasi akademik siswa di sekolah. <br />
Dari pemaparan di atas, maka timbul pertanyaan mengenai bagaimana gambaran bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah, faktor-faktor apa yang menyebabkan bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah dapat meningkatkan prestasi akademik subjek , dan bagaimana proses bimbingan konseling untuk meningkatkan prestasi akademik subjek. <br />
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana gambaran bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah, faktor-faktor apa yang menyebabkan bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah dapat meningkatkan prestasi akademik subjek, dan bagaimana proses bimbingan konseling untuk meningkatkan prestasi akademik subjek. <br />
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang pelajar SMU, dan pernah atau sedang mengikuti bimbingan dan konseling secara personal (dengan inisiatif sendiri) di sekolah. Dalam penelitian ini subjek penelitian terdiri dari satu orang. <br />
Teknik peengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara dan observasi yang diterapkan pada subjek dan significant others. Lengkap dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan alat perekam. <br />
Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa pelayanan bimbingan konseling di kelas subjek terjadwal dengan rutin setiap minggunya selama satu jam. Guru BK mendapat kewajiban memanggil siswa untuk mengetahui permasalahan siswa dibidang akademik, sedangkan siswa mengikuti bimbingan konseling secara personal pada kelas 2 semester 2, dikarenakan pada kelas 2 semester 1 subjek mengalami penurunan prestasi akademik. Oleh karena itu guru BK menyuruh subjek datang teratur ke ruang bimbingan konseling agar guru BK subjek dapat memantau sejauhmana perkembangan akademik subjek. Guru BK subjek juga memotivasi subjek dalam belajar sehingga subjek selalu rajin belajar dan tekun dalam mengerjakan PR. Ketika subjek mengalami kesulitan dalam bidang akademik, <br />
subjek berkonsultasi dengan guru BK subjek sehingga subjek tidak ketinggalan pelajaran dengan teman-teman subjek. Ketika subjek masih sering membolos dan mempunyai kebiasaan malas belajar, guru BK subjek membantu subjek dengan cara menasehati sehingga subjek memiliki kebiasaan belajar positif dan tidak membolos lagi. Guru BK juga membantu subjek dengan memberikan masukan pada subjek dalam memilih universitas dan jurusan yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan subjek sehingga subjek tidak salah langkah dalam menentukan masa depan subjek. Dengan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan, dapat mempengaruhi prestasi akademik subjek di sekolah yang dapat dilihat dari beberapa nilai mata pelajaran di rapor subjek yang naik. <br />
Kata kunci : Bimbingan konseling, prestasi akademik dan remaja. <br />
A. Pendahuluan <br />
1. Latar Belakanng <br />
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya agar mencapai pribadi yang bermutu. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban tugas yang cukup berat diantaranya sebagai fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Indikator keberhasilan sekolah dalam mengemban tugasnya dapat dilihat dari pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik (Nurwati, 2004). <br />
Keberhasilan dari sebuah proses belajar di sekolah diukur dengan prestasi akademik yang dicapai siswa. Prestasi akademik siswa merupakan suatu istilah yang menunjukkan derajat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar setelah melakukan proses belajar dari suatu program yang telah ditentukan. Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang diajarkan (Suryabrata, 1998). Prestasi akademik pula yang menjadi tolak ukur dari tingkat pemahaman siswa terhadap materi tertentu yang telah diberikan setelah siswa mengalami proses belajar pada jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk nilai. <br />
Prestasi akademik yang telah dicapai oleh seorang siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor-faktor tersebut datangnya mungkin dari dalam diri ataupun dari luar diri individu. Dengan mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, maka akan mempermudah atau membantu siswa mencapai prestasi akademik yang memadai dan optimal. <br />
Dalam kegiatan belajar akan timbul berbagai masalah bagi siswa itu sendiri maupun bagi pengajar (guru). Misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar berhasil, bagaimana membuat rencana bagi siswa, menyesuaikan proses belajar, penilaian hasil belajar, kesulitan belajar dan sebagainya. Bagi siswa sendiri masalah-masalah belajar yang mungkin timbul adalah pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, mempersiapkan ujian dan sebagainya. Sehingga perlunya program bimbingan dan konseling untuk membantu siswa agar berhasil dan mencapai prestasi akademik yang diinginkan (Yusuf & Nurihsan, 2008). <br />
Menurut Prayitno & Amti (2004) pelayanan bimbingan dan konseling <br />
ditujukan dan berlaku kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswa yang memiliki bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, dan yang mengalami masalah belajar seperti angka-angka rapor yang merah, tidak naik kelas dan lain-lain. Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan sangat baik mengingat sekolah merupakan jenis layanan bimbingan dan konseling dalam segenap fungsinya. Para guru terlibat langsung dalam pengajaran yang dikehendaki mencapai taraf keberhasilan yang tinggi, memerlukan upaya penunjang bagi optimalisasi belajar siswa dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan. <br />
Menurut Prayitno & Amti (2004) keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 (tentang Pendidikan Menengah) menyebutkan bahwa (1) bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa, dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, (2) bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan untuk membentuk siswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang ada, dan (3) bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta karier dan masa depannya. <br />
Menurut Gunarsa (1982) tujuan dari layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah supaya siswa memperoleh (1) kemampuan berprestasi di sekolah, (2) sikap menghormati kepentingan dan harga diri orang lain, (3) cara mengatasi kesulitan dirinya, (4) pemahaman tentang kesulitan sekolah, (5) penyelesaian kesulitan dalam hal belajar (6) pengarahan dalam mengatasi masalah dalam hal prestasi akademik, dan (7) persiapan bidang kerja yang tepat untuk masa depannya. <br />
Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada siswa usia remaja (13-18 tahun) dan pernah atau sedang mengikuti bimbingan dan konseling di sekolah untuk meningkatkan prestasi akademik. Peneliti memilih objek penelitian ini karena banyak anggapan yang menyatakan bahwa guru pembimbing atau konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang tugasnya menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin dan keamanan sekolah. Berdasarkan pandangan di atas, wajar bila siswa beranggapan bila datang ke konselor itu berarti siswa mengalami ketidakberesan tertentu, siswa tidak dapat berdiri sendiri, siswa telah berbuat salah, dan predikat-predikat negatif lainnya. Padahal layanan bimbingan dan konseling bukanlah pengawas ataupun polisi sekolah yang selalu mencurigai. <br />
Berdasarkan uraian di atas, pendidikan di sekolah dewasa ini sarat permasalahan, dan tidak sedikit di antaranya menyangkut masalah-masalah yang berhubungan dengan akademik. Sedangkan siswa dituntut untuk terus meningkatkan prestasi akademiknya, di tengah kesibukan dan kepadatan tugas-tugas sekolah baik tugas-tugas akademik maupun kegiatan ekstrakurikuler yang di ikuti siswa, sehingga siswa perlu mengikuti layanan bimbingan dan konseling di sekolah untuk meningkatkan prestasi akademik. Dengan kondisi seperti itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui secara mendalam apakah bimbingan dan konseling itu sendiri dapat berperan dalam meningkatkan prestasi akademik siswa di sekolah. <br />
2. Pertanyaan Penelitian <br />
Bagaimana gambaran bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah, faktor-faktor apa yang menyebabkan bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah dapat meningkatkan prestasi akademik <br />
subjek, bagaimana proses bimbingan konseling untuk meningkatkan prestasi akademik subjek. <br />
3. Tujuan Penelitian <br />
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian bagaimana gambaran bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah, faktor-faktor apa yang menyebabkan bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah dapat meningkatkan prestasi akademik subjek, dan bagaimana proses bimbingan konseling untuk meningkatkan prestasi akademik subjek. <br />
4. Manfaat Penelitian <br />
1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti pada perkembangan ilmu psikologi, terutama pada psikologi pendidikan khususnya mengenai bimbingan konseling pada siswa di sekolah dan prestasi akademik. Bahwa bimbingan konseling yang diberikan di sekolah membantu mengatasi kesulitan siswa pada mata pelajaran tertentu, membantu siswa menghilangkan kebiasaan membolos, mengurangi kebiasaan malas belajar siswa sehingga siswa memiliki kebiasaan belajar yang positif dan efektif, memberikan masukan dalam memilih universitas dan jurusan yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan serta mengurangi rasa cemas siswa terhadap masa depan sehingga siswa dapat mencapai prestasi akademik yang optimal. Hal ini akan membawa pengaruh positif bagi siswa untuk dapat mengikuti bimbingan konseling di sekolah secara personal (inisiatif sendiri) ke ruang bimbingan konseling serta sebagai referensi atau acuan penelitian selanjutnya. <br />
2. Manfaat praktis, iharapkan dapat memberikan sumbangan berupa hasil kajian mengenai bimbingan konseling pada siswa di sekolah terkait dengan prestasi akademik siswa, serta dapat memberikan masukan bagi siswa untuk dapat terus meningkatkan prestasi akademiknya. Misalnya dengan mengikuti berbagai kegiatan kursus atau les tambahan di sekolah maupun di luar sekolah, memiliki kebiasaan belajar yang efektif, siswa dapat memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuan siswa dan siswa dapat mencapai karir yang diharapkan serta siswa di harapkan dapat membangun hubungan sosial dengan lingkungannya. Dalam hal ini dukungan dari pihak keluarga dan sekolah menjadi faktor pendukung dari keberhasilan siswa di sekolah. <br />
B. Tinjauan Pustaka <br />
1. Bimbingan Konseling <br />
a. Pengertian Bimbingan Konseling <br />
Proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari konselor kepada konseli (klien) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik untuk mengungkap masalah klien sehingga klien mampu melihat masalahnya sendiri, mampu menerima dirinya sendiri dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya. <br />
b. Tujuan Bimbingan Konseling <br />
Menurut Yusuf & Nurihsan (2008) tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut. <br />
1) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan. <br />
2) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat. <br />
3) Memliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan memepersiapkan diri menghadapi ujian. <br />
4) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan <br />
<br />
<br />
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. <br />
5) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian. <br />
<br />
c. Komponen-komponen Pelayanan Bimbingan Konseling <br />
Berdasarkan modul seminar dari tim dosen bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (2008). Adapun komponen-komponen pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut: <br />
1) Pelayanan Dasar <br />
Proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli (siswa) melalui kegiatan klasikal atau kelompok secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Tujuan dari pelayanan dasar yaitu memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, mampu mengembangkan keterampilan, mampu menangani masalahnya. Sedangkan fokus dari pelayanan dasar ini adalah motivasi berprestasi, keterampilan pengambilan keputusan, keterampilan pemecahan masalah, dan perilaku bertanggungjawab. Adapun bentuk-bentuk pelayanan dasar adalah bimbingan kelas, pelayanan orientasi, pelayanan informasi, bimbingan kelompok, dan pelayanan pengumpulan data. <br />
2) Pelayanan Responsif <br />
Pemberian bantuan kepada konseli (siswa) yang menghadapi kebutuhan atau masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Tujuan dari pelayanan responsif adalah membantu konseli (siswa) agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membuat konseli (siswa) yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dan sebagai upaya untuk menangani masalah-masalah pribadi konseli (siswa) adalah merasa cemas tentang masa depan, merasa rendah diri, membolos dari sekolah, malas belajar, kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif, prestasi belajar rendah, masalah keluarga dan lain-lain. Adapun bentuk-bentuk pelayanan responsif adalah konseling individual dan kelompok, rujukan, kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas, kolaborasi dengan orang tua, kolaborasi dengan pihak-pihak, konsultasi, bimbingan teman sebaya, kunjungan rumah, dan konferensi kasus. <br />
3) Pelayanan dan Perencanaan Individual <br />
Bantuan kepada konseli (siswa) agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan konseli (siswa), serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Tujuan dari pelayanan dan perencanaan individual adalah mampu merumuskan tujuan, perencanaan, pengelolaan terhadap perkembangan konseli (siswa), baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier, dan dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan dan rencana yang telah di tentukan. Fokus pengembangan pada aspek akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepamjang hayat. <br />
4) Dukungan Sistem <br />
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar <br />
penyelenggaraan pelayanan dasar, pelayanan responsif, dan pelayanan dan perencanaan individual. Sedangkan bagi pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan. Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling. <br />
2. Prestasi Akademik <br />
a. Pengertian Prestasi Akademik <br />
prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh berupa pengetahuan, keterampilan, nilai (values) dan sikap yang menetap sehingga mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar, sehingga dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauhmana siswa menguasai bahan pelajaran yang diajarkan dan dipelajarinya. Hasil yang diperoleh melalui proses belajar ini dinyatakan dengan nilai-nilai (scores), dimana dengan nilai-nilai tersebut dapat dilihat apakah prestasi akademik siswa tersebut tinggi atau rendah. <br />
b. Indikator Prestasi Akademik <br />
Menurut Syah (2003) pengungkapan hasil belajar ideal meliputi ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur. <br />
3. Bimbingan Konseling Pada Remaja dan Prestasi Akademik <br />
Di sekolah layanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan sangat baik mengingat sekolah merupakan jenis layanan bimbingan dan konseling dalam segenap fungsinya. Para guru terlibat langsung dalam pengajaran yang dikehendaki mencapai taraf keberhasilan yang tinggi, memerlukan upaya penunjang bagi optimalisasi belajar siswa dan mencapai hasil belajar yang diharapkan (Prayitno & Amti, 2004). Pengajaran di kelas-kelas ternyata tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan unsur yang perlu dipadukan ke dalam upaya pendidikan secara menyeluruh, baik di sekolah maupun di luar sekolah. <br />
Beragam kesulitan yang kerap dihadapi siswa sebagaimana diungkap oleh Winkel (1997) meliputi masalah akademik dan non akademik. Kesulitan yang mendasar dibidang akademik diantara ketegangan dalam bergaul dengan teman sebaya, kondisi keluarga yang kurang kondusif, rasa minder dan rendah diri, kurangnya fasilitas rumah dan makanan yang bergizi. Sedangkan kesulitan yang seringkali muncul dalam bidang akademik yaitu rendahnya motivasi belajar, tidak mengetahui cara belajar yang baik, peraturan sekolah yang terlalu bebas atau terlalu ketat, bahan pelajaran yang terlalu banyak, dan sulitnya mengatur waktu belajar yang baik. <br />
Pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan dan berlaku bagi semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal, siswa yang menimbulkan masalah, siswa yang berkemungkinan putus sekolah, siswa yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswa yang memiliki bakat istimewa, yang berprestasi rata-rata dan yang mengalami masalah belajar seperti angka-angka rapor yang merah, tidak naik kelas dan lain-lain. Keberhasilan dari sebuah proses belajar di sekolah diukur dengan prestasi akademik yang dicapai siswa yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Tujuan dari bimbingan dan konseling adalah bagaimanakonselor dapat meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif untuk meningkatkan prestasi akademik siswa, <br />
serta memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. <br />
C. Metode Penelitian <br />
1. Pendekatan Kualitatif <br />
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti bertujuan agar mendapatkan pemahaman yang mendalam dari masalah yang peneliti teliti dan memberikan gambaran melalui pengamatan yang dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan (treatment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan. <br />
2. Subjek Penelitian <br />
Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah remaja (usia 13 -18 tahun), seorang pelajar, dan pernah atau sedang mengikuti bimbingan dan konseling secara personal (datang atas inisiatif sendiri ke ruang BK) di sekolah untuk meningkatkan prestasi akademik. Sementara itu subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari satu orang subjek dengan 1 orang significant others. <br />
3. Tahap-tahap Persiapan <br />
a. Tahap Persiapan, peneliti membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi yang disusun berdasarkan beberapa teori yang relevan dengan masalah. Selanjutnya peneliti akan mencari calon subjek dengan karakteristik sebagaimana telah disebutkan dalam subjek penelitian. Setiap perkembangan dilaporkan dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. <br />
b. Tahap pelaksanaan, Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi dan wawancara secara terpisah. Setelah itu, peneliti memindahkan hasil rekaman berdasarkan wawancara dan hasil observasi ke dalam bentuk verbatim tertulis, kemudian peneliti melakukan analisis data dan interpretasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian teknik analisis data. Terakhir peneliti membuat diskusi dan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian. <br />
4. Teknik Pengumpulan Data <br />
Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang terbuka dan luwes, metode dan tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam, disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian, serta sifat objek yang diteliti. <br />
Dalam penelitian ini observasi yang dilaksanakan oleh peneliti adalah pengamatan tidak berperan serta atau non partisipan, karena peneliti tidak terlibat secara langsung dengan aktivitas subjek, peneliti hanya mengamati sesuai waktu yang telah ditentukan atau yang telah dibuat peneliti dengan kesepakatan subjek. Meskipun demikian, informasi atau data yang diperoleh tetap memenuhi kriteria atau standar yang diinginkan. Sedangkan pendekatan wawancara dengan pedoman umum, yaitu semacam pedoman yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, peneliti juga mengembangkan pedoman tersebut berdasarkan kondisi di lapangan. Hal ini dilakukan agar lebih efektif dalam menggali informasi yang diperlukan. <br />
5. Alat Bantu yang Digunakan dalam Penelitian <br />
Dalam penelitian, informasi atau data yang dibutuhkan bisa dalam bentuk verbal dan non verbal. Oleh sebab itu dalam melakukan observasi dan wawancara peneliti memerlukan beberapa alat bantu yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mempermudah proses jalannya suatu penelitian. Beberapa sarana atau instrumen yang digunakan adalah menggunakan media perekam suara, catatan atau tulisan tangan, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. <br />
<br />
6. Keakuratan Penelitian <br />
Untuk mencapai keakuratan dalam suatu penelitian dengan metode kualitatif, ada beberapa teknik yang digunakan dan salah satu teknik tersebut adalah triangulasi. Triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keakuratan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi dapat dibedakan menjadi emapat macam yaitu triangulasi data, pengamat, teori, dan metodologis. <br />
7. Teknik Analisa Data <br />
Data yang diperoleh akan di analisa dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Adapun tahapan tersebut adalah mengorganisasikan data, mengelompokkan data, analisis kasus, dan menguji asumsi. <br />
D. Hasil Dan Analisis <br />
1. Persiapan Penelitian <br />
Pertama kali yang dilakukan oleh peneliti sebelum proses pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu datang ke sekolah-sekolah untuk mencari informasi-informasi tentang subjek yang benar-benar pernah atau sedang mengikuti bimbingan dan konseling secara personal ke ruang bimbingan konseling. Setelah maksud dan tujuan telah di ketahui oleh calon subjek maka peneliti menjelaskan lebih rinci mengenai penelitian yang dilakukan peneliti agar subjek lebih mengerti dan merasa nyaman dengan peneliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Sebelum proses pengambilan data, peneliti mempersiapkan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan memepersiapkan alat-alat penelitian berupa tape recorder, kertas dan alat tulis. Hal ini dilakukan agar proses pengumpulan data dapat berjalan dengan baik dan lancar. <br />
2. Pelaksanaan Penelitian <br />
Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakuakn pada tanggal 17 Juli 2008 dan wawancara dengan subjek dilaksanakan di CFC Plaza Metropolitan Mall. Sedangkan kegiatan wawancara dengan significant other, yaitu guru BK sekaligus wali kelas subjek dilakukan pada tanggal 23 Juli 2008 dan dilakukan di sekolah subjek SMUN 1 Tambun Selatan, ini dikarenakan memudahkan peneliti menemui significant other subjek setelah significant other selesai mengajar. <br />
Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 Juli 2008 yang dilakukan di sekolah subjek (SMUN 1 Tambun Selatan) tepatnya di kelas subjek. <br />
3. Hasil Observasi dan Wawancara <br />
a. Gambaran Umum Subjek <br />
Subjek adalah seorang pria yang memiliki tinggi sekitar 170 cm, memiliki warna kulit sawo matang dan berambut hitam. Subjek adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Keluarga subjek tinggal di Bekasi. Keluarga subjek cukup harmonis akan tetapi subjek merasa ayah dan ibu subjek kurang perhatian terhadap subjek dikarenakan kedua orang tua subjek sibuk bekerja. <br />
Subjek adalah seorang pelajar kelas 3 SMA Negeri 1 Tambun Selatan. Subjek mulai mengikuti bimbingan dan konseling secara personal dari kelas 2 semester 2. Kedua orang tua subjek mengetahui dan mengizinkan subjek untuk mengikuti bimbingan dan konseling di sekolah. Alasan subjek mengikuti bimbingan konseling agar nilai subjek lebih baik dari sebelumnya. <br />
b. Pembahasan <br />
1) Bagaimana gambaran bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah <br />
a) Pelayanan dasar <br />
Pada kasus subjek mengenai pelayanan dasar bahwa pelayanan bimbingan dan <br />
konseling di sekolah subjek terjadwal dengan rutin setiap minggunya, satu minggu satu kali, selama satu jam. Guru BK subjek juga memanggil siswanya untuk mengetahui permasalahan siswa di bidang akademik. Guru BK subjek juga memotivasi subjek dalam belajar walaupun tidak secara terus-menerus, guru BK juga membantu dalam mengambil keputusan yang behubungan dengan akademik, ketika kedua orang tua subjek kurang perhatian kepada subjek guru BK memberikan masukan kepada kedua orang tua subjek agar lebih memperhatikan subjek dan dengan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan, dapat mempengaruhi prestasi akademik subjek di sekolah yang dapat dilihat dari beberapa nilai pelajaran dirapor subjek yang naik. <br />
Hal ini sesuai dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008), mengenai pelayanan dasar, bahwa pelayanan dasar atau pemberian bantuan kepada siswa melalui kegiatan klasikal secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang, fokus dari pada atau motivasi berprestasi, pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perilaku bertanggung jawab. <br />
b) Pelayanan responsif <br />
Pada kasus subjek mengenai pelayanan responsif bahwa guru BK subjek membantu subjek ketika subjek mengalami hambatan dalam belajar terutama mata pelajaran matematika sehingga subjek mendapatkan perhatian yang lebih dari guru matematika subjek tersebut. Ketika subjek merasa cemas dengan masa depan subjek, guru BK membantu dengan memberikan masukan kepada subjek bahwa subjek tidak boleh salah dalam memilih Universitas. Ketika subjek masih sering membolos guru BK membantu dengan cara menasehati. Guru BK juga membantu menghilangkan kebiasaan malas belajar subjek dengan memberikan tips-tips belajar yang efektif, mulai dari menghilangkan kebiasaan belajar yang positif. <br />
Hal ini sesuai dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008) mengenai pelayanan responsif, bahwa pelayanan responsif adalah pemberian bantuan pada siswa yang menghadapi masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Tujuan dari pelayanan responsif membantu siswa memecahkan masalah yang di hadapinya. <br />
c) Pelayanan dan perencanaan individual <br />
Pada kasus subjek mengenai pelayanan dan perencanaan individual bahwa ketika subjek mengalami kesulitan pada mata pelajaran matematika guru BK menyuruh untuk sering-sering latihan, guru BK menyarankan agar subjek memiliki les agar subjek tidak ketinggalan dengan teman-teman subjek dan untuk mencapai prestasi akademik yang lebih baik. Guru BK subjek kurang membantu dalam merencanakan atau merancang masa depan subjek tetapi guru BK membantu dalam memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuan subjek, guru BK juga membantu subjek dalam mencapai karir yang diharapkan. Guru BK membantu dalam memahami arti belajar, membantu subjek dalam melihat peluang atau kesempatan yang ada di lingkungan dan guru BK juga membantu membangun hubungan sosial subjek. <br />
Hal ini sesuai dengan dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008) mengenai pelayanan dan perencanaan individual atau bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan kelebihan dan kekurangan siswa. <br />
d) Dukungan sistem <br />
Pada kasus subjek mengenai dukungan sistem bahwa ketika subjek mengalami kesulitan pada mata pelajaran hitung-hitungan, guru BK subjek berkonsultasi dengan guru mata pelajaran tersebut. Guru <br />
<br />
BK subjek juga aktif dalam kegiatan seminar atau workshop tentang bimbingan dan konseling. <br />
Hal ini sesuai dengan dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008) mengenai dukungan sistem bahwa program ini memberikan dukungan kepada konselar untuk meningkatkan mutu bimbingan dan konseling. <br />
2)Faktor-faktor yang menyebabkan bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah dapat meningkatkan presatasi akademik subjek. <br />
a) Pelayanan dasar <br />
Pada kasus subjek mengenai pelayanan dasar bahwa guru BK membantu memotivasi subjek dalam belajar karena guru BK subjek menginginkan agar subjek belajar yang rajin, tidak malas lagi belajarnya karena subjek mau naik ke kelas 3. Dalam mengambil keputusan guru BK subjek juga membantu agar subjek dapat meningkatkan prestasi dan demi kebaikan subjek sehingga membuat subjek semangat dan dapat mencapai apa yang ingin subjek raih. <br />
Hal ini sesuai dengan dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008) mengenai pemberian bantuan dalam rangka mengembangkan perilaku jangka penjang yang diperlukan dalam pengembangan agar subjek memiliki pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya, mampu mengembangkan ketrampilan, dan mampu menangani masalah. <br />
b) Pelayanan responsif <br />
Pada kasus subjek mengenai pelayanan responsif bahwa ketika subjek mengalami kesulitan dalam bidang akademik, subjek berkonsultasi dengan guru BK subjek dan guru BK subjek membantu agar subjek bisa mengikuti dan tidak ketinggalan dengan teman-teman subjek. Guru BK membantu agar subjek tidak salah langkah dalam bertindak. Guru BK subjek juga membantu mengurangi kegagalan akademik terutama mata pelajaran matematika karena menurut guru BK subjek matematika adalah pusatnya ilmu. Ketika subjek masih sering membolos guru BK membantu menghilangkan kebiasaan membolos agar subjek dapat mengikuti jalur PMDK, guru BK juga membantu subjek memiliki kebiasaann belajar yang positif agar subjek lebih disiplin dalam belajar. <br />
Hal ini sesuai dengan dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008) pemberian bantuan pada siswa yang memerlukan pertolongan segera. Membantu siswa agar dapat memecahkan masalah yang dialaminya sebagai upaya untuk menangani masalah-masalah pribadi siswa. <br />
c)Pelayanan dan perencanaan individual <br />
Pada kasus subjek mengenai pelayanan dan perencanaan individual bahwa guru BK mengarahkan subjek agar subjek mencapai prestasi yang lebih baik dan tidak ada nilai yang di bawah rata-rata. Dalam memilih kursus guru BK subjek membantu agar subjek tidak salah dalam memilih kursus. Guru BK juga selalu memberikan setiap kesempatan yang ada di sekolah karena guru BK menginginkan subjek menjadi lebih baik dan guru BK membantu dalam memahami arti belajar agar subjek lebih disiplin dan mandiri tidak tergantung dengan orang lain. Akan tetapi guru BK kurang membantu dalam merencanakan masa depan subjek meski demikian guru BK memberikan masukan yang sesuai dengan kemampuan subjek. <br />
Hal ini sesuai dengan dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008) pemberian bantuan pada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan sehingga mampu merumuskan tujuan, perencanaan, pengelolaan terhadap perkembangan siswa. <br />
d) Dukungan sistem <br />
Pada kasus subjek mengenai dukungan sistem bahwa ketika subjek mengalami kesulitan pada mata pelajaran tertentu guru BK subjek berkonsultasi dengan guru mata pelajaran tertentu agar ketika subjek naik kelas nanti tidak ada masalah dengan guru pelajaran tertentu. Guru BK subjek juga selalu mengikuti seminar atau workshop tentang bimbingan dan konseling untuk menambah pengalaman tentang onseling. <br />
Hal ini sesuai dengan dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008) mengenai dukungan sistem bahwa program ini memberikan dukungan kepada konselar untuk meningkatkan mutu bimbingan dan konseling. <br />
3) Bagaimana proses bimbingan konseling untuk meningkatkan prestasi akademik subjek <br />
a) Pelayanan dasar <br />
Pada kasus subjek mengenai pelayanan dasar bahwa subjek mengikuti bimbingan dan konseling secara personal dari kelas 2 semester 2, di karenakan subjek masuk kelas internasional menyebabkan subjek ketinggalan dengan teman-teman subjek sehingga nilai rapor semester 1 subjek jelek. Subjek juga pernah mengalami penurunan prestasi akademik pada kelas 2 semester 1, dikarenakan kurangnya support atau dukungan dari orang tua subjek. Oleh karena itu guru BK menyuruh subjek datang teratur ke ruang BK agar guru BK subjek dapat memantau sejauhmanan perkembangan akademik subjek. Guru BK juga selalu memotivasi subjek dalam belajar, karena guru BK menginginkan agar subjek selalu belajar, tekun dalam mengerjakan PR. Dan ketika kedua orang tua subjek kurang perhatian terhadap sekolah subjek, guru BK membantu subjek dengan memberikan masukan kepada orang tua subjek agar lebih memperhatikan subjek. Dengan layanan bimbingan konseling yang di berikan, dapat mempengaruhi prestasi akademik subjek di sekolah yang dapat di lihat dari beberapa nilai pelajaran di rapor subjek yang naik seperti, agama pada semester 1 nilainya 90 sedangkan pada semester 2 naik menjadi 97, pendidikan kewarganegaraan dari 70 naik menjadi 75, bahasa inggris dari 70 menjadi 75, matematika dari 64 menjadi 70, fisika dari 81 manjadi 85, biologi dari 68 menjadi 72, seni budaya dari 82 menjadi 83, pendidikan jasmani dari 78 menjadi 79 dan teknologi informasi dan komunikasi dari 80 menjadi 86. Sedangkan untuk mata palajaran yang mengalami penurunan yaitu bahasa indonesia dari 80 menjadi 76, kimia dari 75 menjadi 68, bahasa jepang dari 79 menjadi 75. Untuk mata pelajaran yang tidak mengalami penurunan maupun kenaikan yaitu sejarah 76 dan lingkungan hidup 73. <br />
Hal ini sesuai dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008), mengenai pelayanan dasar, bahwa pelayanan dasar adalah proses pemberian bantuan kepada siswa melalui kegiatan klasikal secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang, yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam mmenjalani kehidupannya. Fokus dari pada atau motivasi berprestasi, pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perilaku bertanggung jawab. <br />
b) Pelayanan responsif <br />
Pada kasus subjek mengenai pelayanan responsif bahwa ketika subjek mengalami kesulitan dalam bidang akademik terutama mata pelajaran matematika kadang subjek berkonsultasi dengan guru BK subjek membantu dengan memberikan solusi kepada subjek agar subjek tidak takut lagi dengan pelajaran matematika sehingga subjek tidak ketinggalan dengan teman-teman subjek. Ketika subjek masih sering membolos dan mempunyai kebiasaan malas belajar, guru BK membantu subjek dengan cara menasehati dan menakut-nakuti subjek <br />
tidak akan naik kelas dan tidak bisa mengikuti jalur PMDK, sehingga guru BK meminta orang tua subjek untuk mengawasi dan memantau belajar subjek. Guru BK juga membantu subjek untuk memiliki kebiasaan belajar yang positif, dengan cara memberikan tips-tips cara belajar yang efektif dengan menyuruh subjek mengikuti les dan banyak belajar di rumah, mulai dari membagi waktu antara sekolah dengan main. Ketika subjek merasa cemas dengan masa depan subjek, guru BK membantu dengan memberikan masukan dalam memilih universitas dan jurusan yang sesuai denga bakat, minat dan kemampuan subjek agar subjek tidak salah langkah dalam menentukan masa depan subjek. <br />
Hal ini sesuai dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008) mengenai pelayanan responsif, bahwa pelayanan Responsif adalah pemberian bantuan pada siswa yang menghadapi masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Tujuan dari pelayanan responsif membantu siswa memecahkan masalah yang di hadapinya, sebbagai upaya untuk menangani masalah pribadi siswa. <br />
c)Pelayanan dan perencanaan individual <br />
Pada kasus subjek mengenai pelayanan dan perencanaan individual bahwa untuk mencapai prestasi akademik yang lebih baik guru BK membantu mengarahkan subjek denga cara terus mendorong dan menyemangati subjek, guru BK juga membantu dengan menyarankan agar subjek mengikuti les, selain itu guru BK juga membantu memilihkan les yang sesuai dengan subjek. Guru BK juga membantu dalam memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuan subjek. Akan tetapi guru BK kurang membantu dalam merencanakan masa depan subjek, guru BK hanya memberikan masukan sesuai dengan kemampuan subjek, dalam memahami arti belajar guru BK membantu agar subjek lebih disiplin, bisa mandiri, tidak tergantung dengan orang lain, belajar untuk diri sendiri dan untuk masa depan subjek, agar subjek dapat mencapai karir yang diharapkan. Dalam membangun hubungan sosial, guru BK juga membantu dengan cara memberikan pengarahan sehingga dapat tercipta keharmonisan di sekolah, guru BK juga selalu memberikan kesempatan yang ada di sekolah agar setiap kesempatan yang ada dapat selalu subjek ikuti. <br />
Hal ini sesuai dengan dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008) mengenai pelayanan dan perencanaan individual atau bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan kelebihan dan kekurangan siswa. Serta pemahaman akan adanya peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungan. Sehingga fokus pengembangan pada aspek akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakuakn pemilihan pendidikan lanjutan atau jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami niali belajar. <br />
d) Dukungan sistem <br />
Pada kasus subjek mengenai dukungan sistem bahwa ketika subjek mengalami kesulitan guru BK subjek selalu berkonsultasi dengan guru mata pelajaran tertentu bahkan kadang guru matematikanya sendiri yang datang ke guru BK subjek memberikan informasi tentang perkembangan subjek. <br />
Hal ini sesuai dengan dengan naskah seminar bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ (2008) mengenai dukungan sistem bahwa program ini memberikan dukungan kepada konselar untuk meningkatkan mutu bimbingan dan konseling <br />
E. Penutup <br />
1. Simpulan <br />
a. Gambaran bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah <br />
Pelayanan bimbingan konseling di kelas subjek terjadwal dengan rutin setiap minggunya, satu minggu satu kali, selama satu jam. Beberapa tahun yang lalu pelayanan bimbingan konseling tidak masuk kelas hanya berdasarkan guru BK yang keliling dan guru yang melapor, akan tetapi sekarang guru BK subjek mendapatkan kewajiban untuk memanggil siswa, untuk mengetahui permasalahan siswa di bidang akademik, pemecahan masalah baik siswa yang bermasalah maupun siswa yang tidak bermasalah. Menurut guru BK subjek masalah yang sifatnya pribadi dilakukan di ruangan sedangkan yang sifatnya klasikal di lakukan di kelas. Guru BK subjek juga memotivasi subjek dalam belajar walaupun tidak secara terus-menerus, guru BK juga membantu dalam mengambil keputusan yang behubungan dengan akademik, ketika kedua orang tua subjek kurang perhatian kepada subjek guru BK memberikan masukan kepada kedua orang tua subjek agar lebih memperhatikan subjek dan dengan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan, dapat mempengaruhi prestasi akademik subjek di sekolah yang dapat dilihat dari beberapa nilai pelajaran dirapor subjek yang naik. Guru BK subjek juga membantu subjek ketika subjek mengalami hambatan dalam belajar terutama mata pelajaran matematika. Ketika subjek merasa cemas dengan masa depan subjek, guru BK membantu dengan memberikan masukan kepada subjek bahwa subjek tidak boleh salah dalam memilih Universitas. Ketika subjek masih sering membolos guru BK membantu dengan cara menasehati. Guru BK juga membantu menghilangkan kebiasaan malas belajar subjek dengan memberikan tips-tips belajar yang efektif, mulai dari menghilangkan kebiasaan belajar yang positif. Meski demikian guru BK kurang membantu dalam merencanakan atau merancang masa depan subjek tetapi guru BK membantu dalam memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuan subjek. <br />
b. Faktor-faktor yang menyebabkan bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah dapat meningkatkan presatasi akademik subjek. <br />
Guru BK membantu memotivasi subjek dalam belajar sehingga subjek belajar yang rajin, tidak malas lagi belajarnya karena subjek mau naik ke kelas 3. Dalam mengambil keputusan guru BK subjek juga membantu agar subjek dapat meningkatkan prestasi dan demi kebaikan subjek sehingga membuat subjek semangat dan dapat mencapai apa yang ingin subjek raih. Guru BK subjek juga membantu mengurangi kegagalan akademik terutama mata pelajaran matematika karena menurut guru BK subjek matematika adalah pusatnya ilmu. Ketika subjek masih sering membolos guru BK membantu menghilangkan kebiasaan membolos sehingga subjek dapat mengikuti jalur PMDK, guru BK juga membantu subjek memiliki kebiasaann belajar yang positif sehingga subjek lebih disiplin dalam belajar. Dalam membangun hubungan sosial, guru BK juga membantu dengan cara memberikan pengarahan sehingga dapat tercipta keharmonisan di sekolah, guru BK juga selalu memberikan kesempatan yang ada di sekolah agar setiap kesempatan yang ada dapat selalu subjek ikuti. <br />
c. Bimbingan konseling untuk meningkatkan prestasi akademik subjek <br />
Subjek mengikuti bimbingan konseling secara personal dari kelas 2 semester 2, di karenakan subjek masuk kelas internasional menyebabkan subjek ketinggalan dengan teman-teman subjek sehingga nilai rapor semester 1 subjek jelek. Subjek juga pernah mengalami penurunan prestasi akademik <br />
pada kelas 2 semester 1, dikarenakan kurangnya support atau dukungan dari orang tua subjek. Oleh karena itu guru BK menyuruh subjek datang teratur ke ruang BK agar guru BK subjek dapat memantau sejauhmanan perkembangan akademik subjek. Guru BK juga selalu memotivasi subjek dalam belajar, karena guru BK menginginkan agar subjek selalu belajar, tekun dalam mengerjakan PR. Dan ketika kedua orang tua subjek kurang perhatian terhadap sekolah subjek, guru BK membantu subjek dengan memberikan masukan kepada orang tua subjek agar lebih memperhatikan subjek. Guru BK juga membantu subjek untuk memiliki kebiasaan belajar yang positif, dengan cara memberikan tips-tips cara belajar yang efektif dengan menyuruh subjek mengikuti les dan banyak belajar di rumah, mulai dari membagi waktu antara sekolah dengan main. Ketika subjek merasa cemas dengan masa depan subjek, guru BK membantu dengan memberikan masukan dalam memilih universitas dan jurusan yang sesuai denga bakat, minat dan kemampuan subjek agar subjek tidak salah langkah dalam menentukan masa depan subjek. <br />
Untuk mencapai prestasi akademik yang lebih baik guru BK membantu mengarahkan subjek denga cara terus mendorong dan menyemangati subjek, guru BK juga membantu dengan menyarankan agar subjek mengikuti les, selain itu guru BK juga membantu memilihkan les yang sesuai dengan subjek. Dengan layanan bimbingan konseling yang di berikan, dapat mempengaruhi prestasi akademik subjek di sekolah yang dapat di lihat dari beberapa nilai pelajaran di rapor subjek yang naik. <br />
2. Saran <br />
a. Untuk subjek <br />
Bagi subjek diharapkan setelah subjek mengikuti bimbingan dan konseling di sekolah secara personal, subjek dapat meninggalkan kebiasaan-kebiasaan negatif subjek seperti membolos, malas belajar, tidak memiliki kebiasaan belajar yang baik, dan lain-lain. Dengan subjek mengikuti bimbingan dan konseling diharapkan subjek dapat memecahkan masalah subjek sendiri, mampu mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya, mampu merencanakan masa depan dengan mengambil jurusan yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan subjek sehingga subjek dapat mencapai karir yang di harapkan. <br />
Sedangkan bagi siswa-siswa yang lainya diharapkan tidak hanya mengikuti bimbingan konseling di kelas yang sudah terjadwal secara rutin di sekolah melainkan dapat mengikut sertakan bimbingan konseling secara personal ke ruang BK. <br />
b. Untuk keluarga subjek <br />
Kepada kedua orang tua subjek diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap subjek, dengan terus memantau perkembangan sekolah subjek dan lebih banyak meluangkan waktunya untuk subjek di rumah. <br />
c. Untuk sekolah <br />
Hendaknya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat ditingkatkan fungsinya sebagaimana mestinya yaitu membantu siswa dalam mengatasi masalah yang di hadapi siswa terkait dengan akademik subjek dan masalah yang sedang di hadapi siswa. Sedangkan pihak sekolah seperti kepala sekolah dan guru BK itu sendiri diharapkan mampu menghilangkan anggapan ataupun imej yang menyatakan bahwa guru pembimbing atau konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang tugasnya menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin dan keamanan sekolah, sehingga siswa-siswa yang lain di harapkan dapat mengikuti bimbingan dan konseling secara personal ke ruang BK. <br />
d. Untuk penelitian selanjutnya <br />
Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang bimbingan konseling pada remaja dan prestasi akademik, di harapkan agar dapat mengungkap aspek-aspek lain tentang <br />
bimbingan konseling dan agar mencari subjek penelitian lebih banyak dari penelitian ini. Dalam melakukan observasi pada penelitian disarankan agar dilakukan lebih dari satu hari sehingga hasil yang di dapat akan memperkaya hasil penelitian. <br />
DAFTAR PUSTAKA <br />
Arikunto. (1996). Psikologi pendidikan. Cetakan ketiga. Bandung: FIP-IKIP <br />
Azwar, S. (2005). Tes Prestasi : Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. <br />
Chalpin, J.P. (2004). Kamus lengkap psikologi. Edisi Revisi. Alih Bahasa : Kartono, K. Jakarta: PT. Raja Grafindo Utama. <br />
Djamarah, S. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta. <br />
Gunarsa, S. (1982). Psikologi untuk membimbing. Jakarta: PT-BPK Gunung Mulia. <br />
Gunarsa, S. (1992). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. <br />
Gunarsa, S. (1995). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. <br />
Gunawan, Y. (2001). Pengantar bimbingan dan konseling. Jakarta: PT. Prenhallindo. <br />
Heru Basuki, A.M. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Penerbit Gunadarma. <br />
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan suatu rentang kehidupan. Terjemah : Istiwidayanti . Jakarta: Erlangga. <br />
Manajemen bimbingan dan konseling. (2008). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. <br />
Mappiare, A (2002). Pengantar konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. <br />
Moleong, L. J. (2004). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. <br />
Monks, F. J. dkk. (1992). Psikologi perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Universitas Gajahmada Press. <br />
Mukhtar, A., N. & Sulistyaningsih, E. (2003). Konsep diri remaja : Menuju pribadi mandiri. Jakarta: PT. Rakasta Samasta. <br />
Munandar, V. S. C. (1987). Mengembangkan bakat & kreatifitas. Jakarta: PT. Gramedia. <br />
Nurwati, E. (2004). Pengaruh kendali diri dalam penyesuaian sosial di sekolah terhadap prestasi belakar siswa. Skripsi (Tidak diterbitkan). Bandung: PPB FIB UPI <br />
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif untuk penelitian prilaku manusia. Depok: Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan penelitian Universitas Indonesia. <br />
Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Universitas Indonesia. <br />
Prayitno & Amti, E. (2004). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: Rineka Cipta. <br />
Soemanto. (1988). Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. <br />
Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung: Rosdakarya. <br />
Surya, M. (1982). Psikologi pendidikan. Cetakan ketiga. Bandung: FIP-IKIP. <br />
Suryabrata, S. (1998). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada <br />
Syah, M. (2003). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. <br />
Tohirin. (2000). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi). Jakarta: PT. Raja grafindo Persada. <br />
Walgito, B. (2005). Bimbingan dan konseling (studi dan karir). Yogyakarta: C.V. Andi Offset. <br />
Willis, S. (2004). Konseling individual teori dan praktek. Bandung: Alfabeta. <br />
Winkel, W. S. (1997). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. <br />
Yusuf, S & Nurihsan, J. (2008). Landasan bimbingan dan konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. <br />
<br />
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-55783942129342080752012-10-19T18:52:00.001+07:002012-10-19T18:52:15.225+07:00contoh klien dan konselor <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>Masalah : krisis nilai (anak didik yang taat beragama, pindah sekolah favorit di kota besar ).<br />
Pada sebuah SMA seorang guru pembimbing (laki- laki) sedang sibuk dengan adsministrasinya, tiba- tiba pintu diketuk oleh seorang siswi.<br />
Klien : `assalamu’alaikum, permisi pak<br />
Konselor : `wa’alaikumsalam, mari Nak silakan duduk.<br />
Konselor :` wah, bapak senang sekali berjumpa denganmu.tampaknya ada sesuatu yang penting , sehingga Anda menemui bapak<br />
Klien :` ya, pak.<br />
Konselor :` tampaknya wajahmu terlihat begitu “ mendung” seperti aada yang terganggu ``dalam perasaanmu.<br />
Klien : ya, pak.<br />
Konselor : kalau begitu, bapak ingin mendengarkan sejauh mana perasaan yang mengganggu `pikiranmu mungkin bisa kita bicarakan bersama?.<br />
Klien :begini, pak. Saya mengalami beberapa kesulitan dan rasa kecewa menghadapi lingkungan baru di sekolah baruy di sisni. Terutama menghadapi lingkungan pergaulan teman- teman yang bebas tanpa menghiraukan norma- norma agama . hal ini membuat saya tertekan.<br />
Konselor : lalu, bagaimana?.<br />
Klien : saya kecewa karena mereka memandang diri saya sebagai orang sok alim dllnya<br />
Konselor : o begitu. Setelah kecewa apa yang anada lakukan ?<br />
Klien : saya lebih banyak diam , dan menghindari mereka.<br />
Konselr : apakah kamu merasa senang, dengan cara seperti itu?<br />
Klien : tidak juga, namun saya berpikir terus.<br />
Konselor : mungkin yang ada dalam pikiranmu adalah bahwa situasi sekolah ini harus sama dengan sekolahmu yang dulu di daerah yang srsat dengan nilai-nlia religious, apakah demikian?.<br />
Klien : ya, pak.<br />
Konselor : kalau begitu apakah masalahmu adalah tentang bagaimana cara menyesuaikan diri di sekolah ini? <br />
Klien : ya, pak.<br />
Konselor : bagus, anda telah memahami masalh anda, yaitu bagaimana menyesuaikan diri di sekolah yang baru.<br />
Klien : ya, pak. Mungkin situasi tak daoat saya ubah .namun saya tidak mungkin mengikuti cara- cara pergaulan merekaa.<br />
Konselor : anda bertujuan menuntut ilmu disekolah ini, namun anda mengalami perasaan tertekan.?!<br />
Klien : ya, pak tujuan utama saya ingi belajar di sekolah ini .saya telah berjanji dengan orang tua saya untuk giat belaja agar saya masuk fakultas psikolgi UGM<br />
Konselor : bagus sekali tekadmu itu.saya mendukungnya.lalu apakah anda punyacara untuk mengatasi malah penyesusian diri terhadap teman- temanbaru?<br />
Klien : saya akan mencoba berpikir untuk menyesuaikan diri tanpa saya kehilangan prinsip. Walaupun hal itu agak sulit.<br />
Konselor : apakah kamu bisa berdiskusi denagan seorang teman akrap untuk memecah kan masalh itu bersama?<br />
Klien : mungkin ada . tapi saya belum begitu pasti.<br />
Konselor : baiklah .apa rencanamu sementara sebagai pegangan untuk tindakan selanjutnya?<br />
Klien : pertama, sayakan temui teman teman dekat saya untuk meminta pendapatnya.kedua, saya akan berbicara dengan oran tua saya mengenai hal itu.<br />
Setelah itu saya akan menghubungi bapak kembali.<br />
Konselor : bagus. Sebelum kita tutup pembicaraan ini, bagaimana perasaanmu setelah kita berdiskusi dan kesimpulanmu Anda?<br />
Klien : saya merasa legasekali, pak. Kecemasan saya mulai menurun, dan saya sudah tahu langkah- langkah yang saya akan lakukan.<br />
Konselor : apakah masih ada hal yang akan Anda sampaikan ?<br />
Klien : saya kira cukup, pak.<br />
Konselor : Bagaimana kalau kita tutup pembicaraan ini, dan saya ucapkan semoga sukses atas keberhasilan Anda mengatasi hal ini.<br />
Klien : terima kasih, pak.<br />
<br />
Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-81018580389206955102012-10-19T18:51:00.000+07:002012-10-19T18:51:06.593+07:00Bimbingan merupakan terjemahan engertian Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). <br />
Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding : “ showing a way” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat). <br />
Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, dimana pada saat ini klien lah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya.<br />
<br />
Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli :<br />
• Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.<br />
• Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefiniskan bimbingan sebagai : the process of helping the individual to understand himself and his world so that he can utilize his potentialities.( proses membantu individu untuk memahami dirinya dan dunia sehingga dia bisa memanfaatkan potensi itu).<br />
• United States Office of Education (Arifin, 2003) memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.<br />
• Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004) mengemukakan : “guidance is the help given by one person to another in making choice and adjusment and in solving problem.<br />
• I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.<br />
• Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.<br />
• Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.<br />
• Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam memberikan pengertian bimbingan, kendati demikian kita dapat melihat adanya benang merah, bahwa : <br />
• Bimbingan merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik.. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis.<br />
• Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.<br />
Dari pendapat Prayitno, dkk. yang memberikan pengertian bimbingan disatukan dengan konseling merupakan pengertian formal dan menggambarkan penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang saat ini diterapkan dalam sistem pendidikan nasional. Keberadaan layanan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan di Indonesia dijalani melalui proses yang panjang, sejak kurang lebih 40 tahun yang lalu. Selama perjalanannya telah mengalami beberapa kali pergantian istilah, semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (dalam Kurikulum 84 dan sebelumnya), kemudian pada Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling. Akhir-akhir ini para ahli mulai meluncurkan sebutan Profesi Konseling, meski secara formal istilah ini belum digunakan.<br />
<br />
Untuk kepentingan penulisan ini, penulis akan menggunakan istilah Bimbingan dan Konseling sesuai dengan istilah formal yang saat ini dipergunakan dalam sistem pendidikan nasional. Semoga seklumit pengertian bimbingan diatas membantu untuk anda untuk lebih mengerti.<br />
Defenisi belajar:berubah tingkah laku atau tanggapan yg disebabkan oleh pengalaman<br />
<br />
Pengertian Konseling <br />
bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” . Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti”menyerahkan” atau “menyampaikan. ”.…interaksi yang(a)terjadi antara dua Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya “dengan” atau orang individu ,masing-masing disebut konselor dan klien ;(b)terjadi dalam suasana yang profesional (c)dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien. (Pepinsky 7 Pepinsky ,dalan Shertzer & Stone,1974). …suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interprestasi-interprestasi tetang fakta-fakta yang berhubungan dengn pilihan,rencana,atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.<br />
(Smith,dalam Shertzer & Stone,1974)<br />
Konseling merupakan suatu proses untuk memebantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu. (Division of Conseling Psychologi)<br />
…suatu pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kapadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinyasendiri dan lingkungan. (Mc. Daniel,1956)<br />
Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,motivasi,dan potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketige hal tersebut. (Berdnard & Fullmer ,1969)<br />
Hal-hal pokok yang terdapat pada pengertian Konseling menurut ahli yang tersebut diatas adalah:<br />
Rumusan (Pepinsky & Pepinsky,dalam Shertzer & Stone,1974)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Media Pembelajaran<br />
Seputar pendidikan, pembelajaran, sosial, hukum, konseling, politik, budidaya pertanian, Biologi, Kimia, Kesehatan, ilmiah, Media Tempat Belajar, Model-model Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran, Hiburan dan Lain-lain.Ho<br />
Definisi Bimbingan Dan Konseling <br />
<br />
<br />
1).Definisi Bimbingan Menurut Chiskolm<br />
Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri (Chiskolm,1959).<br />
<br />
2). Definisi Bimbingan Menurut Bernard & Fullmer<br />
Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu (Bernard & Fullmer ,1969).<br />
<br />
3). Definisi Bimbingan Menurut Miller <br />
Bimbingan Merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.<br />
<br />
4). Definisi Bimbingan Menurut Djumhur dan Moh. Surya<br />
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.<br />
<br />
5). Definisi Bimbingan Menurut Frank Parson <br />
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson ,1951).<br />
<br />
<br />
B. Definisi Konseling Menurut Para Ahli<br />
<br />
1). Definisi Konseling Menurut Cavanagh, <br />
Konseling merupakan Hubungan antara seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang mencari pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang diciptakan olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain dengan terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh.<br />
<br />
2). Definisi Konseling Menurut Saefudin dan Abdul Bari<br />
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul Bari : 2002).<br />
<br />
3). Definisi Konseling Menurut Rogers<br />
Konseling adalah serangkaian kontak atau hubungan bantuan langsung dengan individu dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.<br />
<br />
4).Definisi Konseling Menurut James F. Adam<br />
Konseling merupakan suatu pertalian timbal balik antara 2 orang individu dimana yang seorang (counselor) membantu yang lain (conselee) supaya ia dapat memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan waktu yang akan datang.<br />
<br />
5).Definisi Konseling Menurut Mortensen<br />
Konseling didefinisikan sebagai suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang dimana yang seorang dibantu oleh yang lainya untuk menemukan masalahnya.<br />
<br />
<br />
Kesimpulan:<br />
<br />
Dari Beberapa definisi tentang bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh para ahli, dapat ditarik kesimpulan tentang apa itu definisi Bimbingan Konseling secara penuh:<br />
<br />
Bimbingan Konseling merupakan Suatu bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang bermasalah baik masalah psikologis, social, dan lain-lain dengan harapan dapat memecahkan masalahnya, memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya.<br />
<br />
Referensi:<br />
<br />
Depdiknas. 2002. Paduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi SMP, Madrasah, Tsanawiyah dan Sederajat. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.<br />
<br />
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah DiRektorat Pendidikan Umun.1994. Kurikulum SLTP: Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud.<br />
<br />
Jones, J.J. 1987. Secondary School Administration. New York: Mc Graw Hill BookCompany.<br />
<br />
Mulyadi, Agus. 2003. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.<br />
<br />
Prayitno. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Buku II Pelayanan Bimbingan dan Konseling (SLTP). Jakarta: kerjasama koperasi karyawan pusgrafin dengan penerbit Penebar Aksara.<br />
<br />
Syamsudddin, Abin. 2003. Panduan Studi Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.<br />
<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-46137099124510728382012-10-19T18:45:00.003+07:002012-10-19T18:45:38.141+07:00 Manajemen Sumber Daya ManusiaDalam perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia, kegiatan Penilaian Kinerja merupakan salah satu rangkaian dari Siklus Manajemen Kinerja. Kegiatan penilaiaan kinerja pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan jaminan bahwa setiap pegawai/karyawan dapat bekerja secara efektif, efisien dan produktif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Selain itu, melalui kegiatan penilaian kinerja diharapkan dapat diketahui keunggulan dan kelemahan dari pegawai/karyawan yang bersangkutan untuk dijadikan sebagai dasar perencanaan pengembangan kinerja berikutnya.<br />
<br />
Penilaian Kinerja dalam konteks persekolahan kita, — dengan tidak bermaksud mengesampingkan peran penting tenaga pendidik dan kependidikan lainnya-, setidaknya terdapat tiga unsur penting yang perlu dinilai kinerjanya, yaitu: Guru (Guru Mata Pelajaran/Guru BK/Konselor), Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.<br />
<br />
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas pokok merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, yang ditopang oleh kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru, sebagaimana diisyaratkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru mencakup: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Sebagai desainer masa depan anak, kepadanya terletak tanggung jawab untuk memberdayakan dan membudayakan seluruh peserta didiknya.<br />
<br />
Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk mengelola dan memimpin keseluruhan proses dan substansi manajemen pendidikan di sekolah, dengan ditopang sejumlah kompetensi yang seharusnya dimiliki seorang kepala sekolah sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Kepala Sekolah, mencakup: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi manajerial, (3) kompetensi kewirausahaan, (4) kompetensi supervisi, dan (5) kompetensi sosial. Sebagai leader dan manejer pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab secara keseluruhan atas maju-mundurnya proses pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.<br />
<br />
Pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang bertugas melakukan penilaian dan pembinaan, baik dalam bentuk supervisi akademik maupun supervisi manajerial, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan profesional guru, dengan ditopang oleh sejumlah kompetensi yang harus dikuasainya sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Pengawas Sekolah, mencakup: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi supervisi manajerial, (3) kompetensi supervisi akademik, (4) kompetensi evaluasi, pendidikan, (5) kompetensi penelitian pengembangan, dan (6) kompetensi sosial. Pengawas sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan penjaminan mutu dan memberdayakan kepala sekolah dan guru yang menjadi binaannya.<br />
<br />
Untuk menjamin bahwa para guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah dapat bekerja secara efektif dan efisien, pemerintah saat ini telah meluncurkan kebijakan Penilaian Kinerja untuk ketiga unsur pelaksana pendidikan di atas dan inti dari kebijakan penilaian kinerja ini adalah peningkatan mutu pendidikan.<br />
<br />
Penilaian Kinerja bagi guru dikenal dengan sebutan Penilaian Kinerja Guru (PKG), sedangkan untuk kepala sekolah disebut dengan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS), dan untuk Pengawas Sekolah disebut Penilaian Kinerja Pengawas Sekolah (PKPS).<br />
<br />
Guna mendalami lebih jauh kebijakan pemerintah yang sangat strategis ini, para pengawas sekolah di Kabupaten Kuningan yang tergabung dalam Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) Kabupaten Kuningan telah melaksanakan kegiatan pelatihan tentang PKG. PKKS, dan PKPS, dalam bentuk in service dan on service, pada tanggal 8-11 Oktober 2012, bertempat di Gedung PGRI <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-29618683472482424242012-04-21T21:35:00.001+07:002012-04-21T21:35:45.687+07:00Ha-Na-Ca-Ra-Ka<br />
Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada “utusan” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia (sebagai ciptaan).<br />
<br />
Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data (saatnya dipanggil) ” tidak boleh sawala ” (mengelak) manusia dengan segala atributnya harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.<br />
<br />
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup (Khalik) dengan yang diberi hidup (makhluk). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok, tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan.<br />
Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan,sekedar menang atau menang tidak sportif.<br />
<br />
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.<br />
<br />
MAKNA HURUF<br />
Ha :Hana hurip wening suci= Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci.<br />
Na :Nur candra, gaib candra, warsitaning candara= Pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi.<br />
Ca :Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi= Arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal<br />
Ra :Rasaingsun handulusih = Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani<br />
Ka :Karsaningsun memayuhayuning bawana = Hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam<br />
Da :D umadining dzat kang tanpa winangenan = Menerima hidup apa adanya<br />
Ta :Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa = Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup<br />
Sa :Sifat ingsun handulu sifatullah= Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan<br />
Wa :Wujud hana tan kena kinira = Ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas<br />
La :Lir handaya paseban jati = Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi<br />
Pa :P apan kang tanpa kiblat = Hakekat Allah yang ada disegala arah<br />
Dha :D huwur wekasane endek wiwitane = Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar<br />
Ja :Jumbuhing kawula lan Gusti = Selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak- Nya<br />
Ya :Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi = Percaya dan Yakin atas titah / kodrat Illahi<br />
Nya :Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki = Memahami kodrat kehidupan<br />
Ma :Madep mantep manembah mring Ilahi = Yakin/mantap dalam menyembah Ilahi<br />
Ga :Guru sejati sing muruki = Belajar pada guru nurani<br />
Ba :Bayu sejati kang andalani = Menyelaraskan diri pada gerak alam<br />
Tha :Tukul saka niat = Sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niat yang suci<br />
Nga :Ngracut busananing manungso = Melepaskan egoisme pribadi manusia.<br />
<br />
Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci – pengharapan manusia hanya<br />
selalu ke sinar Illahi – satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani – hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam – menerima hidup apa adanya – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi – Hakekat Allah yang ada disegala arah – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar – selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak Nya a percaya dan yakin atas titah / kodrat Illahi – memahami kodrat kehidupan – yakin / mantap dalam menyembah Ilahi – belajar pada guru nurani – menyelaraskan diri pada gerak alam – sesuatu harus dimulai – tumbuh dari niat yang suci – melepaskan egoisme pribadi manusia<br />
<br />
Hanacaraka atau dikenal dengan nama caraka adalah abjad / alat tulis yang digunakan oleh suku Jawa (juga Madura, Sunda, Bali, Palembang, dan Sasak). Aksara Jawa bila diamati lebih lanjut memiliki sifat silabik (kesukukataan). Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “hari”. Aksara Na yang mewakili dua huruf yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “nabi”.A Beberapa buah aksara itu bisa digabungkan secara langsung untuk membentuk sebuah kata. Bila diucapkan, susunan aksara tersebut dapat membentuk kalimat:<br />
<br />
Hana Caraka (Terdapat Pengawal);<br />
Data Sawala (Berbeda Pendapat);<br />
Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya);<br />
Maga Bathanga (Keduanya mati).<br />
<br />
Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Tak hanya di Jawa, aksara Jawa ini rupanya juga digunakan di daerah Sunda dan Bali, walau memang ada sedikit perbedaan dalam penulisannya. Namun sebenarnya aksara yang digunakan sama saja. Demikian kurang lebih arti dan makna yang tekandung dalam Filsafat aksara jawa.<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2369985202580125795.post-77934668861232765502012-04-21T12:21:00.003+07:002012-04-21T12:21:59.531+07:00Pengertian PembelajaranPengertian Pembelajaran<br />
<br />
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Menurut Wikipedia, pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.<br />
<br />
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.<br />
Tujuan Pembelajaran<br />
<br />
Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.<br />
<br />
Magner (1962) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuaikompetensi. Sedangkan Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yangmenggambarkan hasil belajar yang diharapkan.<br />
<br />
Pengertian lain menyebutkan bahwa, tujuan pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin, 1994). Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.<br />
Penyusunan Tujuan Pembelajaran<br />
<br />
Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.<br />
<br />
Read more: Pengertian Pembelajaran >> Tujuan Pembelajaran | belajarpsikologi.com<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
</div>Arjo moemedohttp://www.blogger.com/profile/12497163958360853181noreply@blogger.com0