Setelah membaca beberapa artikel tentang “Dampak Internet Bagi Anak”, saya menemukan beberapa hal yang menarik, beberapa orang mengatakan berbahaya bagi anak,
alasannya karena bahaya dari situs porno, menjadikan anak malas, anak
menjadi lebih sering di depan komputer dari pada mengembangkan
kecerdasan interpersonalnya dan membuat anak jarang berinteraksi dengan
masyarakat. Kemudian ada alasan lagi tentang kesehatan, terutama
kesehatan mata karena terlalu sering duduk di depan komputer.
INTERNET tak selamanya berdampak buruk bagi anak. Dengan batasan-batasan tertentu, internet akan membuat anak memiliki wawasan yang lebih luas.
Dalam menyikapi hal tersebut, psikolog anak dari Universitas Atmajaya Jakarta Fabiola P Setiawan (sumber : artikel okezone.com)
mengatakan bahwa setiap anak boleh bermain internet, tetapi harus atas
izin dari orangtua. “Tidak salah kok membiarkan anak bermain internet.
Internet itu untuk membuka cakrawala dunia,” tandasnya. Selain itu,
sebelum anak-anak asyik berjam-jam main internet, orangtua pun harus
menerapkan “do and donts to do”, di mana peraturan itu dibuat oleh
orangtua. “Jadi sebelum orangtua mengizinkan, harus ada peraturannya
terlebih dahulu,” ujar Feby, sapaan akrab Fabiola.
Feby menjelaskan, tidak ada batasan umur bagi anak-anak
yang boleh mengakses internet. Karena jika dilihat berdasarkan
fungsinya, anak-anak juga butuh internet. Fungsinya tersebut pun
bermacam-macam, seperti untuk mengerjakan tugas, iseng membuka situs
untuk menambah pengetahuan, atau sekadar membuka permainan komputer.
“Anak-anak
sekarang jam sekolahnya padat, dan pulang dibekali dengan tugas yang
menumpuk. Di sini internet bisa memperingan kerja anak, sehingga orangtua pun memperbolehkan membuka internet untuk memudahkan mereka mengerjakan tugas,” ucap psikolog lulusan Universitas Atmajaya ini.
Untuk anak-anak
yang ingin mengakses internet, sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan
orangtua. Baik itu mengerjakan tugas sekolah maupun hanya bermain game
di rumah. “Siapa pun itu orangnya, entah orangtua, kakak atau pengasuh
di rumah, jika anak sedang berinternet, harus ada yang mendampingi,”
papar psikolog yang menyelesaikan program S-2 di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Saat anak berinternet pun, orangtua
diperkenankan untuk menunjukkan rasa ketertarikannya pada apa yang
dilakukan anak. Misal bertanya, apa yang tadi anak buka, apa saja yang
mereka lihat. “Dari sini anak menjadi terbuka dan tidak menyembunyikan
apa saja yang mereka dapat di internet,” jelas psikolog satu anak ini.
Hal yang terpenting bagi orang tua,
ketika orangtua mengizinkan anak bermain internet, jangan lupa untuk
mengunci situs- situs tertentu yang berhubungan dengan situs orang
dewasa, mendampingi mereka, dan mengingatkan anak untuk boleh membuka
situs yang diperlukan saja.
0 komentaran