Motivasi Berprestasi
a. Pengertian Motivasi Berprestasi
Suatu kehidupan seseorang akan ditemukan adanya reaksi yang
berbeda terhadap berbagai tugas dan tanggung jawabnya, misalnya orang
tua tertarik dengan anaknya agar sekolah yang setinggi-tingginya.
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau
daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya
kepada para bawahan atau pengikut (Hasibuan, 2005: 92).
Menurut Luthans (dalam Thoha, 2007:207), motivasi terdiri tiga
unsur, yakni kebutuhan (need), dorongan (drive), dan tujuan (goals).Motivasi, kadang-kadang istilah ini dipakai silih berganti dengan istilahistilah
lainnya, seperti misalnya kebutuhan (need), keinginan (want),
dorongan (drive), atau impuls.
Motif adalah suatru perangsang keinginan (want) dan daya
penggerak kemauan bekerja seseorang; setiap motif mempunyai tujuan
tertentu yang ingin dicapai (Hasibuan, 2007: 95).
7
Moekiyat (dalam Hasibuan, 2007:95), motif adalah suatu
pengertian yang mengandung semua alat penggerak alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat
sesuatu. Menurut Berelson dan Steiner (dalam Hasibuan, 2007:95), sebuah
motif adalah suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak
dan secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir.
Motivasi muncul karena adanya dorongan untuk memenuhi
kebutuhan. Abraham Maslow mengemukakakan teorinya mengenai
kebutuhan manusia dari peringkat terbawah sampai yang tertinggi.
Kebutuhan-kebutuhan itu terdiri dari kebutuhan fisiologis (seperti makan,
minum), kebutuhan akan rasa aman tentram, kebutuhan untuk dicintai dan
disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri, kebutuhan untuk berprestasi merupakan
kebutuhan manusia pada peringkat yang tertinggi. (Siagian, 2002:103).
Mc Clelland (dalam Thoha, 2007:236), membedakan tiga
kebutuhan pokok manusia. Ketiga kebutuhan tersebut adalah kebutuhan
berprestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan berkuasa.
Motivasi berprestasi yang telah diuaraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu usaha yang
mendorong seseorang untuk bersaing dengan standar keunggulan, dimana
standar keunggulan ini dapat berupa kesempurnaan tugas, dapat diri
sendiri atau prestasi orang lain. Siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi nampaknya akan memperoleh prestasi yang lebih tinggi
b. Faktor - faktor Motivasi Berprestasi
Pada kenyataannya, ada siswa yang motif berprestasinya lebih
bersifat intrinsik sedangkan pada orang lain bersifat ekstrinsik hal ini
karena adanya
8
1) Faktor Individual
Penelitian Harter (dalam Hawadi, 2003:45) pada siswa berdasarkan
dimensi instrinsik dan ekstrinsik menunjukkan bahwa hanya siswa yang
mempersepsikan dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademis yang
mampu mengembangkan motivasi intrinsik. Siswa-siswa ini lebih menyukai
tugas-tugas yang menantang dan selalu berusaha mencari kesempatan untuk
memuaskan rasa ingin tahunya. Sebaliknya, pada siswa dengan persepsi diri
yang rendah, lebih menykai tugas-tugas yang mudah dan sangat tergantung
pada pengarahan guru. Yang termasuk faktor individual antara lain
pengarahan orang tua.
2) Faktor Situasional
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu
dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau
bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik
diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan
tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks
pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk
belajar (Pakdesota, 2008. Jurnal “Motivasi dalam Pembelajaran”.
www.wordpress.com. )
Motivasi berprestasi seseorang akan tercermin pada perilaku. Ada
beberapa ciri yang menjadi indikator orang yang memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi. Individu yang motif berprestasi tinggi akan menampakkan
tingkah laku dengan ciri-ciri menyenangkan pekerjaan-pekerjaan yang
menuntut tangung jawab pribadi, memilih pekerjaan yang resikonya sedang
(moderat ), mempunyai dorongan sebagai umpan balik (feed back) tentang
perebutannya dan berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara kreatif.
9
Dapat disimpulkan bahwa terdapat empat buah karakteristik yang
membedakan antara seseorang yang motivasi berprestasinya rendah dengan orang
yang yang motivasi berprestasinya tinggi. Keempat karakteristik itu ialah
a) Kemauan untuk melakukan aktivitas yang menunjukkan suatu prestasi orang
yang motivasi berprestasinya tinggi akan mempunyai anggapan bahwa
keberhasilan disebabkan oleh kemampuan dan usaha yang sungguh-sungguh.
Anggapan seperti ini akan menyebabkan orang tersebut bangga apabila dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan. Rasa bangga ini menyebabkan bertambahnya
keinginan untuk melakukan aktifitas yang lain.
b) Kegigihan berusaha. Usaha adalah faktor yang tidak setabil karena bertangung
pada kemampuan seseorang, orang yang motivasi berprestasi tinggi akan
cenderung bekerja keras sesudah mengalami kegagalan untuk mecapai sukses
pada waktu-waktu selanjutnya, ia akan terus berusaha untuk mencapai tujuan
yang sebelumnya gagal di capai. Sebaliknya orang yang motivasi berprestasi
rendah menganggap kegagalan disebabkan oleh ketidakmampuan.
Kemampuan adalah faktor yang stabil, tidak dapat di ubah oleh kemampuan
semata-semata. Oleh karena itu, dalam anggapannya kegagalan akan diikuti
oleh rentetan kegagalan pula. Pada individu yang rendah motivasi
berprestasinya, usahanya untuk berprestasi juga lemah dan mudah menyerah.
Motivasi berpangkal dari kata "motif" yang dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitasaktivitas
tertentu
demi
tercapainya
suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan
sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald,
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga
10
elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya
terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang
karena adanya tujuan (Sutikno, 2007. “Peran Guru dalam Membangkitkan
Motivasi Belajar Siswa”. www.sobrycenter.com )
Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan
yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak
kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam
melakukan suatu tugas. McClelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi
(achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap
prestasi belajar (Triluqman BS, 2007. “Belajar dan Motivasinya”.
www.heritl.blogspot.com. )
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam
konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang
motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang (Akhmad Sudrajat, 2008. Teori-teori
Motivasi. www.wordpress.com. ).
Dari uraian tentang ciri-ciri orang yang memiliki motivitas tinggi,
akhirnya dapat dinyatakan bahwa individu akan mempunyai motivasi
berprestasi tinggi akan mempresepsikan bahwa keberhasilan adalah
merupakan akibat dari kemauan dan usaha. Sedangkan individu yang memiliki
motivasi berprestasi rendah akan menpersepsikan bahwa kegagalan adalah
sebagai akibat kurangnya kemampuan dan tidak melihat usaha sebagai
penentuan keberhasilan.
1 Edward L. Bernays
adalah sesuatu yang terdiri dari semua bentuk komunikasi
18 STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SD
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang diterbitkan Depdiknas RI (2006) menetapkan bahwa TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dengan demikian, jelaslah bahwa tujuan pembelajaran matematika di indonesia adalah bagaimana kemampuan siswa di bidang matematika dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Mengapa ini dipilih oleh pemerintah? Karena trend dunia dalam pembelajaran matematika sudah fokus pada penalaran dan pemecahan masalah. Hal ini sangat tercermin dalam soal-soal yang diujikan pada olimpiade matematika nasional, regional, dan internasional.
Untuk menambah koleksi buku referensi demi mencapai tujuan pembelajaran matematika di Indonesia dan sekaligus menyediakan bahan latihan latihan bagi siswa dalam menghadapi Olimpiade Matematika tingkat nasional, regional, dan internasional, maka kami Penerbit Literatur Media Sukses dengan dukungan dari Yayasan Peduli Matematika Indonesia menerbitkan buku berjudul 18 Strategi Pemecahan Masalah Matematika SD. Dengan buku ini, olimpiade Matematika bukan lagi menjadi sesuatu yang sulit, tetapi menjadi lebih mudah.
KO
NSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING
Latar Belakag: Ø Karena adanya situasi Globalisasi yang berdampaka: 1. Positif: Mendorong manusia terus berfikir & meningkatkan kemampuan. 2. Ngatif : - Keresahan hidup (konflik, stress dll) - Adanya pelanggaran disiplin (Korupsi, Kolusi dll) - Adanya ambisi kelompok Ø Untuk mengatasi hal tersebut:haruslah dipersiapkan “Manusia Indonesia Yang bermutu”: Manusia yang sehat jasmani dan rohani, bermoral, menguasai ilmu pengetahuan & teknologi secara profesional, serta dinamis & Kreatif. Ø Pendukung utama untuk mencapai hal tsb: Pendidikan yang bermutu (Transformasi IPTEK + Peningkatan profesionalitas & manajemen tenaga pendidik. | |
Kedudukan Bimbingan & Konseling dalam pendidikan | |
A. | Makna pendidikan bagi kehidupan: Suatu proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. |
B. | Harapan terhadap pendidikan:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesrta didik agar menjadi manusia yang beriman & bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri & menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” |
Fungsi Pendidikan | |
1. | Fungsi pengembangan Bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi atau keunikan individu (intelektual, emosional, sosial maupun moral spiritual) |
2. | Fungsi Penyesuaian Mmfasilitasi perkembangan individu yang beragam dg upaya: - Menerapkan metode pembelajaran yang variatif. - Menyelenggarakan ekstrakurikuler sesuai minat. - Menyelenggarakan program pengayaan (Remedial) |
3. | Fungsi Integral Mengintegrasikan nilai-nilai sosial budaya dalam kehidupan peserta didik. |
Posisi Bimbingan dalam Pendidikan | |
Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan 3 bidang kegiatan utamanya: | |
1. | Bid. Administratif & Kepemimpinan Menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. (Para pemimpin: Kepala sekolah, Kepala staff Administrasi dll) |
2. | Bid. Instruksional & Kurikuler Terkait dengan kegiatan pembelajaran yang bertujuan memeberikan ilmu pengetahuan, keterampilan & pengembangan sikap. (Para guru). |
3. | Bid. Pembinaan Siswa (Bim & Kons) Terkait dengan bidang penyediaan layanan bantuan kepada peserta didik dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal. (Pembimbing & guru konselor) |
Pengertian Bimbingan & Konseling 1. Secara harfiyah: BK à Guidance + Counceling Guidance à Guide (Memandu/mengelola/menyetir) 2. Dari Donald G. Mortensen & Alan M. Schmuller (1976) Shertzer & Stone (1971:40) Sunaryo Kartadinata (1998:3) Rochman Natawidjaja (1987:37): Ø Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis & berencana yang terarah pada pencapaian tujuan. Ø Dalam bimbingan yang aktif dalam mengembangkan diri adalah individu/peserta didik. Ø Teknik bantuan disesuaikan dengan kebutuhan, pengalaman & masalah individu. Ø Tujuan bimbingan adalah perkembangan secaa optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi & sistem nilai tentang kehidupan yang baik & benar. 3. Dari Pietrofesa dkk (1980:75): Ø Konseling : Kegiata profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang sudah dilatih. Ø Klien mempelajari keterampilan pengambilan keputusan, pemecahan masalah & tingkah laku/sikap yang baru. Ø Hubungan profesional itu terjadi secara suka rela. 4. Dari ASCA (American School Counselor Association): Konseling : Hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. | |
Ragam Bimbingan Menurut Masalah: | |
1. | Bimbingan Akademik Bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam meghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar tehindar dari kesulitan-kesulitan belajar. |
2. | Bimbingan Sosial Pribadi Bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi. Diarahkan untuk memantapkan kepribadian & pengembangan kemampuan individu dalam menangani masalah dirinya. |
3. | Bimbingan Karir Upaya bantuan terhadap individu agar dapat mengenal & memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. |
4. | Bimbingan keluarga Upaya pemeberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mampu menciptakan keluarga yang utuh & harmonis. |
Tujuan Bimbingan | |
a. | Berkaiatan dengan aspek pribadi-sosial individu:
|
b. | Berkaitan dengan aspek akademik:
|
c. | Berkaitan dengan aspek karir:
|
Fungsi Bimbngan1. Pemahaman Memiliki pemahaman terhadap dirinya sendiri (potensi) & lingkungannya. 2. Preventif Upaya konselor untuk mengantisipasi berbagai masalah. 3. Pengembangan Upaya konselor untuk meningkatkan lingkungan yang kondusif. 4. Perbaikan (penyembuhan) Pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah. 5. Penyaluran Proses pengadaptasian program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan. 6. Penyesuaian Bimbingan untuk membantu individu agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan. | |
Prinsip-Prinsip Bimbingan:
18 prinsip khusus (Peters & Farwell):
5 prinsip bimbingan (Bisco):
| |
Jenis Layanan Bimbingan | |
1. | Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya. Untuk mengetahui diri individu atau siswa seluas-luasnya, beserta latar belakang lingkungannya. |
2. | Konseling Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung. |
3. | Penyajian informasi dan penempatan Informasi à menyajikan keterangan tentang berbagai aspek (a. Karakteristik, b. Sekolah lanjutan, c. Dunia kerja, d. Kiat-kiat belajar, e. Bahaya merokok/miras/narkoba, f. Pentingnya penyesuaian diri.) Penempatan à layanan kepada siswa dalam rangka menyalurkan dirinya ke arah yang tepat sesuai dengan kemampuan, minat & bakatnya. |
4. | Penilaian dan Penelitian Penilaian à untuk mengetahui tujuan program bimbingan apa saja yang telah dilaksanakan dapat tercapai. Penelitian à Mengembangkan program bimbingan tersebut. |
Asas Bimbingan dan Konseling | |
1. | Rahasia Menuntut dirahasiakan segenap data tentang peserta didik (klien) |
2. | Sukarela Menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan pesrta didik (klien) untuk mengikuti layanan kegiatan. |
3. | Terbuka Menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran agar terbuka dan tidak berpura-pura. |
4. | Kegiatan Menghendaki agar peserta didik (klien) berpartisipasi secara aktif di dalam layanan bimbingan. |
5. | Mandiri Menghendaki agar pesrta didik (klien) menjadi individu yang mandiri dengan ciri: mengenal sirinya dan lingkungannya. |
6. | Kini Menghendaki gar masalah yang di bawa klien adalah dalam kondisinya sekarang. |
7. | Dinamis Agar isi layanan dan sasaran layanan bergerak maju. |
8. | Terpadu Agar layanan kegiatan yang dilakukan saling menunjang, harmonis dan terpadu. |
9. | Harmonis Agar layanan bimbingan tidak bertentangan dengan norma yang ada. |
10. | Ahli Agar diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. |
11. | Kenormatifan Agar layanan diselenggarakan berdasarkan norma agama, hukum & peraturan. |
12. | Alih tangan kasus Agar pihak penyelenggara layanan yang tidak mapu/tuntas mengatasi masalah apat mengalihkan kepada pihak ahli yang tepat. |
13. | Tut Wuri Handayani Agar menciptakan suasana yang mengayomi, memberikan teladan & dorongan. |
Kekeliruan dalam Menafsirkan Arti Bimbingan | |
a. | Bimbingan identik dengan pendidikan Bimbingan hanyalah salah satu bagian terpadu dari pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. |
b. | Bimbingan hanya untuk siswa yang salah suai Bimbingan sebenarnya diperuntukan untuk semua murid secara menyeluruh. |
c. | Bimbngan berarti bimbingan jabatan/pekerjaan Bimbingan harus diselenggarakan dalam segala aspek dan keseluruhan aspek pribadi individu |
d. | Bimbingan diperuntukan bagi murid sekolah lanjutan Sesungguhnya bimbingan diperuntukan bagi anak-anak, remaja dan segala masa perkembanga, karena masalaha akan terasa dalam masa perkembangan manapun. |
e. | Bimbingan adalah usaha untuk memberikan nasehat. Bimbingan dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada individu untuk mencapai pemahaman diri, dan tidak terdapat unsur pemaksaan. |
f. | Bimbingan menghendaki kepatuhan dalam tingkah laku. Yang dikehendaki dalam bimbingan bukanlah kepatuhan melainkan penyesuaian diri. |
g. | Bimbingan adalah tugasa para ahli Dalam bimbingan di bidang khusus memang memerlukan ahli di bidangnya masing-masing, namun tidak semua tugas bimbingan harus dilakukan oleh ahli. |
Program Bimbingan dan Konseling Konprehensif | |
a. | Layanan Dasar Bimbingan
|
Pengertian Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding : “ showing a way” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat). Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, dimana pada saat ini klien lah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya.
Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli :
Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli :
- Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.
- Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefiniskan bimbingan sebagai : the process of helping the individual to understand himself and his world so that he can utilize his potentialities.
- United States Office of Education (Arifin, 2003) memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
- Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004) mengemukakan : “guidance is the help given by one person to another in making choice and adjusment and in solving problem.
- I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
- Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
- Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
- Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam memberikan pengertian bimbingan, kendati demikian kita dapat melihat adanya benang merah, bahwa :
- Bimbingan merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik.. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis.
- Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.
Dari pendapat Prayitno, dkk. yang memberikan pengertian bimbingan disatukan dengan konseling merupakan pengertian formal dan menggambarkan penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang saat ini diterapkan dalam sistem pendidikan nasional. Keberadaan layanan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan di Indonesia dijalani melalui proses yang panjang, sejak kurang lebih 40 tahun yang lalu. Selama perjalanannya telah mengalami beberapa kali pergantian istilah, semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (dalam Kurikulum 84 dan sebelumnya), kemudian pada Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling. Akhir-akhir ini para ahli mulai meluncurkan sebutan Profesi Konseling, meski secara formal istilah ini belum digunakan.
Untuk kepentingan penulisan ini, penulis akan menggunakan istilah Bimbingan dan Konseling sesuai dengan istilah formal yang saat ini dipergunakan dalam sistem pendidikan nasional. Semoga seklumit pengertian bimbingan diatas membantu untuk anda untuk lebih mengerti.
0 komentaran