PENELITIAN KUANTITATIF, PARADIGMA, DAN
PROSEDUR PENELITAN KUANTITATIF
- PENELITIAN KUANTITATIF
Penelitian kuantitatif biasanya dipakai untuk menguji teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan ststistik, untuk
menunjukkan hubungan antar variabel dan adapula yang bersifat
mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan
banyak hal.
Metode
yang sering digunakan adalah eksperimental deskripsi, survei dan
menemukan korelsional. Penelitian kuantitatif menyajikan proposal yang
bersifat lengkap, rinci, prosedur yang spesifik, literatur yan lengkap
dan hipotesis yang dirumuskan dengan jelas pada penelitian kualitatif
proposalnya lebih lngkap dan tidak banyak kajian literature, pendekatan dijabarkan secara umum, dan biasanya tidak menyajikan rumusan hipotesis.
Craig, 1985 merumuskan langkah-langkah penelitian ilmiah:
- Identifikasi masalah
- merumuskan hipotesis
- mendefinisikan istilah
- melakukan penelitian atau melakukan observasi lapangan.
- analisa data
- mengembil kesimpulan
B. Pengertian Paradigma
Istilah
paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan
kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn,
paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi
tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang
mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh
George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang
mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Norman K. Denzin membagi paradigma kepada tiga elemen yang meliputi; epistemologi, ontologi, dan metodologi.
Epistemologi mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui sesuatu, dan apa hubungan antara peneliti dengan pengetahuan.
Ontologi berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas.
Metodologi memfocuskan pada bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan.
Dari
definisi dan muatan paradigma ini, Zamroni mengungkapkan tentang posisi
paradigma sebagai alat bantu bagi ilmuwan untuk merumuskan berbagai hal
yang berkaitan dengan:
- Apa yang harus dipelajari
- Persoalan-persoalan apa yang harus dijawab
- Bagaimana metode untuk menjawabnya; dan
- Aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh.
C. Paradigma Penelitian Kualitatif
Ada
pernyataan dari Egon G. Guba yang cukup menarik untuk ditanggapi di
sini, yaitu bahwa “A paradigm may be viewed as set of basic beliefs (or
metaphisies) that deals with ultimetes or principles[7]. Keyakinan itu,
menurut Guba, merepresentasikan pandangan dunia tentang hakikat sesuatu,
serta merupakan dasar di dalam nurani dimana ia diterima dengan penuh
kepercayaan. Sesuatu yang diyakini kebenarannya tanpa didahului
penelitian sistematis, dalam filsafat ilmu, disebut dengan aksioma atau
asumsi dasar. Keyakinan (beliefs), aksioma atau asumsi dasar tersebut
menempati posisi penting dalam menentukan skema konseptual penelitian,
ia merupakan dasar permulaan yang melandasi semua proses dan kegiatan
penelitian.
Berkait
dengan proposisi di atas, penelitian kuantitatif memiliki perbedaan
paradigma yang amat mendasar dengan penelitian kualitatif. Penelitian
kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August
Comte (1798-1857), sedangkan penelitian kualitatif dibangun berlandaskan
paradigma fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926).
Paradigma
kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun
berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran
filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial.
Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan teologis, positivisme
kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian dari Materialisme (bila
yang terakhir ini dikontraskan dengan Idealisme).
Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang
valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal
dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat
pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason). Secara
epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma,
bahwa sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah
terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera
(exposed to sensory experience). Hal ini sekaligus mengindikasikan,
bahwa secara ontologis, obyek studi penelitian kuantitatif adalah
fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general
relations between phenomena). Yang dimaksud dengan fenomena di sini
adalah sejalan dengan prinsip sensory experience yang terbatas pada
external appearance given in sense perception saja. Karena pengetahuan
itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu
pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi.
Dalam
metode kuantitatif, dianut suatu paradigma bahwa dalam setiap
event/peristiwa sosial mengandung elemen-elemen tertentu yang
berbeda-beda dan dapat berubah. Elemen-elemen dimaksud disebut dengan
variabel. Variabel dari setiap even/case, baik yang melekat padanya
maupun yang mempengaruhi/dipengaruhinya, cukup
banyak, karena itu tidak mungkin menangkap seluruh variabel itu secara
keseluruhan. Atas dasar itu, dalam penelitian kuantitatif ditekankan
agar obyek penelitian diarahkan pada variabel-variabel tertentu saja
yang dinilai paling relevan. Jadi, di sini paradigma kuantitatif
cenderung pada pendekatan partikularistis.
STEP-STEP PENELITIAN KUANTITATIF
1) Menemukan Dan Merumuskan Masalah Penelitian
Salah
satu komponen yang sangat penting dan menentukan kualitas sebuah
penelitian ilmiah adalah rumusan masalah. Dalam hal ini yang dimaksud
masalah adalah masalah ilmiah penelitian (scientific research problems). Masalah penelitian inilah yang akan dipecahkan atau dicarikan solusinya melalui suatu proses penelitian ilmiah.
Masalah
dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan
apa-apa yang benar-benar terjadi. Masalah penelitian adalah sebuah
pertannyaan yang memerlukan jawaban berupa penjelasan yang dapat
dirumuskan melalui proses penelitian, baik penjelasan deskriptif tentang
suatu variabel atau fenomena tertentu maupun penjelasan tentang
hubungan antar variabel.
Penciptaan
sebuah masalah penelitian dilakukan dengan berlandaskan pada pembuatan
sebuah proposisi (Teori atau Hipotesa) yang belum diuji kebenarannya)
yang kerangka acuannya adalah hasil pengkajian mengenai kaitan hubungan
antara sejumlah teori yang suda ada dan relevan
Sumber masalah
Masalah itu akan bisa diidentifikasi jika :
- ada kesenjangan antara cita dengan realita.
- ada kesenjangan antara teori dengan praktek dalam kehidupan
- ada kesenjangan antara perencanaan dengan realisasi lapangan, atau
- ada tantangan, keingin tahuan tentang sesuatu yang belum ada penjelasannya.
Untuk
memunculkan masalah itu harus ada argumentasi rasional; unruk itu
peneliti harus menjelaskan deduksi lahirnya masalah dengan logika.
Diawali dengan paparan tentang cita, lalu masuk pada realita, lalumuncul
masalah penelitian.
Cara memperoleh masalah
Cara memperoleh masalah penelitian dapat dilakukan dengan cara:
- Observasi
Masalah penelitian dapat diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dalam kehidupan disekeliling kita.
- Brainstorming
Masalah
penelitian bisa ditemukan dengan cara Brainstorming. Barainstorm9ng
terjadi ketika dua atau tiga orang mengeluarkan ide sebanyak mungkin
tentang suatu penelitian yang akan dibahas. Jangan dijadikan masalah
jika ada beberapa perbincangan yang kurang pas. Peneliti harus menyaring
lagi mana ide yang relefan untuk diteliti.
- Membaca hasil penelitian.
Mempelajari
hasil penelitian sebelumnya membantu kita menyadari adanaya masalah
sehingga membuat kita bisa merumuskan maslah yang baru. Dengan membaca
hasil penelitian orang lain maka kita akan mendapatkan bahan-bahan apa
yang harus kita pelajari berkaitan dengan maslah kita.
- Perkembangan Teknologi
Penggunaan
suatu teknologi baru minimal muncul dua tipe penelitian. Teknologi baru
memungkinkan peneliti untuk meneliti masalah lama dibandingkan dengan
cara baru. Tipe kedua bahwa teknologi baru memungkinkan munculnya
masalah penelitian yang baru sebagai contoh dengan adanya pnemuan baru
dalam bidng komputer telah melahirkan program baru seperti artivicial
intelegence.
- Pngetahuan tentang research literature
Jika kita familiar dengan research literature dapat membantu kita untuk memperoleh maslah. Anda bisa membaca jurnal danmembaca abstrak penelitian.
Bentuk-bentuk maslah penelitian dalam pendidikan:
- Deskriptif:
Adalah
masalah untuk penelitian dengan variabel tunggal baik hanya satu
variabel atau lebih yang tidak salaing berhubungan. Penelitian ingin
mengetahui status danmendeskripsikan fenomena. Yang termasuk penelitian
deskriptif antara lain : penelitian surfei, penelitian historis,
penelitian filosofis.
- Komparatif
Yankni
rumusan maslah yang memfokuskan kajian terhadap analisis perbandingan
tentang satu variabel atau lebih pada dua atau lebih kelompok sampel.
- Assosoatif
Adalah
masalah penelitian yang memfokuskn pada kajian hubungan antar fariabel,
baik hubungan simetris, kausalitas, maupun resiprocal atau suatu
pertanyaan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau
lebih.
2) Proposisi dan Hipotesis
a. Proposisi
Proposisi
adalah kesimpulan teoritik konsepsional tentang konstelasi hubungan
antar variabel sebagai jawaban teoritik. Proposisi merupakan ungkapan
atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya,
mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi
fenomena-fenomena. Proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji
secara empiris disebut hipotesis.
Dalam
ilmu mantiq disebut sebagai Qadhiyah. Artinya suatu perkataan yang
berfaidah, yang mengadung kemunkinan benar atau salah, dengan melihat
perkataan itu sendiri (artinya) tidak dilihat dari siapa yang
mengatakannya.
Proposisi membenarkan sesuatuatau mengingkarinya,. Tiap proposisi membutuhkan tiga fakta:
1) Adanya pernyataan yang diberi hukum “ya” atau “tidak”.
2) Adanya lafadh yang mememberi hukum kepada yang lain.
3) Adanya lafadh yang menjadi alat penghubung antara dua lafadh disebut proposisi.
Proposisi mempunyai tiga bagian, yakni subjek, predikat, dan kopula (tanda yang menyatakan hubungan antara subjek dan objek).
Proposisi mempunyai tiga bagian, yakni subjek, predikat, dan kopula (tanda yang menyatakan hubungan antara subjek dan objek).
Kegunaan Proposisi dalam Metodologi Penelitian
Proposisi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau
diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena.
Cara-cara Merumuskan Proposisi
Proposisi dirumuskan dalam bentuk If-Then.
Cara merumuskan proposisi
Setiap
akhir sebuah pembahasan toritik akan menghasilkan definisi
konsepsional. Analisis konstalasi antar definisi konsepsional itu akan
melahirkan proposisi atau kerangkaberfikir yang menggambarkan arah
hubungan antar variabel. Proposisi adalah kesimpulan teoritik
konsepsional tentang konstalasi hubungan antar variabel sebagai jawaban
teoritik terhadap masalah penelitian.
b. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang
kita hadapi. Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan jawabanyang
benar maka seseorang ilmuwan seakan-akan melakukan interogasi terhadap
alam.
Kegunaan Hipotesis
1) Mengarahkan
penelitian. Misalnya relasi dan hubungan yang diungkapkan dalam
hipotesis akan memberitahukan hal-hal yang dilakukan oleh peneliti.
2) Masalah
dan hipotesis membuat peneliti mampu mendeduksi manifestasi empiris
tertentu yang tercakup dalam masalah serta hipotesis itu, karena masalah
dan hipotesis pada umumnya merupakan pernyataan yang reasional.
Macam-macam hipotesis
1) Hipoteis Nol (null hypotheses)
Hipotesi
nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai
dalam penelitian bersifat bersifat statistik, yaitu diuji dengan
hitungan statistik.
2) Hipotesis kerja
Disebut
dengan hipotesis alternatif yang disingkat dengan Ha. Hipotesis kerja
menyatakan hubungan antara variabel variabel X dan variabel Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok.
VARIABEL
Variabel
adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai angka (kuantitatif) atau
nilai mutu (kualitatif). Variabel merupakan pengelompokan secara logis
dari dua atau lebih atribut dari objek yang diteliti. Atribut itu
misalnya : Tidak sekolah, tidak tamat SD, tidak tamat SMP. Maka
variabelnya adalah tingkat pendidikan dari objek penelitian itu. Variabel tingkat pendidikan merangkum semua atribut tadi.
Menurut
Suharsimi Arikunto (1998:99) variabel penelitian adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.Hal
ini senada dengan pendapat Ibnu Hajar (1999:156) yang mengartikan
variabel adalah objek pengamatan atau fenomena yang diteliti. Sedangkan
menurut Sutrisno Hadi (1982:437) variabel adalah semua keadaan, faktor,
kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil
eksperimen.
Variabel
merupakan suatu istilah yag berasal dari kata vary dan able yang
berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel berarti dapat berubah.
Oleh sebab itu setiap variabel dapat diberi nilai, dan nilai itu
berubah-ubah. Nilai itu berupa nilai kuntitatif maupun kualitatif.
Ukuran kuantitatif maupun kualitatif suatu variabel adalah jumlah dan
derajat atributnya.
Dilihat
dari segi nilainya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel
diskrit dan variabel kontinu. Variabel diskrit nilai kuantitatifnya
selalu berupa bilangan bulat, Variabel kontinu nilai kuantitatifnya bisa
berupa pecahan.
DATA
Data
adalah hasil pengukuran atau penghitungan nilai-nilai suatu variabel.
Yang dimaksud dengan pengolahan data pada prinsipnya adalah upaya
penyajian dan pembacaan hubungan-hubungan yang ada antarvariabel.
Menurut Narbuko dan Ahmadi, hubungan antarvariabel dapat berupa:
a) Hubungan simetris, yaitu hubungan variabel yang satu tidak disebabkan oleh yang lainnya
b) Hubungan timbal balik, yaitu hubungan suatu variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya
c) Hubungan asimetris, yaitu hubungan variabel satu mempengaruhi variabel lainnya..
Yang termasuk hubungan variabel simetris
1) Kedua
variabel merupakan indikator dari sebuah konsep yang sama. Misalnya:
Kalau “mengerjakan cepat selesai” sedang “hasilnya tepat”, maka kedua
variabel tersebut merupakan indikator dari seorang yang intelegen”. Hal
ini dapat diartikan kalau “karena cepat” lalu “hasilnya tepat” atau
sebaliknya; “jantung yang berdenyut semakin cepat sering dibarengi
keluarnya keringat tanda kecemasan“ namun demikian, tidak kdapat
dikatakan “jantung yang berdebar cepat menyebabkan tangannya
berkeringat” dan sebagainya.
2) Variabel
merupakan akibat dari suatu faktor yang sama; meningkatkan pelayanan
kesehatan dibarengi pula dengan bertambahnya pesawat udara. Kedua
variabel tidak saling mempengaruhi, tetapi keduanya merupakan akibat
dari peningkatan pendapatan.
3) Kedua
variabel saling berkaitan secara fungsional, “dimana yang satu
beradayang ;lainnya pun pasti di sana”. “Di mana ada guru, di sana ada
murid”, di mana ada majikan, di sana ada buruh”.
4) “Hubungan
yang kebetulan semata-mata”. Seorang bayi ditimbang lalu mati keesokan
harinya. Berdasarkan kepercayaan, kedua peristiwa tersebut dianggap
berkaitan, tetapi di dalam penelitian empiris tidak dapat disimpulkan
bahwa bayi tersebut meninggal karena ditimbang.
Pengukuran Variabel
Pengukuran
variabel adalah penting bagi setiap penelitian sosial, karena dengan
pengukuran itu penelitian dapat menghubungan kosep yang abstrak dengan
realitas. Proses pengukuran mengandung empat kegiatan pokok sebagai
berikut:
1) menentukan
indikator untuk dimensi-dimensi variabel penelitian.. Variabel
penelitian sosial pada umumnya memiliki lebih dari satu dimensi. Semakin
lengkap dimensi yang digunakan dari satu variabel yang dapat diukur
akan semakin baik hasil pengukurannya.
2) Menentukan masing-masing dimensi. Ukunan ini dapat berupa item (pertanyaan) yang relevan dengan dimensinya.
3) Menentukan ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran apakah tingkat ukuran nominal oardinal, interval atau rasio.
4) Menguji tingkat
validitas dan areliabilitas sebagai kriteria alat pengukuran yang baik.
Alat pengukur yang baik, apabila alat itu dapat mengungkap relaita itu
dengan tepat.
Populasi dan Sampel
- Populasi Penelitian
Populasi
penelitian menurut Suharsimi (1998:115) adalah keseluruhan subjek
penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1984:70) populasi
penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran
generalisasi dan sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian.
- Sampel Penelitian
Sampel
penelitian menurut Suharsimi (1998:117) adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan
menggunakan sampel random dengan sistem undian dengan maksud agar setiap
kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam
penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi gulungan kertas sejumlah
kelas yang didalamnya tertulis nomor kelas, sehingga didapatkan satu
kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.
0 komentaran