SUGENG RAWUH

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Melalui jejaring sosial website ini, kami bertekad dapat menyuguhkan layanan informasi secara umum maupun khusus yang meliputi aktifitas KBM, kegiatan siswa, prestasi sekolah/siswa, PSB dsb. Yang dapat diakses oleh siswa, guru, orang tua/wali siswa dan masyarakat secara cepat, tepat dan efisien.
Akhir kata, semoga layanan web site ini bermanfaat.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

PENGERTIAN PENELITIAN

Dikirim 0leh Arjo moemedo Wednesday, November 2, 2011

PENELITIAN KUALITATIF

  1. PENGERTIAN PENELITIAN KUALITATIF
Menurut Strauss dan Corbin (1997: 11-13), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
  1. TUJUAN PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar, 1996 dalam Basrowi dan Sukidin, 2002: 2)

  1. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF
        Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit 
Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif, seperti Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, dan Etnometodologi. Harus diakui bahwa aliran-aliran tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang merah yang mempertemuan mereka, yaitu pandangan yang sama tentang hakikat manusia sebagai subyek yang mempunyai kebebasan menentukan pilihan atas dasar sistem makna yang membudaya dalam diri masing-masing pelaku.
Bertolak dari proposisi di atas, secara ontologis, paradigma kualitatif berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Sebab tingkah laku (sebagai fakta) tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari setiap konteks yang melatarbelakanginya, serta tidak dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum tunggal yang deterministik dan bebas konteks.
Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan.
Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi (extrpolation). Induksi analitis adalah satu pendekatan pengolahan data ke dalam konsep-konsep dan kateori-kategori (bukan frekuensi). Jadi simbol-simbol yang digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi, yang ditempuh dengan cara merubah data ke formulasi. Sedangkan ekstrapolasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu kasus ke kasus lainnya, kemudian –dari proses analisis itu--dirumuskan suatu pernyataan teoritis.

  1. DATA KUALITATIF
Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Contoh: wanita itu cantik, pria itu tampan, baik, buruk, senang, sedih, harga minyak turun harga dolar naik, rumah itu besar sekali, pohon itu rindang, laut itu dalam sekali, dan lain-lain. Data yang demikian biasanya didapat dari wawancara dan bersifat subyektif karena data tersebut dapat ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda. Data kualitatif dapat diangkakan dalam bentuk ordinal atau ranking (Riduwan, 2002: 5).
Muhadjir (2002: 44) menjelaskan, data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan dalam bentuk angka. Data dalam bentuk kata verbal sering muncul dalam kata yang berbeda dengan maksud sama, atau sebaliknya. Dapat juga muncul dalam kalimat panjang lebar, singkat, dan banyak lagi ragamnya. Data kata verbal yang beragam tersebut perlu diolah agar menjadi ringkas dan sistematis. Pengolahan tersebut mulai dari menuliskan hasil observasi, wawancara, rekaman, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, dan menyajikan. Pengumpulan data bagi penelitian kualitatif harus langsung diikuti dengan pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, dan menyajikan dan hal tersebut disebut dengan analisis selama pengumpulan data. 

  1. INSTRUMEN PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti merupakan instrumen utama penelitian sehingga ia dapat melakukan penyesuaian sejalan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi dilapangan (Alsa, 2003: 39). Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini sangat tergantung pada ketelitian dan kelengkapan catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti. Catatan lapangan yang dibuat berisi hasil-hasil wawancara, observasi, maupun dokumentasi yang merupakan unsur intrumen penelitian disamping peneliti.
Beberapa cara melaksanakan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara (terpimpin) dan  observasi.
1)      Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor, seperti: pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara (Singarimbun, 1989: 192). Dalam hal hasil wawancara kurang memuaskan karena masih bersifat umum, maka dilakukan probing atau menggali informasi lebih dalam. Probing termasuk salah satu bagian yang paling sulit dalam wawancara, sehingga dianjurkan untuk menuliskan kalimat pertanyaan probing, disamping jawaban responden. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah rapport, yaitu suatu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa responden (key informan) bersedia bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi sesuai dengan pikirannya dan keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi (Riduwan, 2002: 30):
a.       Wawancara terpimpin
Wawancara terpimpin adalah wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan cara mengajukan pertanyaan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun.
b.      Wawancara bebas
Pada wawancara ini, terjadi tanya-jawab bebas antara pewawancara dengan responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Kebaikan wawancara ini adalah responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai.
c.       Wawancara bebas terpimpin
Wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Dalam pelaksanaannya, pewawan cara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
Dalam hal membuat pertanyaan, ada beberapa syarat pertanyaan yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.       Pertanyaan harus jelas, pendek dan dapat dimengerti baik oleh pewawancara maupun yang diwawancara (komunikatif).
b.      Pertanyaan yang tendensi us dan sensitif harus dicegah;
c.       Jawaban yang diharapkan mesti obyektif, artinya tanpa campur tangan dari pihak manapun dan sedapat mungkin dapat dibentuk dalam suatu sistem yang mudah dan berurutan;
d.      Istilah-istilah harus dirumuskan dengan pasti;
e.       Perintah bagi pewawancara harus singkat, jelas, dan dapat dipahami; dan
f.        Pertanyaan harus disusun dengan urutan yang logis dengan memperhatikan jalan dan keluasan pikiran yang diwawancara.
Keenam syarat tersebut masih dapat ditambah, hal itu semata mengacu pada suatu kenyataan bahwa interpretasi dan analisis data sangat tergantung dari berhasil tidaknya peneliti dalam memperoleh jawaban, maka kebaikan pertanyaan-pertanyaan itu amat menentukan kesimpulan yang akan ditarik (Komaruddin, 1974: 122). Berkaitan dengan teknik wawancara ini, Mantra (2004: 86) menjelaskan bahwa dengan wawancara mendalam (indepth interview) peneliti dapat mengetahui alasan yang sebenarnya dari responden tentang tindakan atau keputusannya.

2)      Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sitematik fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi menjadi penelitian ilmiah apabila: 1) mengacu kepada tujuan dan sasaran penelitian yang akan dirumuskan; 2) direncanakan secara sitematik; 3) dicatat dan dihubungkan secara sitematik dengan proposisi-proposisi lebih umum dan; 4) dapat dicek dan dikontrol ketelitiannya (Mantra, 2004: 82).
Dalam melakukan observasi, seorang peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif perlu melibatkan diri dalam kehidupan subyek. Keterlibatan ini sedikit banyak disebabkan oleh hubungan nya dengan subyek itu. Peneliti berusaha menangkap proses interpretatif dengan tetap menjaga jarak seperti yang dilakukan oleh apa yang disebut pengamat “obyektif” serta menolak untuk berperan sebagai unit yang berfungsi (acting unit) (Furchan, 1992: 26-27).

0 komentaran

Total Pageviews

lalaaaa

berilah kritik dan saran pada saya
terimakasih.. salam Anharul Huda

ngobrol-ngobrol
[Close]

Like My Blog JO LALI PENCET JEMPOLNYA. OK

sedulur adoh seg mampir