admine moemed ndase
.............................................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
Mencari Alternatif Pola Organisasi BK di Sekolah
Secara
teoritis, kita akan menjumpai sejumlah pola organisasi Bimbingan dan
Konseling (BK) yang bisa diterapkan di sekolah. Fajar Santoadi (2010)
dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif”, mengemukakan 4 (empat) pola dasar organisasi BK di sekolah, yaitu:
- Pola Generalis. Tanggung jawab pelayanan BK menyebar di semua pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah (wali kelas, guru mata pelajaran, staf) dan seorang guru BK profesional yang bertindak sebagai Koordinator BK.
- Pola Spesialis. Pelayanan BK ditangani oleh tenaga ahli, sehingga dalam struktur organisasi BK terdapat unit-unit pelayanan khusus, misalnya Unit Testing, Unit Konseling, Unit Bimbingan Karier, dsb.
- Pola Kurikuler. Pelayanan BK menggunakan pendekatan “seperti layaknya mata pelajaran” dengan pelaksana utamanya Konselor, dan tidak diperlukan koordinator BK.
- Pola–Pola Relasi Manusia. Bimbingan dan Konseling bekerja dengan menciptakan relasi antarmanusia dalam bentuk kelompok-kelompok perkembangan. Konselor dan Guru Mata Pelajaran bertindak sebagai promotor dan pendamping kelompok-kelompok bimbingan.
Sementara itu, Roeber (1955)
mengetengahkan pola organisasi BK dilihat dari ukuran jumlah siswa dan
sumber daya yang tersedia di sekolah, mencakup: sekolah kategori kecil,
sedang, dan besar, dengan menggunakan pola organisasi BK tersendiri.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan
nasional, Depdiknas (2008) menawarkan pola organisasi yang menjadi
rujukan sekaligus standar pola organisasi BK di sekolah-sekolah. Pola
organisasi yang ditawarkan Depdiknas ini seperti tampak dalam gambar
berikut ini:
Gambar 1. Struktur Organisasi Bimbingan Konseling
Berdasarkan gambar di atas tampak bahwa
pola organisasi BK melibatkan seluruh personil sekolah, dan pihak luar
yang mungkin bisa dilibatkan dalam pelayanan BK. Pola ini mengasumsikan bahwa di sekolah telah tersedia guru BK (satu atau lebih) yang secara khusus menangani pelayanan BK.
Selain itu, Depdiknas (2009) juga telah
memberikan rambu-rambu beban kerja Guru BK, bahwa seorang Guru BK
mengampu paling sedikit 150 (seratus lima puluh) dan paling banyak 250
(dua ratus lima puluh) siswa per tahun pada satu atau lebih satuan
pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk layanan tatap muka terjadwal
di kelas untuk layanan klasikal dan/atau di luar kelas untuk layanan
perorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang memerlukan.
Dalam praktiknya muncul permasalahan
bahwa tidak semua sekolah memiliki guru BK dalam jumlah yang memadai,
bahkan masih banyak sekolah yang sama sekali belum memiliki guru BK.
(Lihat tulisan ini: Sekolah Kekurangan 92.572 Guru Konseling).
Banyak sekolah yang mencoba menggunakan pola organisasi BK seperti yang
dianjurkan Depdiknas, tetapi tampaknya cenderung hanya basa-basi alias
sekedar formalitas saja, sehingga kurang memberikan dampak terhadap
efektivitas pelayanan BK itu sendiri.
Oleh karena itu, mengambil momentum perubahan Kurikulum 2013, saya
berharap kiranya pemerintah (Kemendikbud) dapat menyediakan Panduan
tentang Pelayanan BK di sekolah, selain menyediakan pola organisasi dan
administrasi BK yang standar secara nasional, juga di dalamnya dapat
menyediakan pola alternatif yang bisa dipilih dan disesuaikan dengan
kondisi dan sumber daya yang tersedia di sekolah masing-masing.
Alternatif yang dimaksud adalah:
- Menyediakan pilihan pola organisasi BK beserta administrasi/ manajemennya bagi sekolah yang sama sekali tidak memilki guru BK.
- Menyediakan pilihan pola organisasi BK beserta administrasinya/ manajemennya bagi sekolah yang memilki guru BK, tetapi jumlahnya tidak memadai.
Dengan adanya panduan yang menyediakan
alternatif ini, bagi sekolah-sekolah yang belum memiliki sumber daya
yang mencukupi, bisa menentukan pola organisasi dan administrasi layanan
BK yang sesuai dengan kondisi dan sumber daya yang ada, sehingga
pelayanan BK dapat diimplementasikan secara benar (tidak asal tunjuk
orang dan tidak dilakukan secara serampangan) serta dapat dievaluasi
secara berkeadilan (khususnya dikaitkan dengan Akreditasi Sekolah dan
Penilaian Kinerja Guru BK).
Bersamaan dengan upaya perbaikan mutu
layanan BK di sekolah (khususnya berkaitan dengan ketersediaan sumber
daya manusia BK dan sumber daya lainnya), selanjutnya secara bertahap
sekolah terus didorong untuk mampu mengembangkan pola organisasi dan
administrasi BK yang ideal atau standar.
Prinsip dasar yang bisa dipegang bersama
bahwa pelayanan BK adalah bagian yang tak terpisahkan dari layanan
pendidikan di sekolah. Ada atau tidak ada, cukup atau tidak cukup
ketersediaan Guru BK di sekolah, siswa tetap membutuhkan pelayanan
bimbingan dan konseling yang tepat untuk kepentingan perkembangan
dirinya.
Bab I
Pendahuluan
A. Sejarah Lahirnya Bimbingan dan Konseling Karir
Konsep bimbingan jabatan lahir bersamaan dengan konsep bimbingan di Amerika Serikat pada awal abad keduapuluh, yang dilatari oleh berbagai kondisi obyektif pada waktu itu (1850-1900), diantaranya : keadaan ekonomi; keadaan sosial, seperti urbanisasi; kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan kemampuan diri dan statusnya; dan perkembangan ilmu (scientific), khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimantal yang dipelopori oleh Freechner, Helmotz dan Wundt, psikometrik yang dikembangkan oleh Cattel, Binnet dan yang lainnya Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan bimbingan jabatan (vocational guidance) yang tersebar ke seluruh negara (Crites, 1981 dalam Bahrul Falah, 1987).
Isitilah vocational guidance pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun 1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan. Pada awalnya penggunaan istilah vocational guidance lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.
Namun sejak tahun 1951, para ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model okupasional (occupational) ke model karier (career). Kedua model ini memliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih jabatan. Pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan. Sedangkan pada model karier, tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.
B. Definisi Bimbingan dan Konseling Karier
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling ada empat bidang pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Bimbingan karir pada hakekatnya merupakan salah satu upaya pendidikan melalui pendekatan pribadi dalam membantu individu untuk mencapai kompetisi yang diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah karir.
Donald D. Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja. Menurut batasan ini, ada dua hal penting, pertama proses membantu individu untuk memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia kerja. Oleh sebab itu yang penting dalam bimbingan karir adalah pemahaman dan penyesuaian diri baik terhadap dirinya maupun terhadap dunia kerja. Tolbert, (1975:27) memaparkan bahwa “Career guidance … encompasses all of the service that aim at helping pupils make occupational and educational plans and decisions “. Pengertian Tolbert ini mengandung makna bahwa bimbingan karir merupakan salah satu bentuk layanan dalam membantu siswa merencanakan karirnya.
Berdasarkan uraian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa bimibingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia mampu merencanakan karirnya dengan mantap sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, pengetahuan dan kepribadian serta faktor-faktor yang mendukung kemajuan dirinya. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan diri tersebut misalnya informasi karir yang diperoleh siswa dan status sosial ekonomi orang tua. Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Moh. Surya (1988:14) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan.
Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah “di sini dan sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap- sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja.
Pacinski dan Hirsh (1971:8) menegaskan bahwa sekolah-sekolah mendapat kesempatan yang berharga melaui proses pendidikan untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Salah satu bentuk layanan yang diberikan sekolah dalam upaya mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja adalah bimbingan karir di samping kegiatan kurikuler. Melalui bimbingan karir siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang dirinya, pengenalan terhadap berbagai jenis sumber-sumber kehidupan serta penghargaan yang objektif dan sehat terhadap karir.
Untuk mengantar siswa ke gerbang masa depan (pendidikan dan pekerjaan) yang diharapkan, program bimbingan karir yang dicanangkan di sekolah merupakan wadah yang tepat untuk itu.
1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.
2. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya dan karier yang hendak dikembangkan pada khususnya.
3. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA.
5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
6. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan; pelatihan diri untuk keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan, industri) sesuai dengan program kurikulum sekolah menengah kejuruan yang bersangkutan. (Muslihudin, dkk, 2004)
C. Pentingnya Informasi Karir dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Karier
Permasalahan karir merupakan permasalahan masa depan siswa. Kegiatan masa sekarang akan mewarnai masa depan seseorang. Agar siswa SMA dapat menyiapkan masa depannya dengan baik, siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang akan dipilihnya. Informasi yang cukup dan tepat tentang seseorang individu, merupakan aset bagi individu yang bersangkutan untuk memahami faktor-faktor yang ada pada dirinya, faktor kekuatan maupun faktor kelemahan-kelemahannya. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson (1981:37) informasi karir adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep dirinya. Lebih lanjut dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa depan.
Dewa Ketut Sukardi (1984:112) mengemukakan pada dasarnya informasi karir terdiri dari fakta-fakta mengenai pekerjaan, jabatan atau karir dan bertujuan untuk membantu individu memperoleh pandangan, pengertian dan pemahaman tentang dunia kerja dan aspek-aspek dunia kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa informasi karir/jabatan meliputi fakta-fakta yang relevan dengan butir-butir berikut:
1. Potensi pekerjaan termasuk luasnya, komposisinya, faktor-faktor geografis, jenis kelamin, tingkat usia, dan besarnya kelompok-kelompok industri.
2. Struktur kerja dan besarnya kelompok-kelompok kerja
3. Ruang lingkup dunia kerja meliputi; pemahaman lapangan kerja, perubahan populasi permintaan dari masyarakat umum yang membaik dan perubahan teknologi.
4. Perundang-undangan peraturan atau perjanjian kerja.
5. Sumber-sumber informasi dalam rangka mengadakan studi yang berkaitan dengan pekerjaan.
6. Klasifikasi pekerjaan dan informasi pekerjaan.
7. Pentingnya dan kritisnya pekerjaan.
8. Tugas-tugas nyata dari pekerjaan dan hakekat dari pekerjaan.
9. Kualifikasi yang memaksa untuk bekerja dalam bermacam-macam pekerjaan.
10. Pemenuhan kebutuhan untuk bermacam-macam pekerjaan.
11. Metode dalam memasuki pekerjaan dan meningkatkan prestasi kerja
12. Pendapat dan bentuk-bentuk imbalan dari bermacam-macam pekerjaan
13. Kondisi-kondisi kerja dalam berjenis-jenis pekerjaan
14. Kriteria untuk penilaian terhadap materi informasi pekerjaan
15. Ciri-ciri khas tempat kerja
D. Tujuan Bimbingan dan Konseling Karier
Bimbingan dan konseling karier yang dilaksanakan di sekolah memiliki beberapa tujuan umum, yaitu:
1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
2. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
4. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
6. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
7. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
8. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
9. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
Sedangkan tujuan bimbingan dan konseling karir di SMA ialah :
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk :
Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.
Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya.
Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut.
Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.
Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.
E. Praktikum Bimbingan dan Konseling Karier
Dengan menilik pentingnya bimbingan dan konseling karier di sekolah, maka penulis pun mendapat mata kuliah bimbingan dan konseling karier beserta praktikumnya. Dalam mata kuliah bimbingan dan konseling karier, penulis diajarkan berbagai hal tentang bimbingan dan konseling karier, dan pendalaman tentang bimbingan dan konseling karier itu sendiri. Setelah itu penulis mendapatkan mata kuliah praktikum bimbingan dan konseling karier, pada mata kuliah ini diajarkan cara membuat perencanaan program kerja yang terdiri dari program kerja tahunan, program kerja semesteran, program kerja bulanan dan program kerja mingguan. Dan juga membuat silabus yang dibuat berdasarkan program kerja yang telah dibuat dan yang terakhir adalah membuat satuan layanan Bimbingan dan Konseling yang diambil dari silabus.
Program kerja yang penulis pelajari dan penulis buat pada praktikum ini ada empat, yaitu program kerja tahunan, program kerja semesteran, program kerja bulanan, serta program kerja mingguan. Setelah penulis membuat program kerja, kemudian penulis membuat silabus yang bersumber dari program kerja yang telah penulis buat, setelah itu penulis membuat satlan yang bersumber dari silabus yang telah penulis buat dan rencanakan juga, yang dimana satlan tersebut menjadi rencana dan acuan penulis dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling karier kepada para siswa.
Dalam praktikum ini, penulis terbagi menjadi tiga kelompok besar, yang di dalamnya terdapat empat kelompok kecil yang masing-masing membuat program kerja, silabus dan satuan layanan berdasarkan tingkat sekolah yang penulis dapatkan. Tingkatan sekolah tersebut antara lain, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir (SLTA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada pembagian tersebut, penulis mendapatkan bagian Sekolah Menengah Atas (SMK). Setelah tugas tersebut selesai maka tugas yang selanjutnya adalah mempraktekan secara langsung program kerja yang telah dibuat dengan cara menyimulasikan di depan kelas dengan seolah-olah berperan sebagai guru BK yang sedang mengajar dikelas dan anggota kelompok berperan sebagai siswa.
Bab II
Peyusunan Rencana Layanan BK Karier
A. Program kerja
Program kerja bimbingan dan konseling merupakan rencana kerja yang disusun sebagai acuan dalam pemberian materi atau layanan kepada para siswa atau konseli, yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan, yang bertujuan untuk tercapainya perkembangan siswa secara efektif dan optimal. Dengan adanya program kerja ini, guru bimbingan dan koseling atau konselor sekolah, dapat dengan mudah memberikan layanannya kepada para siswa sesuai kebutuhan para siswa.
Dalam penyusunan program kerja (Proker) ini, penulis membaginya menjadi empat bagian, yaitu program kerja tahunan (Prota), program kerja semesteran (Promes), program kerja bulanan, program kerja mingguan. Dalam penyusunan program kerja ini penulis berpedoman pada contoh program kerja SMA N 5 Surakarta, karena memang sebelumnya belum memiliki pengalaman membuat program kerja, penulis berusaha sebaik mungkin berusaha memilah dan memilih standar kompetensi yang cocok dengan bidang bimbingan karir.
1. Program kerja tahunan (Prota)
Program kerja tahunan merupakan rencana kerja yang disusun untuk satu tahun pelajaran dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling. Program kerja tahunan ini, penulis sesuaikan dengan pola 17+ yang ada dalam panduan layanan bimbingan dan konseling, tetapi penulis hanya mengambil beberapa layanan yang sesuai untuk dapat diterapkan di sekolah, yaitu al: Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan/Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan konsultasi, Layanan mediasi, Aplikasi instrumentasi, Himpunan data, Konferensi kasus, Kunjungan Rumah, Tampilan kepustakaan, Alih Tangan Kasus.
Dalam penyusunan program kerja tahunan ini penulis khususkan untuk layanan bimbingan dan konseling karier saja, karena mata kuliah ini adalah praktikum bimbingan dan konseling karier. Dikarenakan penulis memperolaeh bagian SMA, maka program kerja ini penulis sesuaikan dengan kebutuhan dan program studi siswa yang telah dibuat sebelumnya. Di SMA mengenalkan program –program study di SMA ini,
2. Program kerja semesteran (Promes)
Program kerja semesteran merupakan rencana kerja yang disusun untuk pelayanan bimbingan dan konseling dalam jangka waktu satu semester. Program kerja ini bersumber dari program kerja tahunan yang telah disusun sebelumnya. Dalam penyusunan program kerja semesteran ini, masih bersifat gambaran secara umum mengenai bimbingan karier yang akan di berikan kepada siswa selama satu semester, tetapi lebih khusus dibandingkan dengan program kerja tahunan yang telah disusun.
Program kerja ini pun disesuaikan dengan pola 17+ dan sesuai pula dengan kebutuhan para siswa. Beberapa layanan yang terdapat dalam program kerja semesteran ini al: Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan/Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan konsultasi, Layanan mediasi, Aplikasi instrumentasi, Himpunan data, Konferensi kasus, Kunjungan Rumah, Tampilan kepustakaan, Alih Tangan Kasus.
3. Program kerja bulanan
Program kerja bulanan merupakan rencana kerja yang disusun setiap bulannya dalam satu tahun untuk pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam penyusunann program kerja bulanan ini bersumber dari program kerja semesteran yang disusun sebelumnya. Dari program semesteran tersebut, dibagi menjadi enam bulan layanan, yang setiap bulannya memiliki tema yang berbeda dan disesuaikan dengan kebutuhan serta program kegiatan belajar mengajar siswa.
Ada beberapa bulan yang temanya tersebut salig berkaitan. Hal ini bertujuan agar siswa lebih memahami tentang pokok bahasan yang disampaikan oleh guru BK atau konselor sekolah. Penyusunan program kerja bulanan ini pun tetap berdasarkan pada beberapa pola 17+, yaitu Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan/Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan konsultasi, Layanan mediasi, Aplikasi instrumentasi, Himpunan data, Konferensi kasus, Kunjungan Rumah, Tampilan kepustakaan, Alih Tangan Kasus.
4. Program kerja mingguan
Program kerja mingguan merupakan rencana kerja yang disusun setiap minggunya dalam satu bulan untuk pelayanan bimbingan dan konseling. Penyusunan program kerja mingguan ini bersumber dari program kerja bulanan yang telah disusun sebelumnya. Dari satu tema dalam setiap bulan, dibagi menjadi empat sub tema yang saling berkaitan dalam setiap minggunya. Keempat sub tema ini dapat di tempatkan dalam berbagai layanan yang ada di pola 17+. Dalam satu minggunya dapat dicantumkan lebih dari satu layanan yang ada di pola 17+, tetapi antar satu layanan dengan layanan yang lain saling melengkapi dan relevan, bukan tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar guru BK dapat mengarahkan siswa secara tepat dan benar dalam pencapaian perkembangannya dan pemenuhan kebutuhannya.
B. Silabus
1. Pengertian
Silabus adalah rencana pemberian layanan dalam satu kelompok tema tertentu yang mencakup standart kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, materi pokok, sumber atau alat atau bahan, alokasi waktu, dan penilaian.
2. Prinsip Pengembangan Silabus
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dalam kajian silabus harus benardan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan konsisten (Tata asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, pengalaman belajar, materi pokok, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, pengalaman belajar, materi pokok dan penilaian harus memperhatikan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan konteksnya.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di lembaga dan tuntutan masyarakat
h. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor)
3. Langkah Penyusunan Silabus
a. Identifikasi, yaitu identitas suatu jurusan kelas dari semester.
b. Perumusan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
1) Merumuskan SK setiap mata pelajaran berdasarkan tujuan akhir mata pelajaran tersebut.
2) Merinci atau melakukan penggalan-penggalan SK menjadi KD untuk memudahkan pencapaian dan pengukuran.
3) Dapat menambahkan KD bilamana perlu dan masih dianggap relevan.
c. Menentukan materi pokok dan SUB materi pokok
Materi pokok dan sub materi pokok adalah materi layanan yang dibutuhkan peserta didik untuk mencapai KD yang telah ditentukan dengan mendasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Prinsip Relevansi
Artinya ada kesesuaian antara materi pokok dan uraian materi pokok dengan KD yang ingin dicapai
2) Prinsip konsentensi
Adanya keajegan antara materi pokok dan urutan materi pokok dengan KD dan SK
3) Prinsip edukasi
Artinya ada kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai KD.
Dalam penyusunan silabus ini, penulis mengacu pada penyusunan program kerja yang sudah penulis susun di atas. Penyusunan silabus penulis sesuaikan dengan tugas perkembangan siswa SMA. Setiap aspek tugas perkembangan penulis bagi ke dalam beberapa kompetensi dasar yang nantinya akan mempunyai beberapa indikator keberhasilan bagi para siswa atau peserta didik. Setelah itu, penulis menentukan metode penyampaian layanan yang akan penulis laksanakan al: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dll. Kemudian penulis menentukan materi yang akan penulis sampaikan kepada siswa sesuai dengan tema pada program kerja yang telah disusun serta alokasi waktu yang penulis perlukan dalam penyampaian layanan tersebut. Disamping itu penulis juga menentukan penilaian terhadap layanan yang telah penulis sampaikan terhadap siswa yang menerima layanan tersebut. Penilaian tersebut bervariasi, seperti : penilaian segera, jangka pendek dan jangka panjang. Setelah semuanya terselesaikan, penulis menjadikannya acuan dalam pembuatan sebuah satuan layanan yang akan penulis sampaikan kepada siswa setiap harinya.
Seperti halnya dalam penyusunan program kerja di atas, penyusunan silabus yang penulis susun pun mendapatkan kritik dan saran dari asisten dosen. Sehingga penulis pun harus merevisi silabus yang penulis sudah susun sehingga menjadi sebuah silabus yang cukup baik untuk diterapkan dalam pelaksanaan di sekolah
C. Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling
Setelah keseluruhan program kerja dan silabus terselesaikan, maka langkah selanjutnya adalah membuat satuan layanan (Satlan). Satlan merupakan satuan layanan yang harus dibuat setiap akan memberikan layanan kepada siswa. Satlan ini dibuat berdasarkan silabus yang telah dibuat. Satlan ini merupakan program yang dibuat secara spesifik dan merupakan pedoman dalam memberikan materi layanan.
Dalam pembuatan satlan ini, penulis satu kelompok kecil membagi tugas untuk membuat satuan layanan layanan informasi, bimbingan kelompok dan layanan penempatan dan penyaluran. Dalam pembagian ini, penulis mendapatkan layanan penempatan dan penyaluran, oleh karena itu penulis mengambil judul layanan yaitu tentang penyaluran dunia industry. Dalam penyusunannya penulis tidak terlalu mengalami banyak kesulitan, karena penulis telah dibiasakan untuk membuat satlan setiap akan membuat simulasi layanan bimbingan dan konseling. Tetapi meskipun demikian, penulis tetap mendapat saran dan kritik yang membangun dari para asisten dosen. Mengingat siswa kelas X SMA harus sudah mempunyai gambaran dan pilihan untuk mengambil jurusan bidang study di IPA atau IPA, maka penulis mengambil sasaran siswa SMA kelas X yang berada dalam tahap untuk mempersiapkan karir kedepanya nanati.
Dalam satuan layanan ini penulis menentukan beberapa tujuan layanan, adalah: Siswa mampu memahami program-program penjurusan di SMA, siswa mampu menyebutkan program-program penjurusan di SMA serta siswa mampu memilih jurusan yang sesuai minat dan bakatnya
Strategi yang penulis terapkan dalam layanan penyaluran dan penempatan ini adalah ceramah dan tanya jawab. Materi yang akan penulis sampaikan dalam layanan ini adalah : Pengertian program jutusan di SMA, Karakteristik anak IPA dan IPS, Kelebihan dan kekurangan siswa IPA dan IPS, Referensi memilih jurusan
.
Dalam penyampaian layanan bimbingan konseling karier ini, ada beberapa tahapan yang telah dilaksanakan, yaitu:
1. Pendahuluan
a. Salam pembuka
b. Memberi good raport kepada siswa
c. Absen kehadiran siswa, pengecekan keadaan siswa maupun keadaan fisik kelas
d. Apresepsi : apakah siswa sudah memahami tentang macam-macam jurusan yang ada di SMA
2. Inti
a. Guru Mengenalkan program jurusan di SMA
b. Guru menjelaskan tentang program jurusan di SMA
c. Guru memaparkan karakteristik IPA dan IPS
d. Tanya jawab / diskusi mengenai materi yang dijelaskan
3. Penutup
a. Guru bersama dengan siswa menyimpulkam materi yang telah disampaikan
b. Guru memberikan saran-saran pemilihan jurusan sesuai minat dan bakatnya
c. Guru menutup pertemuan / salam penutup
Disamping hal-hal tersebut, penulis mencantumkan beberapa komponen lain adalah , pihak-pihak tekait dalam layanan ini. Pihak terkait dalam layanan ini merupakan wali kelas dan pembimbing ekstrakulikuler. Karena pada prakteknya, seorang konselor atau Guru BK tidak mungkin mengawasi seluruh siswa yang mengikuti ekstra kulikuler. Oleh karena itu, guru BK perlu bekerjasama dengan wali kelas dan guru pembing ekstrakulikuler untuk melatih siswanya sesuai minat dan bakat siswanya. Untuk memperlancar penyampaian materi layanan, penulis pun menggunakan LCD, Laptop, dan Power Point untuk menarik perhatian siswa. Semua hal tersebutpun perlu di nilai keberhasilannya pada siswa, oleh karena itu penulis membuat tiga jangka penilaian terhadapa perubahan siswa, yaitu penilaian segera, jangka pendek dan jangka panjang. Penilaian Segera yang merupakan Pemahaman materi layanan siswa, Penilaian jangka pendek dengan mengamati siswa selama mengikuti kegiatan layanan dan partisipasi siswa dalam memberikan tanggapan melalui angket terbuka dan Penilaian jangka panjang yaitu dengan bekerjasama dengan wali kelas untuk mengetahui perkembangan siswa setelah mengikuti layanan
Untuk mengantisaipasi adanya permasalahan dan ketidak jelasan siswa, maka penulis mengaitkan layanan ini pada layanan konseling individual.
Bab III
Pelaksanaan Layanan BK Karier
A. Pemberian Layanan
Dalam pemberian layanan, penulis diharuskan membuat satlan terlebih dahulu yang di ambil dari silabus yang telah disusun sebelumnya. Dalam pembuatan satlan, penulis satu kelompok mendapatkan bagian SMA, dan dibagi menjadi beberapa satlan, yaitu satlan informasi, bimbingan kelompok, dan penempatan penyaluran. Dalam pemberian layanan penulis menentukan sasaran khusus bagi layanan yang akan penulis berikan, yaitu siswa SMA kelas X untuk pemilihan jurusan IPA atau IPS sesuai dengan minat dan bakatnya. Dalam penyampaian layanan bimbingan dan konseling karier ini penulis mendapatkan bagian layanan informasi. Dan dalam penyampaiannya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Pembukaan
Sebelum layanan informasi dimulai, penulis mengkondisikan teman-teman untuk mengkondisikan teman-teman memposisikan dirinya menjadi siswa SMA kelas X. Setelah semuanya dapat terkondisikan dengan baik, penulis baru memulai simulasi penyampaian layanan penempatan dan penyaluran tersebut.
a. Salam pembuka dan good rapport
Salam pembuka dan good rapport berfungsi untuk mengkondisikan siswa serta menarik konsentrasi siswa terhadapa Guru BK. Dalam good rapport ini penulis menanyakan kabar mereka, mata pelajaran apa yang telah mereka lalui sebelum penulis, dan membicarakan hal-hal yang ringan. Hal ini bertujuan untuk membangun hubungan baik dengan para siswa.
b. Absen kehadiran siswa, pengecekan keadaan siswa maupun keadaan fisik kelas
Sebelum memulai penyampaian materi, penulis melakukan presensi terlebih dahulu untuk mengetahui siapa saja yang tidak masuk dan apa alasannya. Hal tersebut secara tidak langsung mengontrol keadaan siswa dan kelas secara keseluruhan.
c. Apresepsi
Setelah mengecek kondisi siswa beserta kelas, penulis melakukan apresepsi kepada siswa tentang materi yang sebelumnya telah di sampaikan dan yang akan penulis sampaikan. Hal ini penulis lakukan untuk menyegarkan kembali ingatan para siswa dan mengkondisikan mereka tentang apa yang akan menjadi topic bahasan untuk hari ini. Penulis menanyakan kepada mereka beberapa pertanyaan, misal apa yang penulis sampaikan pertemuan yang lalu, dan apakah mereka paham tentang bakat dan minat untuk perencanaan pemilihan jurusan nantinya.
2. Inti
Setelah melakukan apresepsi, penulis langsung menjelaskan mengenai macama-macam program penjurusan di SMA. Pengertian program jurusan di SMA itu trbagi menjadi dua yaitu ; IPA (ilmu pengetahuan alam ) dan IPS ( ilmu pengetahuan social ), Karakteristik anak IPA dan IPS, Kelebihan dan kekurangan siswa IPA dan IPS.
Referensi memilih jurusan Dalam penyampaiannya, diselingi oleh tanya jawab dari siswa tentang minat dan bakatnya itu cenderung di IPA dan di IPS. Setelah seluruh siswa mengerti, penulis memberikan mereka tugas untuk menuliskan kecakapan minat dan bakatnya di jurusan IPA atau IPS. Setelah seluruh kertas dikumpulkan, penulis dapat membantu mereka menentukan jurusan secara tepat dan sesuai dengan siswanya. Hal tersebut agar siswa berpandangan luas dan mempunyai pandangan lain tentang jurusan yang ada di SMA tersebut, yaitu IPA atau IPS.
3. Penutup
Sebagai penutupnya penulis penulis memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan sesuatu yang kurang jelas dan penulis berusaha menjawab pertanyaan yang ada,setelah itu penulis bersama dengan para siswa menyimpulkan materi layanan yang penulis berikan hari ini, dan penulis mengungkapkan harapan-harapan terhadap siswa setelah menerima layanan tersebut. Dan diakhiri dengan salam penutup.
B. Evaluasi Pemberian Layanan
1. Evaluasi ini penulis simpulkan dari beberapa komentar dari teman-teman, para asisten dosen, dan penulis sendiri. Menurut para asisten dosen dan teman-teman, dalam menyampaikan layanan bimbingan dan konseling karier ini penulis sudah bagus dan runtut. Penguasaan materi sudah baik. Tetapi ada beberapa bagian yang belum penulis tampilkan dan sampaikan dalam simulasi layanan tersebut, adalah: Terlalu memihak salah satu jurusan.
Seluruh komentar, kritik dan saran tersebut sangat memacu penulis untuk menampilkan sesuatu yang lebih baik lagi. Sehingga penulis merevisi bagian-bagian yang penulis rasa masih kurang, dan mengganti yang tidak relevan menjadi relevan.
Bab IV
Penutup
A. Kesimpulan
Dalam praktik simulasi layanan bimbingan dan konseling karier ini, saya masih memiliki kekurangan di mana-mana. Dari materi yang kurang memberikan memaparkan kelebihan anak IPS, pengkondisian siswa yang kurang, dan kekurang rincian dalam menjawab pertanyaan dari siswa. Dalam pembukaan seharusnya saya menyampaikan tujuan terlebih dahulu agar siswa mengetahui tujuan dari pada materi layanan yang di sampaikan oleh penulis atau guru BK.
Mengenai kekurangan dalam penyampaian dan satlan yang masih kurang sempurna, penulis menyadari akan hal tersebut. Hal itu di sebabkan oleh kurangnya pengarahan dalam pembuatan satuan layanan secara rinci dan ketidak tahuan penulis akan cara pembuatan dan penyusunan seperangkat program kerja.
B. Saran
Keseluruhan pelaksanaan dari praktek bimbingan dan konseling ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis memberikan saran bagi pelaksanaan praktek bimbingan dan konseling karier untuk kedepannya. Saran penulis adalah :
1. Seharusnya sebelum memberikan tugas kepada siswa untuk membuat seperangkat proker, silabus dan satlan ada pengarahan dan bimbingan terlebih dahulu tentang langkah-langkah pembuatan proker, silabus dan satlan.
2. Dalam praktek bimbingan dan konseling sebaiknya ada kerjasama dan komunikasi yang baik antar asisten dosen, agar dalam pelaksanaannya dapat lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Untuk praktek BK karier selanjutnya pelaksanaannya jangan terlalu sore, karena keadaan mahasiswa juga sudah letih dan kurang efektif pelaksanaannya setra kurangnya tempat untuk praktik BK Karir,jadi suasananya kurang kondusif.
4. Dalam pemberian saran dan masukan oleh asisten sebaiknya lebih dapat memberikan input positif kepada mahsiswa agar mahasiswa sendiri dapat memperbaiki kesalahan dan dan mengerti bagaimana yang seharusnya.
Guru yang Efektif
Artikel Pendidikan, Opini, Pendidikan, Teori Pendidikan
Mengutip pemikiran Davis dan Margareth A. Thomas dalam bukunya Effective Schools and Effective Teachers, Suyanto dan Djihad Hisyam (2000:29) mengemukakan tentang beberapa kemampuan guru yang mencerminkan guru yang efektif :
1. Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan berkaitan dengan iklim kelas :
memiliki kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan;
memiliki hubungan baik dengan siswa;
secara tulus menerima dan memperhatikan siswa;
menunjukkan minat dan anthusias yang tinggi dalam mengajar;
mampu menciptakan atmosfer untuk bekerja sama dan kohesivitas dalam kelompok; melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran;
mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi; dan
meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada.
2. Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan terkait dengan strategi manajemen :
memiliki kemampuan secara rutin untuk mengahadapi siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi dalam mengajar; serta
mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berfikir yang berbeda.
3. Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan (reinforcement) :
mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa;
mampu memberikan respon yang membantu kepada siswa yang lamban belajar;
mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban yang kurang memuaskan; dan
mampu memberikan bantuan kepada siswa yang diperlukan.
4. Guru yang efektif memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri :
mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif;
mampu memperluas dan menambah pengetahuan metode-metode pengajaran; dan
mampu memanfaatkan perencanaan kelompok guru untuk menciptakan metode pengajaran.
======================
Peran Guru sebagai Fasilitator
Artikel Pendidikan, Makalah Pendidikan, Pendidikan
Oleh: Akhmad Sudrajat
Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan non formal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar.
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat “top-down” ke hubungan kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat “top-down”, guru seringkali diposisikan sebagai “atasan” yang cenderung bersifat otoriter, sarat komando, instruksi bergaya birokrat, bahkan pawang, sebagaimana disinyalir oleh Y.B. Mangunwijaya (Sindhunata, 2001). Sementara, siswa lebih diposisikan sebagai “bawahan” yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu yang dikehendaki oleh guru.
Berbeda dengan pola hubungan “top-down”, hubungan kemitraan antara guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila:
Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran
Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).
Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.
Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.
Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa
========
Sumber:
Sindhunata. 2001. Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman, Yogyakarta : Kanisius
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Proyek P2MPD. 2000. Fasilitator dalam Pendidikan Kemitraan (Materi IV-4-1). Jakarta.
Tips Memotivasi Siswa untuk Belajar
Artikel Pendidikan, Pendidikan, Proses Pembelajaran, Teori Pendidikan
Motivasi belajar siswa merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, tentu saja menjadi tugas dan kewajiban guru untuk senantiasa dapat memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswanya. Meminjam pemikiran dari USAID DBE3 Life Skills for Youth, berikut ini beberapa ide yang dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa di dalam kelas.
Gunakan metode dan kegiatan yang beragam
Jadikan siswa peserta aktif
Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai
Ciptakan suasana kelas yang kondusif
Berikan tugas secara proporsional
Libatkan diri Anda untuk membantu siswa mencapai hasil
Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
Hindari kompetisi antarpribadi
Berikan Masukan
Hargai kesuksesan dan keteladanan
Antusias dalam mengajar
Tentukan standar yang tinggi (namun realisitis) bagi seluruh siswa
Pemberian penghargaan untuk memotivasi
Ciptakan aktifitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas
Hindari penggunaan ancaman
Hindarilah komentar buruk
Kenali minat siswa-siswa Anda
Peduli dengan siswa-siswa Anda
==========
Tujuh Prinsip Praktik Pembelajaran yang Baik
Artikel Pendidikan, Kurikulum dan Pembelajaran, Pendidikan, Pendidikan Indonesia, Psikologi Perkembangan
Dalam sebuah tulisannya, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengetengahkan tentang 7 (tujuh) prinsip praktik pembelajaran yang baik yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, baik bagi guru, siswa, kepala sekolah, pemerintah, maupun pihak lainnya yang terkait dengan pendidikan.
Di bawah ini disajikan esensi dari ketujuh prinsip tersebut dan untuk memudahkan Anda mengingatnya, saya buatkan “jembatan keledai” dengan sebutan CRAFT HiT
1. Encourages Contact Between Students and Faculty
Frekuensi kontak antara guru dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas merupakan faktor yang amat penting untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam belajar. Dengan seringnya kontak antara guru-siswa ini, guru dapat lebih meningkatkan kepedulian terhadap siswanya. Guru dapat membantu siswa ketika melewati masa-masa sulitnya. Begitu juga, guru dapat berusaha memelihara semangat belajar, meningkatkan komitmen intelektual siswa, mendorong mereka untuk berpikir tentang nilai-nilai mereka sendiri serta membantu menyusun rencana masa depannya.
2. Develops Reciprocity and Cooperation Among Students
Upaya meningkatkan belajar siswa lebih baik dilakukan secara tim dibandingkan melalui perpacuan individual (solo race). Belajar yang baik tak ubahnya seperti bekerja yang baik, yakni kolaboratif dan sosial, bukan kompetitif dan terisolasi. Melalui bekerja dengan orang lain, siswa dapat meningkatkan keterlibatannya dalam belajar. Saling berbagi ide dan mereaksi atas tanggapan orang lain dapat semakin mempertajam pemikiran dan memperdalam pemahamannya tentang sesuatu.
3. Encourages Active Learning
Belajar bukanlah seperti sedang menonton olahraga atau pertunjukkan film. Siswa tidak hanya sekedar duduk di kelas untuk mendengarkan penjelasan guru, menghafal paket materi yang telah dikemas guru, atau menjawab pertanyaan guru. Tetapi mereka harus berbicara tentang apa yang mereka pelajari dan dapat menuliskannya, mengaitkan dengan pengalaman masa lalu, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus menjadikan apa yang mereka pelajari sebagai bagian dari dirinya sendiri.
4. Gives Prompt Feedback
Siswa membutuhkan umpan balik yang tepat dan memadai atas kinerjanya sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari apa yang telah dipelajarinya. Ketika hendak memulai belajar, siswa membutuhkan bantuan untuk menilai pengetahuan dan kompetensi yang ada. Di kelas, siswa perlu sering diberi kesempatan tampil dan menerima saran agar terjadi perbaikan. Dan pada bagian akhir, siswa perlu diberikan kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari, apa yang masih perlu diketahui, dan bagaimana menilai dirinya sendiri.
5. Emphasizes Time on Task
Waktu + energi = belajar. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan sesuatu yang sangat penting bagi siswa. Siswa membutuhkan bantuan dalam mengelola waktu efektif belajarnya. Mengalokasikan jumlah waktu yang realistis artinya sama dengan belajar yang efektif bagi siswa dan pengajaran yang efektif bagi guru. Sekolah seyogyanya dapat mendefinisikan ekspektasi waktu bagi para siswa, guru, kepala sekolah, dan staf lainnya untuk membangun kinerja yang tinggi bagi semuanya
6. Communicates High Expectations
Berharap lebih dan Anda akan mendapatkan lebih. Harapan yang tinggi merupakan hal penting bagi semua orang. Mengharapkan para siswa berkinerja atau berprestasi baik pada gilirannya akan mendorong guru maupun sekolah bekerja keras dan berusaha ekstra untuk dapat memenuhinya
7. Respects Diverse Talents and Ways of Learning
Ada banyak jalan untuk belajar. Para siswa datang dengan membawa bakat dan gaya belajarnya masing-masing Ada yang kuat dalam matematika, tetapi lemah dalam bahasa, ada yang mahir dalam praktik tetapi lemah dalam teori, dan sebagainya. Dalam hal ini, siswa perlu diberi kesempatan untuk menunjukkan bakatnya dan belajar dengan cara kerja mereka masing-masing. Kemudian mereka didorong untuk belajar dengan cara-cara baru, yang mungkin ini bukanlah hal mudah bagi guru untuk melakukannya.
Pada bagian lain, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengatakan bahwa guru dan siswa memegang peran dan tanggung jawab penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran, tetapi mereka tetap membutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk membentuk sebuah lingkungan belajar yang kondusif bagi praktik pembelajaran yang baik. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan tersebut meliputi: (a) adanya rasa tujuan bersama yang kuat; (b) dukungan kongkrit dari kepala sekolah dan para administrator pendidikan untuk mencapai tujuan ; (c) dana yang memadai sesuai dengan tujuan; (d) kebijakan dan prosedur yang konsisten dengan tujuan; dan (e) evaluasi yang berkesinambungan tentang sejauhmana ketercapaian tujuan.
Adaptasi dan terjemahan bebas dari: Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson. Seven Principles for Good Practice in Undergraduate Education
Artikel Pendidikan, Inovasi Pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif, Pendidikan, Pendidikan Indonesia
Dalam bahasa Indonesia, kata kolaborasi dan kooperasi cenderung diartikan dalam makna yang sama yaitu kerjasama. Menurut John Myers (1991) kata kolaborasi berasal dari bahasa Latin dengan memfokuskan pada proses, sedangkan kooperasi bersumber dari Amerika yang lebih menekankan pada hasil. Sementara itu, menurut Ted Panitz (1996), istilah kolaborasi menunjuk pada filsafat interaksi dan gaya hidup personal, sedangkan kooperasi lebih menggambarkan sebuah struktur interaksi yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian suatu hasil atau tujuan tertentu.
Kolaborasi mengasumsikan pentingnya kerjasama (koperasi) yang dibangun berdasarkan konsensus anggotanya, bukan kompetisi individual diantara anggota kelompok. Dalam kelompok akan terjadi pembagian peran, tugas dan wewenang dari setiap anggota kekompok. Masing-masing anggota kelompok berusaha saling menghargai dan memberikan kontribusi kemampuannya terhadap kegiatan kelompok.
Ketika seorang individu (baca: guru) menerapkan filosofi ini ke dalam kelas, keluarga atau komunitas kelompok lainnya untuk kepentingan pembelajaran maka itulah yang disebut pembelajaran kolaboratif. Jadi, pembelajaran kolaboratif pada dasarnya adalah sebuah filosofi personal, dan bukan hanya sekedar teknik dalam pembelajaran di kelas (Ted Panitz , 1996).
Wikipedia (2013) merumuskan Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning) sebagai situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar secara bersama-sama, dengan memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain (meminta informasi satu sama lain, mengevaluasi ide-ide satu sama lain, memantau pekerjaan satu sama lain, dll.). Sementara, pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran yang didesain untuk membantu siswa agar dapat berinteraksi dan bekerjasama secara kolektif, melalui tugas-tugas terstruktur guna mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dikembangkan ke dalam berbagai teknik, seperti: Think Pair Share, Jigsaw, STAD, TGT dan sebagainya.
Tradisi pembelajaran kolaboratif berasal dari Inggris, para guru Bahasa Inggris berusaha mengeksplorasi cara-cara untuk membantu siswa agar dapat berperan lebih aktif dalam proses pembelajarannya, khususnya dalam mengkaji suatu literatur. Guru menganalisis percakapan setiap siswanya ketika sedang menelaah atau merespon bagian literatur. Sementara pembelajaran kooperatif berkembang di Amerika dengan bersumber dari pemikiran John Dewey tentang pentingnya belajar sosial dan pemikiran Kurt Lewin tentang dinamika kelompok. (John Myers, 1991).
Untuk melihat perbedaan dan persamaan dari kedua konsep pembelajaran ini, Matthews, et.al. (1995) memerincinya seperti tampak dalam tabel berikut ini :
Perbedaan
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kolaboratif
Para siswa menerima latihan keterampilan sosial dalam kelompok kecil.
Ada keyakinan bahwa para siswa telah memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
Aktivitas-aktivitas terstruktur yang dirancang guru dan masing-masing siswa memiliki peran khusus.
Siswa mengatur dan menegosiasikan usahanya sendiri.
Guru mengamati, mendengarkan dan melakukan intervensi dalam kelompok jika diperlukan.
Aktivitas tidak dimonitor oleh guru. Ketika ada pertanyaan yang ditujukan kepada guru, guru membimbing siswa-siswa untuk menemukan informasi yang diperlukan.
Siswa menyerahkan tugas pada akhir pelajaran untuk dievaluasi.
Siswa menyimpan draft untuk dilengkapi pada pekerjaan selanjutnya.
Guru melakukan asesmen kinerja siswa secara individual maupun kelompok
Siswa melakukan asesmen kinerja secara individual maupun kelompok, berdasarkan konsensus kelompok kecil, kelas (pleno), maupun pertimbangan masyakat keilmuan pada umumnya
Selain memiliki perbedaan, kedua konsep pembelajaran ini juga memiliki persamaan, yakni:
Menekankan pentingnya pembelajaran aktif
Peran guru sebagai fasilitator
Pembelajaran adalah pengalaman bersama antara siswa dan guru
Meningkatkan keterampilan kognitif tingkat tinggi
Lebih banyak menekankan tanggungjawab siswa dalam proses belajarnya
Melibatkan situasi yang memungkinkan siswa dapat mengemukakan idenya dalam kelompok kecil.
Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan membangun tim.
by :/ AKHMAD SUDRAJAT
A. Pengertian Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang.
Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori, 1985)
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup menjadi obyek dari biologi. Oleh karena itu biologi berobyekkan benda-benda yang hidup. Maka cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung di dalamnya. Biologi sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan juga merupakan objek pada aspek minat. Dengan demikian, bidangbiologi dapat melahirkan reaksi perasaan senag, gembira, dan semangat belajar, begitu pula sebaliknya, tergantung dari kepribadian siswa sendiri apakah menaruh minat yang tinggi terhadap bidang biologi atau tidak (Ahmadi, 1998).
Menurut Hardjana (1994), minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu (Lockmono, 1994).
Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman (Hardjana, 1994).
Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti (Hasnawiyah, 1994).
Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995).
Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat (Gie, 1998).
Menurut Gie (1998), arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah :
1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
2. Minat memudahnya terciptanya konsentrasi.
3. Minat mencegah gangguan dari luar
4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
5. Minat memperkecil kebosanan belajar belajar dalam diri sendiri.
Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie, 1995).
Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.
Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian yang pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya (Kartono, 1995).
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.
Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar siswa, utamanya dengan yang berkaitan dengan bidang studi biologi. Minat sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan sangat tergantung pada individunya.
Minat belajar dapat diingatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari.
Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor luarnya minat sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya (Slameto, 1995).
Menurut Slameto (1995), faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat diatasi oleh guru di sekolah dengan cara:
1. Penyajian materi yang dirancang secara sistematis, lebih praktis dan penyajiannya lebih berserni.
2. Memberikan rangsangan kepada siswa agar menaruh perhatian yang tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan.
3. Mengembangkan kebiasaan yang teratur
4. Meningkatkan kondisi fisik siswa.
5. Memepertahankan cita-cita dan aspirasi siswa.
6. Menyediakan sarana oenunjang yang memadai.
Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap siswa. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing siswa. Pihak lainnya hanya memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang (Loekmono, 1994).
Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau memperoleh pekerjaan. Dengan demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar (Sudarnoto, 1994)
Loekmono (1994), mengemukakan 5 butir motif yang penting yang dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seorang siswa yiatu :
1. Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran.
2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi.
3. Hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
4. Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau teman-teman.
5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu.
Beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar menurut (Sudarnoto, 1994), yaitu :
1. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar.
3. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu.
4. Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya; menyelesaikan PR atau laporan.
5. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar.
6. Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar.
7. Melatih kebebasan emosi selama belajar.
B. Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Belajar IPA-Biologi
Menurut Abdullah (1989), ada beberapa yang mempengaruhi minat sesorang terhadap mata pelajaran tertentu, termasuk dalam mata pelajaran IPA-biologi. Secara keseluruhan faktor tersebut digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) dan faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa).
Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa dalam mata pelajaran IPA-Biologi, yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah faktor kurikulum, faktor dari dalam diri siswa, faktor metode mengajar, faktor guru, serta sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya, pengaruh dari masing-masing faktor tersebut minat belajar IPA-Biologi siswa dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Faktor Kurikulum
Arah pengembangan pengajaran mata pelajaran IPA-Biologi pada masa mendatang tidak dapat terlepas dari tujuan dan fungsi kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum 1994. Pada Kurikulum 1994 terdapat beberapa fungsi pelajaran IPA-Biologi khususnya di tingkat Sekolah Dasar, adalah :
1. Membantu siswa memahami konsep-konsep IPA-Biologi.
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
3. Membantu menggunakan dan mengembangkan keterampilan proses dalam mempelajari konsep-konsep IPA-Biologi.
4. Membantu siswa dalam menerapkan konsep-konsep IPA-Biologi yang dibantu ilmu dasar lainnya dan dikembangkan dalam teknologi.
5. Membantu siswa memahami keteraturan kehidupan makhluk hidup sehingga menimbulkan rasa kagum dan cinta kepada Allah Yang Maha Kuasa.
6. Membantu persiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
7. Meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
b. Faktor dari dalam Diri Siswa
Siswa adalah sekelompok manusia yang akan diajar, dibimbing, dan dibina menuju pencapaian tujuan belajar yang ditentukan. Siswa juga mempunyai peranan dalam proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, yaitu terjadinya saling tukar informasi dan pengalaman mengarah kepada interaksi proses belajar mengajar yang optimal (Ali, 1993).
Proses belajar mengajar menurut konsep ini, siswa menggunakan seluruh kemampuan dasar yang memilikinya sebagai dasar untuk melakukan berbagai kegiatan agar memperoleh prestasi belajar yang optimal. Dalam hal ini, fungsi guru dalam proses belajar mengajar seperti diungkapkan oleh Sardiman (1992) adalah :
1. Mencari perangsang atau motivasi agar siswa mau melakukan satu tujuan tertentu.
2. Mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu
3. Memberi dorongan agar siswa mau melakukan seluruh kegiatan yang mampu dilakukan untuk mencapai tujuan.
c. Faktor Metode Mengajar
Mengajar atau mentransfer ilmu dari guru kepada siswa memerlukan suatu teknik atau metode tertentu. Metode tersebut dengan istilah metode mengajar. Dalam dunia pendidikan telah dikenal berbagai metode mengajar yang dapat digunakan .
Di sekolah atau lembaga pendidikan tertentu terdapat banyak mata pelajaran dan tiap mata pelajaran mempunyai tujuan-tujuan tersendiri. Untuk mencari tujuan tersebut setiap guru harus memilih metode mengajar yang manakah yang paling tepat untuk mata pelajaran atau pokok bahasan yang akan diajarkannya. Hal tersebut disebabkan karena tidak semua pokok bahasan cocok untuk diterapkan satu mata pelajaran atau pokok bahasan. Oleh karena itu, guru yang mampu menggunakan berbagai metode pengajaran dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa (Roestiyah, 1993).
d. Faktor Guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi seorang guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Oleh karena itu peranan dan kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas anak didik perlu diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Status guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang diembannya. Dalam pendidikan itu, guru mempunyai tiga tugas pokok yang dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1) Tugas profesional
Tugas profesional ialah tugas yang berhubungan dengan profesinya.
Tugas profesional ini meliputi tugas mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan.
2) Tugas manusiawi
Tugas manusiawi adalah tugas sebagai manusia. Dalam hal ini baik guru mata pelajaran IPA-Biologi maupun guru mata pelajaran lainnya bertugas mewujudkan dirinya untuk merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya. Guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpatik sehingga ia menjadi idola siswa. Di samping itu transformasi diri terhadap kenyataan di kelas atau di masyarakat perlu dibiasakan, sehingga setiap lapisan masyarakat dapat mengerti bila menghadapi guru.
3) Tugas kemasyarakatan
Tugas kemasyarakatan ialah guru sebagai anggota masyarakat dan warga negara seharusnya berfungsi sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemampuan. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor penentu yang tidak mungkin dapat digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu terlebih-lebih pada masa kini.
Di samping ketiga tugas pokok tersebut diatas, menurut Muhtar (1992), guru juga berperan sebagai :
a) Fasilitator perkembangan siswa
Kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa tidak mungkin dapat berkembang dengan baik apabila tidak mendapat rangsangan dari lingkungannya. Dalam suasana sekolah, guru diharapkan dengan siswa secara individual telah mempunyai kemampuan dan potensi itu. Dengan kata lain mempunyai peranan sebagai fasilitator dalam mengantarkan siswa ke arah hasil pendidikan yang tinggi mutunya.
b) Agen pembaharuan
Kehidupan manusia merupakan serangkaian perubahan-perubahan yang nyata. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini mengalami kepesatan yang melangit. Dalam hal ini, guru dituntut untuk tanggap terhadap perubahan dan dituntut untuk bertugas sebagai agen pembaharuan dan mampu menularkan kreatifitas dan kesiapan mental siswa.
c) Pengelola kegiatan proses belajar mengajar
Guru dalam hal ini bertugas mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam menyajikan materi pelajarannya. Guru berperan dan bertugas sebagai pengelola proses belajar mengajar.
d) Pengganti orang tua di sekolah
Guru dalam hal ini harus dapat menggantikan orang tua siswa apabila siswa sedang berada di sekolah. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengganti orang tua, guru-guru harus mampu menghayati hubungan kasih sayang seorang bapak atau seorang ibu terhadap anaknya. Oleh karena itu, guru mampu mengenal suasana siswa di rumah atau dalam keluarganya.
e. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat menunjang keberhasilan pengajaran misalnya fasilitas gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, alat peraga dan lain-lain.
Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi utama (Nasution, 1990), yaitu :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis hanya dalam bentuk kata-kata atau lisan belaka.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indra seperti objek terlalu besar dapat digantikan dengan gambar, film, atau model.
3. Dengan menggunakan media pengajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa, dan
4. Dengan sikap yang unik untuk tiap siswa dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum materi pelajaran yang ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan jika harus diatasi sendiri.
C. Meningkatkan Minat Siswa dalam Belajar Mengajar
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat yang timbul. Menurut Slameto (1988), suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Siswa yang minat terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut. Asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajari sesuatu (Slameto, 1988).
Mengembangkan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA-Biologi pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa bahwa hasil dari pengalaman akan membawa kemajuan pada dirinya kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada (Slameto, 1988).
Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner (1975, dalam Slameto, 1988) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri sendiri. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Roijjakkers (1980, dalam Slameto, 1988) berpendapat bahwa untuk menimbulkan minat-minat baru, dapat dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik.
Studi-studi eksperintal menunjukkan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak ada kemajuan. Menghukum siswa karena hasil kerjanya yang buruk kurang efektif, bahkan hukuman yang terlalu kuat akan sering menghambat proses belajar tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak perhatian sama sekali. Hendaknya para pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan insentif. Insentif apapun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing (Slameto, 1988).
Kotak 3. Pengertian Partisipasi
Banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang partisipasi. Namun secara
harfiah, partisipasi berarti "turut berperan serta dalam suatu kegiatan”,
“keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran serta aktif atau
proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai
"bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik
karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya
(ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan"
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Sedangkan
Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal sekali mengenai belajar, seakan-akan orang telah mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar.namun jika ditanyakan kepada diri kita sendiri, maka akan muncul sebuah pertanyaan apakah yang dimaksuddenganbelajaritu?? Kemungkinan akan banyak muncul berbagai definisi mengenai belajar, demikian pula di kalangan para ahli psikologi.
Berikut ini pendapat para ahli psikologi dalam memandang Belajar:
1. Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.
2.McGeoch (1956) memberikan definisi belajar “learning is a change in performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, yang disebabkan oleh proses latihan.
3.Kimble memberikan definisi belajar “Learning is a relative permanent change in behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice. Dalam definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang bersifat permanen, yang disebabkan oleh reinforcement practice.
4.Horgen (1984) memberikan definisi mengenai belajar “learning can be defined as any relatively, permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience” suatu hal yang muncul dalam definisi ini adalah bahwa perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau pengalaman.
Bertitik tolak dari hal tersebut diatas dapat dikemukakan beberapa hal mengenai belajar sebagai berikut:
•Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance). Setelah belajar individu akan mengalami perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti luas dapat overt behavior atau covert behavior. Karena itu perubahan itu daoat dalam segi kognitif, afektif, dan dalam segi psikomotor.
•Perubahan perilaku itu dapat actual, yaitu yang menampak, tetapi juga dapat bersifat potensial, yang tidak menampak pada saat itu, tetapi akan nampak di lain kesempatan.
•Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relative permanen, yang berarti perubahan itu akan bertahan dalam waktu yang relative lama, tetapi di pihak lain perubahan tersebut tidak akan menetap terus menerus, hingga suatu waktu hal tersebut dapat berubah lagi sebagai akibat belajar.
•Perubahan perilaku baik yang bersifat aktual maupun potensial yang merupakan hasil belajar, merupakan akibat dari latihan dan pengalaman.
PENDAHULUAN
I.1 PENGERTIAN BELAJAR
I.1.A Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia :
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
I.1.B Pengertian belajar menurut beberapa ahli :
1. Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
3. Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
4. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
5. Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
6. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
7. R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
8. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln
9. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.
10. Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
11. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
I.2 CIRI-CIRI BELAJAR
Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:
1. Adanya dorongan rasa ingin tahu
2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.
4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
8. Untuk mengisi waktu luang.
I.3 JENIS-JENIS BELAJAR
I.3.A Menurut Robert M. Gagne
Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :
1. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon.dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.
2. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.
3. Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.
5. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
6. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.
7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya.
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.
Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokkan hasil-hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu katagori. Kelima hal tersebut adalah :
1. keterampilan intelektual : kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau gambar.
2. informasi verbal : seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar.
3. strategi kognitif : kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.
4. keterampilan motorik : seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah otomatisme yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes.
5. sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak.
I.3.B Menurut Bloom
Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konseptaksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokkan tujuan berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga dmain belajar yaitu :
1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini tediri dari:
Ø Pengetahuan (Knowledge).
Ø Pemahaman (Comprehension).
Ø Penerapan (Aplication)
Ø Penguraian (Analysis).
Ø Memadukan (Synthesis).
Ø Penilaian (Evaluation).
2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
Ø Penerimaan (receiving/attending).
Ø Sambutan (responding).
Ø Penilaian (valuing).
Ø Pengorganisasian (organization).
Ø Karakterisasi (characterization)
3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
Ø Kesiapan (set)
Ø Meniru (imitation)
Ø Membiasakan (habitual)
Ø Adaptasi (adaption)
I.3.C Penggabungan Dari Tiga Ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van Parreren)
1. Belajar arti kata-kata. Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.
2. Belajar Kognitif. Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental.
3. Belajar Menghafal. Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.
4. Belajar Teoritis. Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.
5. Belajar Konsep. Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.
6. Belajar Kaidah. Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual {intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.
7. Belajar Berpikir. Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
Ø Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
Ø Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
Ø Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
Ø Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
Ø Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.
Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
Ø Kesadaran akan adanya masalah.
Ø Merumuskan masalah.
Ø Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
Ø Menguji hipotesis-hipotesis itu.
Ø Menerima hipotesis yang benar.
1.3.D Menurut UNESCO
UNESCO telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) :
1. Learning to know. Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, dalam hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar.
2. Learning to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja.
3. Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
4. Learning to be. Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh.
I.4 PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
1.4.A Pengertian pembelajaran menurut kamus bahasa Indonesia :
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
1.4.B Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli :
1. Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
2. Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
I.5 CIRI-CIRI PEMBELAJARAN
Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :
1. merupakan upaya sadar dan disengaja
2. pembelajaran harus membuat siswa belajar
3. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
4. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya
1.6 PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, PEMELAJAR, DAN PEMBELAJAR
Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel,1991)
Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, 1997). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Pemelajar adalah orang yang melakukan pengajaran.
Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.
Perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran:
NO Pengajaran Pembelajaran
1 Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar Dilaksanakan oleh mereka yang dapat membuat orang belajar
2 Tujuannya menyampaikan informasi kepada si belajar Tujuannya agar terjadi belajar pada diri siswa
3 Merupakan salah satu penerapan strategi pembelajaran Merupakan cara untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi untuk keperluan belajar.
4 Kegiatan belajar berlangsung bila ada guru atau pengajar Kegiatan belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru
1.7 PRINSIP PEMBELAJARAN MENURUT GAGNE DAN ATWI SUPARMAN
Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut :
1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi sebelumnya.
2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.
10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
6. memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7. memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.
8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI BELAJAR
Menurut analisis penulis, Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.
Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi belajar disamping membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar namun kegiatan belajar memiliki arti penting yaitu dengan belajar seseorang dapat mempertahankan dirinya untuk tetap bertahan hidup dari segala macam gangguan baik yang datang dari dalam dirinya maupun juga yang datang dari luar dirinya.
II.2 JENIS-JENIS BELAJAR
Bedasarkan teori-teori yang telah dipaparkan dalam BAB I, banyak cara dalam melakukan proses balajar . Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis belajar. Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu Belajar isyarat (signal learning), Belajar stimulus respon, Belajar merantaikan (chaining), Belajar asosiasi verbal (verbal Association), Belajar membedakan (discrimination), Belajar konsep (concept learning), Belajar dalil (rule learning), Belajar memecahkan masalah (problem solving).
Dari kedelapan jenis tersebut dapat menumbuhkembangkan perilaku kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi. Selain dari kognititf aspek avektif dan psikomotor sesorang juga tumbuh. Aspek afektif mencakup Penerimaan, Sambutan, Penilaian, Pengorganisasian, Karakterisasi. Sedangkan psikomotor mencakup Kesiapan (set), Meniru (imitation), Membiasakan (habitual), Adaptasi (adaption). Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat dikatakan telah mencapai tujuan dari belajar.
Belajar kognitif dimana adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan,menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar. Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan yaitu dengan dihubungkan dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa ditemukan dan mudah diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta,konsep,prinsip, dan procedure. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan, mengidentifikasikan karakteristik dan sebagainya. Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan dengan memadukan berbagai unsure atau komponen,menyusun membentuk bangunan, menggambar dan sebagainya. Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap objek studi menggunakan criteria tertentu.
Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan contoh/model, mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya.
Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.
1I.3 PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN
Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru.
Dalam proses belajar terdapat komponen pendukung yang dapat mendorong tercapainya tujuan utama dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku. Proses belajar dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses balajar secara alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumya dilakukan oleh setiap orang dan kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Sedangkan proses belajar yang direkayasa merupakan proses belajar yang memiliki sistematika yang jelas dan telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses ini metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini proses belajar yang direkayasa yang lebih memungkinkan tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan alat pendukung.
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pengajar, khususnya siswa agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan kirarki konsep materi pembelajaran, dan rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsure penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.
II.4 PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Oleh karena itu untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne dan Atwi Suparman.
Pembelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur pemanasan dan apersepsi, eksplorasi, konsolidaesi pembelajaran, pembentukan kompetensi; sikap dan perilaku, penilaian formatif.
Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan menantang, penguatan kepada siswa dan aspek psikologi lain.
Perhatian, dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan masalah perhatian. Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar siswa berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan.
Motivasi, Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya memotivasi siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan pembelajaran berlangsung agar siswa dapa mengikuti pelajaran dengan baik.
Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar.
Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.
Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran , dll.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Jenis-jenis belajar menurut Robert M. Gagne :
1. Belajar isyarat (signal learning).
2. Belajar stimulus respon.
3. Belajar merantaikan (chaining).
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association).
5. Belajar membedakan (discrimination
6. Belajar konsep (concept learning).
7. Belajar dalil (rule learning).
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving).
Jenis-jenis belajar menurut Benyamin S. Bloom :
1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif).
2. Affective Domain (Kawasan afektif).
3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik).
Jenis-jenis belajar penggabungan dari tiga ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van Parreren) :
1. Belajar Arti Kata-kata.
2. Belajar Kognitif.
3. Belajar Menghafal.
4. Belajar Teoritis.
5. Belajar Konsep.
6. Belajar Kaidah
7. Belajar Berpikir
Prinsip-prinsip belajar menurut Gagne :
1. Menarik perhatian (gaining attention)
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives)
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning)
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus)
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance)
6. memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance)
7. memberikan balikan (providing feedback)
8. Menilai hasil belajar (assessing performance)
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer)
Untuk mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasan juga minat, sebab tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan efesien. Dalam percakapan sehari-hari pengertian perhatian dikacaukan dengan minat dalam pelaksanaan perhatian seolah-olah kita menonjolkan fungsi pikiran, sedangkan dalam minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa, tetapi kenyataanya apa yang menarik minat menyebabkan pula kita kita berperhatian, dan apa yang menyebabkan perhatian kita tertarik minatpun menyertai kita.†(Dakir. 1971 : 81)
Dari pengertian minat diatas memberikan pengertian bahwa minat menyebabkan perhatian dimana minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa dan perhatian seolah-olah menonjolkan fungsi pikiran. Hal ini menegaskan bahwa apa yang menarik minat menyebabkan pula kita berperhatian dan apa yang menyebabkan berperhatian kita tertarik, minatpun menyertainya jadi ada hubungan antara minat dan perhatian.
Pengertian Minat menurut Tidjan (1976 :71) adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang. Dari  pengertian  tersebut jelaslah  bahwa  minat  itu  sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau  situasi  tertentu yang didahului oleh  perasaan  senang terhadap obyek tersebut.
Sedangkan menurut Drs. Dyimyati Mahmud (1982), Minat dalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas.
Berdasarkan definisi tersebut dapatlah penulis kemukakan bahwa minat mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Minat adalah suatu gejala psikologis
2. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik.
3. Adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi sasaran
4. Adanya  kemauan  atau  kecenderungan  pada  diri  subyek  untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.
Berdasarkan beberapa Pengertian Minat menurut alhi tersebut penulis simpulkan bahwa minat adalah gejala psikologis yang menunjukan bahwa minat adanya pengertian subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepada obyek tersebut.
Dari Wikipedia, ensiklopedi gratis
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Penjelasan Definisi
• Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotor. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja.
• Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
• Perubahannya tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku.
• Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
• Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima - hadiah atau hukuman - sebagai konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut.
• perasaan bangga dalam diri karna dapat mengerti dan paham akan apa yang di pelajari