SUGENG RAWUH

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Melalui jejaring sosial website ini, kami bertekad dapat menyuguhkan layanan informasi secara umum maupun khusus yang meliputi aktifitas KBM, kegiatan siswa, prestasi sekolah/siswa, PSB dsb. Yang dapat diakses oleh siswa, guru, orang tua/wali siswa dan masyarakat secara cepat, tepat dan efisien.
Akhir kata, semoga layanan web site ini bermanfaat.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

PENELITIAN KUANTITATIF, PARADIGMA, DAN PROSEDUR PENELITAN KUANTITATIF

Dikirim 0leh Arjo moemedo Wednesday, November 2, 2011

PENELITIAN KUANTITATIF, PARADIGMA, DAN
PROSEDUR PENELITAN KUANTITATIF

  1. PENELITIAN KUANTITATIF
Penelitian kuantitatif biasanya dipakai untuk menguji teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan ststistik,  untuk menunjukkan hubungan antar variabel dan adapula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal.
Metode yang sering digunakan adalah eksperimental deskripsi, survei dan menemukan korelsional. Penelitian kuantitatif menyajikan proposal yang bersifat lengkap, rinci, prosedur yang spesifik, literatur yan lengkap dan hipotesis yang dirumuskan dengan jelas pada penelitian kualitatif proposalnya lebih lngkap dan tidak banyak kajian literature,  pendekatan dijabarkan secara umum, dan biasanya tidak menyajikan rumusan hipotesis.
 Craig, 1985 merumuskan langkah-langkah penelitian ilmiah:
  1. Identifikasi masalah
  2. merumuskan hipotesis
  3. mendefinisikan istilah
  4. melakukan penelitian atau melakukan observasi lapangan.
  5. analisa data
  6. mengembil kesimpulan

B.     Pengertian Paradigma

Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik.  Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Norman K. Denzin membagi paradigma kepada tiga elemen yang meliputi; epistemologi, ontologi, dan metodologi.
Epistemologi mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui sesuatu, dan apa hubungan antara peneliti dengan pengetahuan.
Ontologi berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas.
Metodologi memfocuskan pada bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan.
 Dari definisi dan muatan paradigma ini, Zamroni mengungkapkan tentang posisi paradigma sebagai alat bantu bagi ilmuwan untuk merumuskan berbagai hal yang berkaitan dengan:
  1. Apa yang harus dipelajari
  2. Persoalan-persoalan apa yang harus dijawab
  3. Bagaimana metode untuk menjawabnya; dan
  4. Aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh.

C.     Paradigma Penelitian Kualitatif

Ada pernyataan dari Egon G. Guba yang cukup menarik untuk ditanggapi di sini, yaitu bahwa “A paradigm may be viewed as set of basic beliefs (or metaphisies) that deals with ultimetes or principles[7]. Keyakinan itu, menurut Guba, merepresentasikan pandangan dunia tentang hakikat sesuatu, serta merupakan dasar di dalam nurani dimana ia diterima dengan penuh kepercayaan. Sesuatu yang diyakini kebenarannya tanpa didahului penelitian sistematis, dalam filsafat ilmu, disebut dengan aksioma atau asumsi dasar. Keyakinan (beliefs), aksioma atau asumsi dasar tersebut menempati posisi penting dalam menentukan skema konseptual penelitian, ia merupakan dasar permulaan yang melandasi semua proses dan kegiatan penelitian.
Berkait dengan proposisi di atas, penelitian kuantitatif memiliki perbedaan paradigma yang amat mendasar dengan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (1798-1857), sedangkan penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926).
Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian dari Materialisme (bila yang terakhir ini dikontraskan dengan Idealisme).
Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge)  yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason). Secara epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience). Hal ini sekaligus mengindikasikan, bahwa secara ontologis, obyek studi penelitian kuantitatif adalah fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general relations between phenomena). Yang dimaksud dengan fenomena di sini adalah sejalan dengan prinsip sensory experience yang terbatas pada external appearance given in sense perception saja. Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi.
Dalam metode kuantitatif, dianut suatu paradigma bahwa dalam setiap event/peristiwa sosial mengandung elemen-elemen tertentu yang berbeda-beda dan dapat berubah. Elemen-elemen dimaksud disebut dengan variabel. Variabel dari setiap even/case, baik yang melekat padanya maupun yang mempengaruhi/dipengaruhinya,  cukup banyak, karena itu tidak mungkin menangkap seluruh variabel itu secara keseluruhan. Atas dasar itu, dalam penelitian kuantitatif ditekankan agar obyek penelitian diarahkan pada variabel-variabel tertentu saja yang dinilai paling relevan. Jadi, di sini paradigma kuantitatif cenderung pada pendekatan partikularistis.

STEP-STEP PENELITIAN KUANTITATIF

1)      Menemukan Dan Merumuskan Masalah Penelitian
Salah satu komponen yang sangat penting dan menentukan kualitas sebuah penelitian ilmiah adalah rumusan masalah. Dalam hal ini yang dimaksud masalah adalah masalah ilmiah penelitian (scientific research problems). Masalah penelitian inilah yang akan dipecahkan atau dicarikan solusinya melalui suatu proses penelitian ilmiah.
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa-apa yang benar-benar terjadi. Masalah penelitian adalah sebuah pertannyaan yang memerlukan jawaban berupa penjelasan yang dapat dirumuskan melalui proses penelitian, baik penjelasan deskriptif tentang suatu variabel atau fenomena tertentu maupun penjelasan tentang hubungan antar variabel.
Penciptaan sebuah masalah penelitian dilakukan dengan berlandaskan pada pembuatan sebuah proposisi (Teori atau Hipotesa) yang belum diuji kebenarannya) yang kerangka acuannya adalah hasil pengkajian mengenai kaitan hubungan antara sejumlah teori yang suda ada dan relevan
Sumber masalah
Masalah itu akan bisa diidentifikasi jika :
  1. ada kesenjangan antara cita dengan realita.
  2. ada kesenjangan antara teori dengan praktek dalam kehidupan
  3. ada kesenjangan antara perencanaan dengan realisasi lapangan, atau
  4. ada tantangan, keingin tahuan tentang sesuatu yang belum ada penjelasannya.
Untuk memunculkan masalah itu harus ada argumentasi rasional; unruk itu peneliti harus menjelaskan deduksi lahirnya masalah dengan logika. Diawali dengan paparan tentang cita, lalu masuk pada realita, lalumuncul masalah penelitian.

Cara memperoleh masalah
Cara memperoleh masalah penelitian dapat dilakukan dengan cara:
  1. Observasi
Masalah penelitian dapat diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dalam kehidupan disekeliling kita.
  1. Brainstorming
Masalah penelitian bisa ditemukan dengan cara Brainstorming. Barainstorm9ng terjadi ketika dua atau tiga orang mengeluarkan ide sebanyak mungkin tentang suatu penelitian yang akan dibahas. Jangan dijadikan masalah jika ada beberapa perbincangan yang kurang pas. Peneliti harus menyaring lagi mana ide yang relefan untuk diteliti.
  1. Membaca hasil penelitian.
Mempelajari hasil penelitian sebelumnya membantu kita menyadari adanaya masalah sehingga membuat kita bisa merumuskan maslah yang baru. Dengan membaca hasil penelitian orang lain maka kita akan mendapatkan bahan-bahan apa yang harus kita pelajari berkaitan dengan maslah kita.
  1. Perkembangan Teknologi
Penggunaan suatu teknologi baru minimal muncul dua tipe penelitian. Teknologi baru memungkinkan peneliti untuk meneliti masalah lama dibandingkan dengan cara baru. Tipe kedua bahwa teknologi baru memungkinkan munculnya masalah penelitian yang baru sebagai contoh dengan adanya pnemuan baru dalam bidng komputer telah melahirkan program baru seperti artivicial intelegence.
  1. Pngetahuan tentang research literature
Jika kita familiar dengan research literature dapat membantu kita untuk memperoleh maslah. Anda bisa  membaca jurnal danmembaca abstrak penelitian.

Bentuk-bentuk maslah penelitian dalam pendidikan:
  1. Deskriptif:
Adalah masalah untuk penelitian dengan variabel tunggal baik hanya satu variabel atau lebih yang tidak salaing berhubungan. Penelitian ingin mengetahui status danmendeskripsikan fenomena. Yang termasuk penelitian deskriptif antara lain : penelitian surfei, penelitian historis, penelitian filosofis.
  1. Komparatif
Yankni rumusan maslah yang memfokuskan kajian terhadap analisis perbandingan tentang satu variabel atau lebih pada dua atau lebih kelompok sampel.
  1. Assosoatif
Adalah masalah penelitian yang memfokuskn pada kajian hubungan antar fariabel, baik hubungan simetris, kausalitas, maupun resiprocal atau suatu pertanyaan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih.
  
2)      Proposisi dan Hipotesis

a.       Proposisi
Proposisi adalah kesimpulan teoritik konsepsional tentang konstelasi hubungan antar variabel sebagai jawaban teoritik. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris disebut hipotesis.
Dalam ilmu mantiq disebut sebagai Qadhiyah. Artinya suatu perkataan yang berfaidah, yang mengadung kemunkinan benar atau salah, dengan melihat perkataan itu sendiri (artinya) tidak dilihat dari siapa yang mengatakannya.
Proposisi membenarkan sesuatuatau mengingkarinya,. Tiap proposisi membutuhkan tiga fakta:
1)      Adanya pernyataan yang  diberi hukum “ya” atau “tidak”.
2)      Adanya lafadh yang mememberi hukum kepada yang lain.
3)      Adanya lafadh yang menjadi alat penghubung antara dua lafadh disebut proposisi.
Proposisi mempunyai tiga bagian, yakni subjek, predikat, dan kopula (tanda yang menyatakan hubungan antara subjek dan objek).
Kegunaan Proposisi dalam Metodologi Penelitian
Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena.
Cara-cara Merumuskan Proposisi
Proposisi dirumuskan dalam bentuk If-Then.
Cara merumuskan proposisi
Setiap akhir sebuah pembahasan toritik akan menghasilkan definisi konsepsional. Analisis konstalasi antar definisi konsepsional itu akan melahirkan proposisi atau kerangkaberfikir yang menggambarkan arah hubungan antar variabel. Proposisi adalah kesimpulan teoritik konsepsional tentang konstalasi hubungan antar variabel sebagai jawaban teoritik terhadap masalah penelitian.

b.      Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah  yang kita hadapi. Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan jawabanyang benar maka seseorang ilmuwan seakan-akan melakukan interogasi terhadap alam.
Kegunaan Hipotesis
1)      Mengarahkan penelitian. Misalnya relasi dan hubungan yang diungkapkan dalam hipotesis akan memberitahukan hal-hal yang dilakukan oleh peneliti.
2)      Masalah dan hipotesis membuat peneliti mampu mendeduksi manifestasi empiris tertentu yang tercakup dalam masalah serta hipotesis itu, karena masalah dan  hipotesis pada umumnya merupakan pernyataan yang reasional.

Macam-macam hipotesis
1)      Hipoteis Nol (null hypotheses)
Hipotesi nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian bersifat bersifat statistik, yaitu diuji dengan hitungan statistik.
2)      Hipotesis kerja
Disebut dengan hipotesis alternatif yang disingkat dengan Ha. Hipotesis kerja menyatakan hubungan antara variabel variabel X dan variabel Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.

VARIABEL
Variabel adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai angka (kuantitatif) atau nilai mutu (kualitatif). Variabel merupakan pengelompokan secara logis dari dua atau lebih atribut dari objek yang diteliti. Atribut itu misalnya : Tidak sekolah, tidak tamat SD, tidak tamat SMP. Maka variabelnya adalah tingkat pendidikan dari objek penelitian itu. Variabel tingkat pendidikan merangkum semua atribut tadi.
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:99) variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.Hal ini senada dengan pendapat Ibnu Hajar (1999:156) yang mengartikan variabel adalah objek pengamatan atau fenomena yang diteliti. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1982:437) variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
Variabel merupakan suatu istilah yag berasal dari kata vary dan able yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel berarti dapat berubah. Oleh sebab itu setiap variabel dapat diberi nilai, dan nilai itu berubah-ubah. Nilai itu berupa nilai kuntitatif maupun kualitatif. Ukuran kuantitatif maupun kualitatif suatu variabel adalah jumlah dan derajat atributnya.
Dilihat dari segi nilainya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel diskrit dan variabel kontinu. Variabel diskrit nilai kuantitatifnya selalu berupa bilangan bulat, Variabel kontinu nilai kuantitatifnya bisa berupa pecahan.

DATA
Data adalah hasil pengukuran atau penghitungan nilai-nilai suatu variabel. Yang dimaksud dengan pengolahan data pada prinsipnya adalah upaya penyajian dan pembacaan hubungan-hubungan yang ada antarvariabel. Menurut Narbuko dan Ahmadi, hubungan antarvariabel dapat berupa:
a)      Hubungan simetris, yaitu hubungan variabel yang satu tidak disebabkan oleh yang lainnya
b)      Hubungan timbal balik, yaitu hubungan suatu variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya
c)      Hubungan asimetris, yaitu hubungan variabel satu mempengaruhi variabel lainnya..

Yang termasuk hubungan variabel simetris
1)      Kedua variabel merupakan indikator dari sebuah konsep yang sama. Misalnya: Kalau “mengerjakan cepat selesai” sedang “hasilnya tepat”, maka kedua variabel tersebut merupakan indikator dari seorang yang intelegen”. Hal ini dapat diartikan kalau “karena cepat” lalu “hasilnya tepat” atau sebaliknya; “jantung yang berdenyut semakin cepat sering dibarengi keluarnya keringat tanda kecemasan“ namun demikian, tidak kdapat dikatakan “jantung yang berdebar cepat menyebabkan tangannya berkeringat” dan sebagainya.
2)      Variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama; meningkatkan pelayanan kesehatan dibarengi pula dengan bertambahnya pesawat udara. Kedua variabel tidak saling mempengaruhi, tetapi keduanya merupakan akibat dari peningkatan pendapatan.
3)      Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, “dimana yang satu beradayang ;lainnya pun pasti di sana”. “Di mana ada guru, di sana ada murid”, di mana ada majikan, di sana ada buruh”.
4)      “Hubungan yang kebetulan semata-mata”. Seorang bayi ditimbang lalu mati keesokan harinya. Berdasarkan kepercayaan, kedua peristiwa tersebut dianggap berkaitan, tetapi di dalam penelitian empiris tidak dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut meninggal karena ditimbang.

Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel adalah penting bagi setiap penelitian sosial, karena dengan pengukuran itu penelitian dapat menghubungan kosep yang abstrak dengan realitas. Proses pengukuran mengandung empat kegiatan pokok sebagai berikut:
1)      menentukan indikator untuk dimensi-dimensi variabel penelitian.. Variabel penelitian sosial pada umumnya memiliki lebih dari satu dimensi. Semakin lengkap dimensi yang digunakan dari satu variabel yang dapat diukur akan semakin baik hasil pengukurannya.
2)      Menentukan masing-masing dimensi. Ukunan ini dapat berupa item (pertanyaan) yang relevan dengan dimensinya.
3)      Menentukan ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran apakah tingkat ukuran nominal oardinal, interval atau rasio.
4)      Menguji tingkat validitas dan areliabilitas sebagai kriteria alat pengukuran yang baik. Alat pengukur yang baik, apabila alat itu dapat mengungkap relaita itu dengan tepat.
Populasi dan Sampel
  1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian menurut Suharsimi (1998:115) adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1984:70) populasi penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dan sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian.
  1. Sampel Penelitian
Sampel penelitian menurut Suharsimi (1998:117) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan sampel random dengan sistem undian dengan maksud agar setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi gulungan kertas sejumlah kelas yang didalamnya tertulis nomor kelas, sehingga didapatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.

0 komentaran

Total Pageviews

lalaaaa

berilah kritik dan saran pada saya
terimakasih.. salam Anharul Huda

ngobrol-ngobrol
[Close]

Like My Blog JO LALI PENCET JEMPOLNYA. OK

sedulur adoh seg mampir